
Sebagai pemenang penghargaan
jurnalistik Anugerah Adinegoro maka harian Suara Pembaruan akan menerima
tropi, piagam dan hadiah uang sebesar Rp50 juta yang disampaikan
pada acara puncak HPN di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), 9 Februari
2016.
Dewan juri terdiri atas wartawan senior Saur Hutabarat,
Atmakusumah Astraatmadja serta Hermien Y. Kleden berunding cukup keras
untuk menentukan pilihan dengan membandingkan karya lain yaitu Kegaduhan
Dikendalikan dari harian Kompas yang disiarkan pada 17 Januari 2015.
"Kemenangan
tulisan ini juga menjadi kemenangan untuk kita semua dalam menghadapi
korupsi yang masih terjadi di negara kita," kata Saur Hutabarat dengan
menambahkan bahwa tajuk tersebut mempunyai magnitude yang menarik
pembaca.
"Kekuatan tulisan ini menampilkan detil kecil yang orang
lain tidak melihat, yaitu memunculkan tentang impian anak Indonesia
mengenai bangsa. Bersih dari korupsi adalah suatu utopia tetapi harus
diwujudkan," kata Hermien Y. Kleden yang tidak ragu untuk menjagokannya
sebagai pemenang.
Sementara itu Atmakusumah mengatakan bahwa gaya
tulisan tajuk ini bagus, karena sejak awal pada teras tulisan sudah
menampilkan opini, layaknya tulisan tajuk rencana.
Tulisan
menggunakan bahasa yang tegas dan kuat, didukung data yang sangat kuat
sehingga bisa meyakinkan pembaca untuk menyetujui opini tersebut.
Secara
keseluruhan para juri mengakui terjadi peningkatan kualitas dan
kuantitas karya yang masuk dibandingkan tahun lalu, dan tulisan tulisan
yang kuat juga muncul dari media kecil atau media daerah.
Kategori Tajuk Rencana diikuti oleh 55 tulisan dari 14 media massa.
Latar belakang
Anugerah
Adinegoro merupakan penghargaan jurnalistik yang diselenggarakan oleh
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan berkaitan dengan
Hari Pers Nasional (HPN) setiap tahun.
Nama Adinegoro diabadikan
untuk Anugerah Karya Jurnalistik karena Adinegoro dipandang sebagai
tokoh pejuang dan perintis pers yang dalam kehidupannya tidak dapat
dipisahkan dari perjalanan pers nasional. Djamaluddin Gelar Datuk
Maradjo Sutan, nama asli Adinegoro pada 14 Agustus 1904, lahir di
Tawali, Sawahlunto-Sumatra Barat.
Adinegoro adalah orang
Indonesia pertama yang secara formal mempelajari ilmu publisistik di
Jerman, selain mempelajari geografi, geopolistik, dan kartografi.
Anugerah Jurnalistik Adinegoro
Lomba
Karya Jurnalistik Adinegoro dimulai sejak tahun 1974. Saat itu
diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Jakarta
Raya, kemudian pada 1994 dialihkan dan diselenggarakan oleh PWI Pusat
dan menjadi rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional. Sementara PWI Jaya
kemudian mengabadikan nama MH. Thamrin sebagai nama lomba karya
jurnalistik.
Anugerah Jurnalistik Adinegoro, pada awalnya
dikhususkan untuk anggota PWI dan yang dilombakan adalah karya tulis
bidang pembangunan dalam kurun waktu satu tahun. Pemenang karya tulis
mendapat anugerah berupa trofi Adinegoro, piagam, serta hadiah uang
berupa cek. Pemenangnya hanya satu orang.
Pada 1997, selain
Anugerah Adinegoro juga diselenggarakan Lomba Karya Tulis Anugerah
Zulharmans untuk bidang Film, Musik, dan Pariwisata. Kedua Anugerah itu
sempat terhenti tiga tahun (2006-2008) karena karya tulis untuk bidang
pembangunan sangat sedikit, di samping faktor lainnya.
Barulah
pada tahun 2009, Anugerah Jurnalistik Adinegoro dimulai kembali, tetapi
bukan untuk bidang pembangunan, melainkan untuk karya jurnalistik dalam
tema Kemanusiaan dan Demokrasi, karya jurnalistik foto untuk tema
Kemanusiaan dan Demokrasi, serta untuk karya tulis Tajuk Rencana Media
Massa.
Jurnalisme inovasi kategori siber
Sementara
itu pada hari yang sama, karya tulis berjudul Salim Kancil, Buta Huruf
yang Menjadi Martir Lingkungan yang disiarkan oleh Republika.co.id
meraih penghargaan HPN untuk jurnalisme inovasi kategori siber.
Dewan
juri terdiri atas Onno W. Purbo, Rita Sri Hastuti dan Budiono Dharsono
memilih karya tulis yang disiarkan pada 30 September 2015 dengan total
nilai 233,5, mengungguli karya-karya lain yang dikirim oleh 11 media.
Menurut
Rita Sri Hastuti, karya yang masuk secara umum belum dalam format
sebagai jurnalisme siber, karena masih bertele-tele dengan deskripsi
yang panjang seperti untuk majalah.
"Namun isu yang diangkat oleh
pemenang mengenai tema humanisme, dengan gaya bahasa yang menarik,"
kata Rita yang mewakili Persatuan Wartawan Indonesia.
Pakar media
online, Onno W. Purbo menyoroti bahwa dibandingkan karya yang masuk
tahun lalu, saat ini meningkat jauh dalam jumlah maupun kualitas,
meskipun belum banyak menonjolkan ciri tulisan media siber.
"Tulisan
secara umum seperti memindahkan tulisna cetak di siber untuk mengikuti
lomba, sementara untuk tulisan online seharusnya cukup dua halaman
tetapi bisa maknyus’," kata Budiono dari Detik.com.
Pemenang
jurnalisme Siber akan mendapat hadiah tropi, piagam dan uang tunai
Rp10.000.000 yang akan diserahkan pada puncak acara HPN 9 Februari 2016
di NTB.
Untuk Informasi Lebih lanjut hubungi Sdr. Maria Andriana di nomor hp 08128432706.
Panitia HPN 2016
0 Comments