Presiden Jokowi saat Mengunjungi Orang Rimba di Sarolangun, Provinsi Jambi. |
( Relawan Jokowi )
BERITASIMALUNGUN.COM-Seandainya semua manusia disuruh duduk bersama diatas sebuah bangku
panjang dan menghadap sebuah meja panjang yang dipersiapkan dengan
segala jenis makanan yang dibutuhkan, maka dengan segera perbincangan
tentang kaya dan miskin berhenti. Dan hal ini memiliki kemungkinan yang
nyaris nihil, itulah pemahaman nihilisme dalam kehidupan nyata mahluk
yang bernama manusia.
Namun demikian, fakta sejarah menyatakan
bahwa tatkala umat manusia masih sedikit jumlahnya dan penghidupannya di
Firdaus, maka makanan berkelimpahan yang ada di Firdaus sangat
berkelebihan dibandingkan dengan makanan yang ada bagi manusia setelah
enyah dari Firdaus dengan jumlah manusia yang semakin banyak.
Disinilah
letak keniscayaan bahwa manusia tidak bisa hanya berdiam lalu memperoleh
makanan dengan mudah Demi melanjutkan kehidupannya. Manusia harus
berjuang atau menaklukkan rintangan demi mempertahankan kehidupannya.
Sejarah mencatat bahwa pada akhirnya didalam perjuangan mempertahankan
hidup ini, ternyata ada manusia yang sanggup dan ada yang Tidak sanggup.
Yang jadi masalah adalah ada manusia yang menghalangi manusia lain
didalam pertarungan mempertahankan kehidupannya, karena mereka lebih
kuat.
Perkembangan kehidupan manusia terus menerus terjadi,
akhirnya tiba pada suatu kenyataan bahwa manusia sudah terlalu banyak
dan bumi tetap tidak bertambah besar. Artinya kebutuhan makanan yang
tersedia dibanding jumlah penduduk yang banyak tidak seimbang dan
semakin parah lagi disebabkan oleh keserakahan segelintir manusia rakus
dan kejam.
Terjadilah ada manusia kaya dan ada manusia miskin.
Manusia kaya bahkan semakin kaya dan manusia miskin semakin miskin
karena kitidakadilan dan keserakahan dari animale laboran atau mahluk
rakus.
Terjadilah pertarungan sengit antar umat manusia untuk mempertahankan hidupnya.
Manusia mulai mengorganisir dirinya dan muncullah kelompok manusia yang
hidup disuatu daerah tertentu yang berbentuk kerajaan, monarkhi,
republik, dan lainnya yang tujuannya adalah untuk mempertahankan hidup
yang telah dianugerahkan Tuhan kepadnya.
Muncullah era Baru, era dimana
pertarungan antar kelompok (Negara) semakin tinggi. Siapa kuat dia
menang. Saling menjajah adalah lumrah. Kaum Borjuis versus Kaum
Proletar. Kaum Ningrat versus Rakyat Jelata. Pemerintah versus Rakyat.
Muncullah orang kaya Raya dan orang miskin melarat. Yang Kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Pada akhirnya manusia harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri
dimuka bumi ini entah mau atau tidak mau suka atau tidak suka. Yang
menjadi masalah adalah disatu pihak bertanggung jawab atas dirinya dan
dilain pihak dihalangi sehingga pertanggung jawabannya adalah
pertanggung jawaban yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Bagaimana
bisa seandainya saya disuruh harus merawat kesehatan, menjadikan pintar
bagi anak anak saya, tetapi dilain pihak kesempatan itu tidak diberikan
karena ketiadaan akses untuk meraihnya, inilah kejahatan manusia
terhadap manusia lain.
Orang saling menjegal. Orang saling menyikut.
Orang saling membunuh, semua demi melangsungkan kehidupannya. Manusia
cenderung menjadi serigala bagi manusia lainnya. Omong kosong dengan
segala peraturan yang ada, jikalau manusia tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tentang mengapa mereka harus berada di alam semesta ini.
Ada
etika. Ada Agama. Tetapi pada hakekatnya bahkan ilmu ilmu tentang
manusia tidak sanggup menjawab pertanyaan pertanyaan mendasar seperti :
Apakah esensi manusia itu bersifat material atau spiritual, siapakah
sebetulnya manusia itu dan bagimana kedudukannya dialam semesta yang
maha luas ini. Apakah arti dan nilai atau makna hidup manusia itu serta
apakah ada kebebasan pada manusia.
Apa yang sebenarnya menjadi tujuan
asasi darri hidup manusia dan apa yang harus dilakukan oleh manusia
didunia yang sangat tidak menentu ini. kita bilang ah ini zaman modern,
maka pertanyaan itu sudah diketahui, maka tidak perlu bertanya lagi.
Loh, pada kenyataannya manusia belum bisa menguak kemisteriannya,
sehingga apapun yang dilakukan dimuka bumi ini selalu berdasarkan
pemahaman iman dan percaya kepada Kekuatan Besar dimana pada hakekatnya
manusia sendiri tidak faham apa itu, diterimalah kenyataan itu sebagai
Iman dan ironis dan tragis bahwa orang berimanlah yang sering berperan
didalam dehumanisasi. Terjadilah banyak orang miskin di dunia ini.
Ada yang miskin secara struktural dan miskin secara kultural.
Saya hanya berbicara tentang kemiskinan di Indonesia, sebagai inti dari tulisan ini.
Salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan atau terlalu banyak orang miskin.
