Info Terkini

10/recent/ticker-posts

"ORANG TUAKU GURU"

Kel St Jannerson Girsang Bersama Orangtua.IST
Punya kedua orang tua guru sungguh sebuah kebangganku di masa kecil, hingga sekarang. Orang-orang segan kepada guru dan anak-anaknya turut mendapat wibawa mereka.

Kini, aku selalu dipuji teman-teman, karena meski orang tuaku sudah bersia 79 tahun, masih bisa setir sendiri, dari kampung kami di Nagasaribu ke Medan berjarak 100 kilometer lebih, hanya berdua dengan ibuku.

Guru bisa menempatkan dirinya di mana saja. Bisa bergaul dengan segala lapisan masyarakat. Mereka senantiasa menjadi guru kehidupanku, hingga di usia lanjut.

Menjadi anak guru kami dididik hidup sederhana. Wakut kecil kami tidak boleh mendapat uang pemberian orang lain. Ayah saya sangat marah kalau saya menerima uang dari bapatua, namboru atau siapa saja.

Punya orang tua sebagai guru ada sedihnya. Mereka mendidik dengan keras, disiplin, tapi penuh dengan kasih sayang.

Masih ingat suatu ketika di ruang tamu. Namboru dan mangkelaku mau mengasih uang, mata ayah saya melotot. Saya langsung sadar, dan tidak berani menerimanya.

"Anak-anak tidak boleh memiliki uang kalau tidak perlu," demikian kata ayah saya. Tidak boleh menerima uang dari orang lain, apalagi korupsi.

Orang tua saya sangat anti kalau saya ikut main kartu, tuo, atau permainan apapun yang berbau judi. Suatu ketika saya pernah diberitahu teman main domino. Besoknya di sekolah, bersama teman-teman, di depan upacara Senin, saya disuruh buka baju. Empat lidi "dilibas" ke punggung dua kali. Delapan baris luka di punggung, baru sembuh dua minggu. Sakit!

Semua itu kurasakan menjadi sebuah pelajaran.Main judi hanya buang waktu dan tidak ada untungnya. Tapi kadang mencuri-curi juga. Tapi untunglah orang tua saya melarang, karena kalau tidak pasti saya tidak jadi sekolah. Mendidik anak harus dengan kasih sayang.

Kalau kami punya kesalahan pasti dihukum. Tetapi selalu disayang. Setelah ayahku memukul, sesampai di rumah, beliau akan mengobati luka bekas pukulannya. Kadang ada rasa geram. "Huh, tadi dipukul, sekarang diobati".

Punya orang tua guru, saya merasakan kasih sayang. Selalu ada waktu bercanda bersama di rumah, di ladang waktu bekerja sepulang sekolah. Mereka selalu memiliki cerita yang membangun karakter. Banyak sekali cerita anak-anak yang diwariskan ayah dan ibu saya dan masih bisa saya ceritakan kepada anak-anak.

Guru mengapresiasi prestasi sekecil apapun dari anak-anaknya. Kedua orang tuaku bangga dengan prestasi anak-anak, bangga dengan kebaikan, bukan kuasa atau materi.

"Biarlah hidup sederhana, asal jangan korupsi. Lihatlah orang-orang di TV itu. Wah, apalah artinya kaya kalau nanti masuk penjara," demikian selalu diingatkan ibu saya.

Punya orang tua guru, tidak menuntut apa-apa berupa materi dari anak-anaknya. Punya orang tua guru, bagiku tidak merepotkan. Mereka selalu ceria dan sehat walafiat. Hampir tak pernah menyusahkan kami.

Bahkan mereka terus berbakti kepada anak-anak hingga usia mereka saat ini menjalani 79 tahun. "Memberi lebih bahagia dari menerima", terus ingin berbuat yang terbaik bagi anak-anaknya, walau kehidupan mereka hanya sederhana saja.

Kalau ada anak-anaknya yang berkekurangan, mereka setiap saat mau mengulurkan tangan.

Gaji guru itu kecil. Kami harus bekerja bersama-sama di ladang sepulang ayah dan ibu mengajar di sekolah. Pensiun guru tidak besar, tetapi menjadi berkat, tidak hanya buat kalian berdua, tetapi kepada kami, cucu, cicitmu. Kasih guru sepanjang masa.

Itulah enaknya menjadi anak guru. Tidak pernah berurusan dengan penjara karena korupsi. Tidak susah menjawab pertanyaan anak-anak. "Pak, rumah kita, sepeda motor kita ini dari mana?".

Sepanjang usia mereka terus melayani dan tidak suka dilayani. Kalau kami datang ke kampung, ibu dan ayah selalu sigap memasak, menyuguhi kopi. Nilai kami anak-anak bukan soal pemberian kami, tetapi perhatian dan kasih sayang.


Selamat hari guru buat kedua orang tuaku. Terima kasih atas didikanmu, soal kehidupan, kesehatan, bermasyarakatnt, keuangan, mendidik anak. Panjang umur dan tetap semangat, hingga akhir khayatmu. (St Jannerson Girsang)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments