KABUT ASAP DI KOTA JAMBI 27 OKTOBER 2015. FOTO ASENK LEE SARAGIH |
Kehadiran hujan "buatan Tuhan" cukuplah menyadarkan para korban asap,
bahwa bergantung pada kekuatan manusia, kita banyak kecewa. Kehebatan
manusia, kehebatan pesawat Rusia menabur air dari udara tidak mampu
menyaingi kekuatan hujan ciptaan Tuhan. Bersyukur dan hargailah
ciptaaNya.
Bersyukur dan bersyukur!, Setelah pulang dari luar
kota tadi pagi, saya melihat awan biru mulai hadi di langit Medan.
"Sudah tiga hari yang lalu asap berangsur hilang,"ujar seorang teman.
Di Bandara Soekarno Hatta, tadi pagi seorang ayah dengan kopiah putih
berujar. "Ketika Tuhan menunjukkan kekuatanNya, tidak ada kuasa yang
menandinginya," katanya, sambil menunjuk ke atas langit-langit sebuah
halte di sekitar Bandara.
Menurutnya hujan buatan atau apapun namanya, tidak mampu mengusir asap yang begitu luas dan tebal.
"Hujan buatan Tuhanlah yang mengusir semua asap itu,"katany mantap,
sembari meninggalkan saya dan menantu saya, ketika dia harus check in
menuju Padang.
Korban asap seperti kami bersyukur karena asap
yang mengganggu selama beberapa minggu, sudah pergi, dan semoga pergi
untuk selamanya.
Sebuah refleksi betapa kecilnya kuasa manusia.
Andai Tuhan membiarkan kemarau terus menerus, maka bukan lagi, hanya
3/4 bumi Indonesia tertutup asap, tetapi mungkin lebih luas lagi.
Kita sering saling menyalahkan ketika kita tidak menyadari sebenarnya
Tuhan bekerja. Mengatakan diri paling hebat, padahal, tidak ada
apa-apanya. Saling unjuk gigi, siapa yang terkuat. Dalam kasus asap,
semua menyalahkan Jokowi, karena kurang sigap menangani asap, sementara
kita juga sebenarnya tidak berbuat apa-apa.
Sabar dan yakin
bahwa Tuhan tetap bekerja. Dialah penguasa alam ini. Dalam segala
ketamakan manusia atas ciptaanNya, Tuhan tetap mengasihi manusia.
Berapa juta meter kubik air harus diterbangkan oleh pesawat Rusia yang
canggih itu dan berapa lama lagi kita harus menderita, bila hujan
"buatan Tuhan" tidak turun.
TSayangnya, manusia akan segera lupa, ketika keluar dari penderitaan.
Semoga bencana asap menjadi pelajaran bagi semua. Tahundepan jangan
lagimembakar hutan. Sangat berbahaya dan merusak kita semua!.Jangan
ulangi kesalahan yang sama.
Berita dari BNPB
BNPB menerima
kunjungan dari DPD, Selasa (3/11). Setelah jamuan makan siang,
rombongan anggota DPD berkunjung ke Pusdalops BNPB.
Kapusdatinmas
menjelaskan potensi bencana di Indonesia. Antara lain Kebakaran Hutan
dan Lahan di Indonesia, "Kalimantan aman dari gempa tektonik namun
siap-siap saja potensi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan"
ucapnya.
Di hadapan anggota DPD yang juga Pansus Kebakaran Hutan
dan Lahan. Kepala BNPB,Willem Rampangilei memaparkan penanganan dan
kendala penanggulangan bencana asap di Riau.
"Pencegahan sudah dilakukan
oleh pemerintah provinsi Sumsel sejak bulan Februari, namun asap masih
saja terjadi. Kami mendatangkan pesawat Bombardier yang mampu membawa
6.000 liter air sekali angkut untuk memadamkan api" kata Willem.
Pada kunjungan tersebut juga melakukan teleconference dengan BPBD
Sumatera Selatan, BPBD Riau dan BPBD Kalimantan Tengah. Pada kesimpulan
pembicaraan tersebut, pansus ingin mendapatkan 'masukan' untuk tahun
depan agar tidak terjadi lagi Kebakaran Hutan dan Lahan,antara lain
adanya revisi atau perbaikan peraturan dan hukum untuk mencegah
pembakaran hutan dan lahan. Serta perbaikan UU No.24 tahun 2007 agar
lebih rinci lagi mengenai bencana asap.
Anggota Pansus Karhutla DPD RI yang hadir dalam kunjungan tersebut adalah :
1. Bpk. Parlindungan Purba (Ketua) Sumut
2. Ibu Wa Ode (Sekretaris) Sultra
3. Bpk. Habib Abdurrahman Bahasyim (Kalteng)
4. Ibu Sisca Marleni (Sumsel)
5. Bpk. M. Rachman (Kalteng).
6. Ibu Hj. Asmawati (Sumsel)
Kondisi Cuaca Sumatera dan Kalimantan Berangsur Baik
1 November 2015 21:35 WIB
JAKARTA - Hujan yang menguyur Sumatera dan Kalimantan menyebabkan
sebagian kondisi cuaca sudah normal. Hotspot berkurang, jarak pandang
menjauh, dan kualitas udara membaik.
Bahkan kondisi cuaca di Pekanbaru
sepanjang hari cerah berawan dengan jarak pandang 10.000 meter pada
Minggu (1/11). Suatu hal yang cukup langka sebelumnya. Begitu juga
daerah lain yang sebelumnya terkepung asap akibat karhutla. Namun
demikian semua pihak harus tetap waspada. Potensi karhutla tetap tinggi! (St Jannerson Girsang)
0 Comments