Maraknya Perampokan Bersenjata Toko Emas, Ulah Penjahat atau Teroris? |
Kejahatan kriminal, dan korupsi makin menggila di tanah air. Hati-hati dan waspadalah. Para perampok mampu mencium bahwa Anda membawa uang! Dia bisa
mengintai Anda saat berada di mobil, naik sepeda motor, atau berbelanja.
Ada penjahat khususnya pengguna narkoba yang tidak peduli lagi
kemanusiaan. Anak kecilpun dirampok, diperkosa dan kemudian dibunuh dan
disimpan di kardus. Sangat biadab!
Sementara, "penjahat berdasi",
para koruptor mampu mencium seberapa besar uang yang harus dikorup,
supaya dirinya aman, dan melimpahkan risiko kepada pegawai-pegawai
rendahan, bahkan berlagak seperti dermawan di rumah-rumah ibadah, atau
perkumpulan sosial.
Mereka sangat lihai dan bangga dirinya
"kaya", disebut "dermawan", dan menyumbang kemana-mana. Sementara uang
itu sebenarnya berasal dari penderitaan orang banyak, "orang yang
berhak" atas uang itu.
Uang bantuan rakyat miskin (Bansos), pembangunan ditiliep untuk bisa hidup "berkelimpahan".
Saya mencatat, beberapa pejabat yang selama ini rajin menyumbang di
atas Rp 25 juta ke gereja, kini berada di belakang terali besi. Sebelum
masuk penjara orang tersebut didoakan para pimpinan gereja dan duduk
berdampingan dengan mereka.
Sayangnya, gereja seringkali
menyangjung-nyanjung orang seperti ini dan menyebut orang itu sebagai
orang yang diberkati, uangnyapun disebut uang "berkat".
Hati-hati
juga dengan lingkungan seperti ini. Tahun ini Anda mungkin menjadi
dermawan, tahun depan, Anda sudah berada di belakang jeruji besi. Renungkanlah itu pada saat mengikuti kebaktian Minggu hari ini!
Waspadai Perampok dan Pembunuh
Malam tadi saya mendengar dari teman-teman, beberapa kisah yang menunjukkan kejahatan yang kian meningkat.
Seorang ibu anggota gereja kami dirampok di sekitar USU malam
sebelumnya. Tidak ada barang berharga yang hilang, tetapi, sang korban
menderita luka akibat sabetan senjata tajam si perampok. Dia ingin
berbelanja di saat hari masih gelap, atau sekitar pukul 05.00 pagi.
Seorang ayah dari dua orang anak, anggota jemaat kami yang baru saja
pulang dari tugasnya di luar pulau, dirampok saat naik mobil sewaan dari
Bandara Kuala Namu, pada malam hari.
Di tengah jalan mobil yang
ditumpanginya kempes, dan saat turun si perampok membawa kabur tasnya
yang berisi surat-surat berharga, walau hanya sedikit uang.
Beberapa minggu sebelumnya, seorang ayah dari satu anak , anggota jemaat
kami dirampok saat pulang dari pekerjaannya di subuh atau sekitar pukul
03.00, saat melintas di sekitar Setia Budi, Medan.
Bukan hanya
uangnya yang dirampok, tetapi senjata tajam si perampok juga menyabet
perutnya hingga mendapat 12 jahitan. Untungnya dia seorang perawat dan
setelah kejadian langsung melarikan dirinya ke rumah sakit di mana dia
bekerja.
Itu baru di lingkungan gereja saya yang hanya
beranggotankan 178 Kepala Keluarga. Bayangkan kalau kejadian seperti itu
menimpa penduduk Indonesia 240 juta.
Membaca koran beberapa hari ini, saya agak terbelalak mengamati kejahatan yang terjadi di negeri ini.
Salah satunya adalah seorang bocah, bernama Cuneng. Usianya baru 9
tahun dan ditemukan tewas dalam kardus. Kini ditangani Polres
Kalideres, Untuk apa seorang bocah berusia 9 tahun harus dibunuh dan
dimasukkan ke kardus.
Penjahat ada di mana-mana dengan berbagai motif. Jangan lalai. Hati-hatilah saudara-saudaraku.
Korupsi Jalan Terus
Laporan ICW menyebut 10 profesi koruptor terbesar di negeri ini, pelaku
korupsi terbanyak berasal dari kalangan pejabat atau pegawai
kementerian dan pemerintah daerah.
Penelitian yang dilakukan
dalam kurun waktu semester 1 tahun 2015 itu, ICW telah mengidentifikasi
222 orang dari 10 latar belakang pekerjaan yang paling banyak melakukan
tindak pidana korupsi.
Pada urutan selanjutnya yang paling banyak
melakukan korupsi adalah pegawai swasta, mulai dari tingkat direktur,
komisaris dan pegawai sebanyak 97 orang.
Selanjutnya, latar
belakang kepala daerah seperti kepala desa, camat, dan lurah menempati
posisi ketiga dengan jumlah pelaku mencapai 28 orang.
Sedangkan
posisi selanjutnya secara berurutan ialah kepala daerah 27 orang, kepala
dinas 26 orang, anggota DPR/DPRD/DPD 24 orang, pejabat atau pegawai
lembaga negara lain 12 orang, direktur/pejabat/pegawai BUMN atau BUMD 10
orang.
Nilai nominal kejahatan korupsi dalam kurun waktu 2010-2015 yang sudah masuk dalam tahap penyidikan adalah Rp 29,3 triliun.
Koruptor ,makin menggila. Jauhkan diri Anda kalau Anda ada di sekitar
lingkungan seperti ini. Jangan ikut-ikutan apalagi bangga jadi dermawan
hasil korupsi!
Cepat atau lambat, Anda akan terjerat juga. Kalau
sekarang hasil korupsi Anda membuat Anda seorang Dermawan, maka beberapa
tahun lagi Anda akan berada di belakang terali besi.
Paling
tidak Anda akan ketakuran, menutupi aib, dan berbuat seolah Anda seorang
dermawan, dan tidak menghargai aturan hal-hal baik yang sudah diperbuat
orang lain bertahun-tahun.
Anda akan susah menjawab pertanyaan
anak-anak Anda yang kritis. "Bapak kok golongannya rendah, mobil kita
banyak, rumah kita kok ada di mana-mana, rekening bapak kok gendut?".
Kejahatan yang meningkat ini sebagian adalah sumbangan dari perbuatan
para koruptor. Pembinaan, kesejahteraan petugas keamanan, peralatan
mencegah kejahatan, semua ditilep. (St Jannerson Girsang)
0 Comments