Data Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada tahun 2011 jumlah
orang miskin sudah turun menjadi 30 juta jiwa. Tahun 2010 jumlah orang
miskin adalah 31 juta jiwa. Tahun 2007 jumlah orang miskin masih 37 juta
jiwa.
Saat ini Presiden JOKOWI sementara berjuang keras untuk
mengentaskan kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin.
Dengan arif dan bijaksana Beliau mencanangkan program program yang pro
rakyat kecil.
Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor faktor struktural.
Kemiskinan Struktural ini menurut Penulis hanya ada dua faktor, dan
apabila ada Penulis lain yang bisa menambahkan faktor lain, maka itu
demi perbaikan kedua faktor ini.
Yang pertama diakibatkan karena Masyarakat itu sudah terstruktur.
Ada tingkat atas, tingkat menengah dan tingkat bawah. Kelas atau
Tingkat yang paling bawah inilah yang sering dijuluki manusia miskin
harta karena pada kenyataannya memang mereka miskin.
Yang kedua diakibatkan karena Kekuasaan.
Struktur kekuasaan pada hakekatnya mempengaruhi jumlah orang miskin.
Kalau kekuasaannya terdiri dari manusia KORUTOR semua, maka orang miskin
tambah merana. Omongkosong dengan program mensejahterakan rakyat
jikalau Pemimpinnya Tukang Korupsi. Saya tidak percaya Pemimpin yang
Korup dapat mensejahterakan rakyat.
Seribu kali Program Pengentasan
Kemiskinan ada dan seribu kali pun tidak akan berhasil jokalau
Pemimpinnya korup. Oleh karenanya saya setuju KORUPTOR dihukum mati.
Jadi hanya Pemimpin yang sayang rakyatnya, yang adil dan bijaksana, yang
tidak korupsi yang dapat meringankan beban penderitaan orang miskin.
Jokowi akan menghantar Indonesia untuk mensejahterakan Rakyat miskin.
Hanya JOKOWI yang saya percaya dapat menyebabkan jumlah rakyat miskin
berkurang, yang lain omong kosong.
Kemiskinan Kultural adalah Kemiskinan yang disebabkan oleh faktor kultural atau faktor Budaya.
Ada dua model Kemiskinan Struktural, yang pertama karena budaya
masyarakat, jika masyarakatnya berbudaya malas dan apatis serta budaya
masyarakat rajin, kreatif. Dari kedua model ini tentu yang malas
merupakan tanggung jawab bersama dengan Pemerintah untuk merubah cara
berfikir malas tersebut.
Itulah sebabnya, mengapa ada Nation and
Character Building atau Revolusi Mental ala Bung Karno yang sementara
diteruskan oleh ANAK IDEOLOGIS BUNG KARNO yang bernama JOKOWI.
JOKOWI sementara merubah cara berfikir keliru bangsa ini mulai dari
dirinya sendiri dan ditularkan kepada manusia disekitarnya untuk
diteruskan keseluruh masyarakat terutama masyarakat yang berbudaya
malas.
Seandainya saya disuruh berkata jujur, maka saya mau
mengatakan bahwa oleh karena Pemimpin sebelum JOKOWI mengadopsi POLITIK
PORNO ( segala tindakan yang mengenakan prinsip tujuan menghalalkan cara
) dan SISTEM PATRONASE ( sistem yang memberi akses kepada pihak pihak
yang berkuasa dalam sistem itu untuk lebih leluasa melakukan tindak
korupsi ), maka ORANG MISKIN TETAP BANYAK DI RI.
Yang dibutuhkan
oleh bangsa ini adalah Pemimpin Yang Pintar dan Benar, bukan Pemimpin
yang pintar tapi tidak benar apalagi pemimpin yang goblok dan bebal.
Jangan dibalik prinsip bahwa kita harus hidup lebih dulu baru kemudian
berfilsafat, itu menurut tuan Schopenhauer. Terkadang orang berfilsafat
tetapi lupa bahwa mereka juga harus hidup dan untuk hidup tidak bisa
tidak harus berjuang. The struggle for life. Bukan the struggle for
making them poor yang dilakukan oleh mahluk kampret.
Jalan menuju
kepastian adalah melalui keragu raguan yakni meragukan segala hal dan
kemudian mengambila sebagai aksioma apapun yang terbukti tidak dapat
diragukan, demikian Descartes mengajar saya, sehingga jika saya benci
KORUPTOR itu bukan benci orangnya tetapi perbuatannya, karena merekalah
yang membuat orang miskin bertambah banyak di the nation state of
Indonesia.
Coba simak apa yang dikatakan oleh Karl Marx, para Filsuf
bukan bertugas untuk menerangkan dunia ( das Sein ), tetapi mengubah
dunia ( das Sollen ).
Dan, jangan ditangguhkan untuk menyimak apa yang
dikatakan oleh Tuan Nietzsche, mendobrak kebudayaan yang lembek, mapan,
bodoh, dan cepat puas diri ( moral budak ) menggantinya dengan
kebudayaan yang adikuasa, megah, kompetetif, perkasa, hebat, dan berani (
moral tuan ).
Dengan demikian, maka saya yakin stigma jelek seperti
eine nation von kuli und kuli unter den nationen ( bangsa kuli dan kuli
bangsa bangsa ) dari Karl Theodor Helfferich sirna.
Dengan
mengemukakan prinsip tuan Arnold Toynbee " A great civilization never
goes down unless it destroy itself from within ", maka berakhirlah
tulisa ini. VIVA JOKOWI !!!
0 Comments