Foto Saat Wisuda Devee Girsang dari President University, Cikarang, Jakarta, 6 Juni 2015. IST FB Sebuah organisasi dibentuk secara bersama untuk tujuan bersama, dan dilaksanakan secara bersama-sama pula. Pemimpin organisasi adalah seorang yang mampu mewujudkan tujuan organisasi, dengan memimpin, mengarahkan, memberdayakan dan memotivasi perangkat-perangkat organisasi sehingga semua dengan suka cita melaksanakan tanggungjawabnya masing-masing, suka cita menikmati hasil pekerjaannya, suka cita memaknainya. |
Pemimpinnya bukan orang yang "Heppot"!
Tapi tak jarang, di lapangan, kita masih melihat seorang Pimpinan,
kalau di depan umum dia sangat "heppot". Dia sibuk kalau banyak orang.
Mukanya gelisah, dan capek! Suka marah-marah.
Kalau dia nggak
"heppot", rasanya tidak eksis. Pemimpin seperti ini suka "menjelekkan",
"menyalahkan" anak buahnya, bukan "membimbing" atau "melindungi"
mereka.
Di depan tamu, dia tidak segan-segan memarahi anak
buahnya, hanya supaya dia terlihat "berwibawa". Lupa, bahwa anak buah
jelek atau salah seharusnya menjadi tanggungjawab pemimpin.
Dia tidak sadar melakukan hal seperti itu adalah seperti "Menepuk Air di daun, kepercik mata sendiri".
"Heppot kali", kata orang Saribudolok!, Orang-orang dipimpin dan yang berada di sekelilingnya pasti tidak nyaman.
Pemimpin adalah orang yang menggerakkan fungsi organisasi di berbagai
level, untuk melaksanakan rencana-rencana yang sudah diputuskan,
berdasarkan pembagian kerja, sesuai levelnya masing-masing, mencapai
tujuan bersama yang sudah disepakati dan diputuskan bersama. Mendudukkan
orang para kursinya masing-masing!
Pemimpin adalah orang yang
memikirkan keputusan-keputusan strategis. Dia banyak bekerja tetapi
tidak terlihat. Berfikir dan memutuskan hal-hal yang penting, untuk
dilaksanakan bersama-sama.
Dia memikirkan agar organisasi dapat
berjalan oleh semua. Hasilnya dinikmati pula secara bersama-sama.
Mencari solusi kalau ada menghadapi mermasalahan, bukan mencari kambing
hitam.
Semua punya nama, semua punya prestasi. Pemimpin yang
baik akan membuat semua suka cita. Orang tau, siapa melaksanakan apa,
kapan, dimana, menciptakan kebanggaan bersama.
Seorang pemimpin
harus mengerti dan melaksanakan tugasnya yang strategis (perencanaan,
monitoring, evaluasi, memotivasi--pengkaderan dll),. membawa organisasi
ke arah yang benar.
Memastikan apakah keputusan yang dia ambil dijalankan dengan benar.
Sayangnya, dalam praktek, selalu terlihat pemimpin yang "heppot". Seperti tidak ada istirahatnya,melakukan apa saja!
Meski sudah dibuat pembagian kerja, tetapi tetap saja dia mengerjakan
semuanya, mulai dari urusan strategis, hingga operasional.
Di tengah jalan, tidak jarang dia tiba-tiba merubah sendiri program, sesuka hatinya.
Pemimpin yang "heppot" itu sering disebut , one man show. Dia tidak
mampu melihat potensi di sekelilingnya, banyak tenaga potensial yang
menganggur, justru yang banyak terlibat adalah orang yang setipe dengan
pemimpinnya.
Organisasi akhirnya tidak mampu memberdayakan
orang, kerja sama tidak berjalan baik. Muncul rasa tidak puas, atau
saling curiga.
Pemimpin yang "Heppot", hebatlah kelihatannya!
Cuma, buruknya, seringkali di matanya, orang di sekelilingnya dianggap
tidak mampu bekerja. Buruknya lagi,pemimpin yang seperti ini lupa
melaksanakan banyak tugas-tugasnya yang penting dalam organisasi.
Lupa memonitor dan mengevaluasi tugas-tugas yang bersifat operasional,
memberdayakan orang. Lebih menikmati tugas-tugas operasional, sehingga
dia tenggelam dan asyik sendiri.
Kadang kita risih melihat
kalau seorang pemimpin mengurusi tugas-tugas mulai menyapu,
membersihkan ruangan, memasang listrik, hingga memesan makanan dan
segala tetek bengek urusan kecil organisasi. Tak ada waktu diskusi,
duduk tenang di meja!
Terlihat sibuk, "heppot", muka berkerut, berkeringat, mulut komat-kamit, mata melotot, melihat yang lain semua salah!.
Memang, dengan melaksanakan tugas-tugas operasional, seorang pemimpin terlihat sangat populer, karena mudah terlihat.
Orang yang tidak memahami organisasi akan memujinya, rajin sekali pemimpin kita ini.
Sementara, di lain pihak, anak buah pasti bingung. Ada orang-orang yang ditugaskannya untuk melaksanakan pekerjaan itu.
Akhirnya tidak jelas, kerja dilaksanakan oleh siapa dan bertanggungjawab kepada siapa.
Kalau ada kesalahan, semua saling tuding. Biasanya boslah yang benar, anak buah selalu salah, akhirnya terdemotivasi.
Pemimpin tipe seperti ini sering lupa melaksanakan pengkaderan
kepemimpinan ke depan, lupa mempersiapkan penggantinya, karena menikmati
kepemimpinan one man show.
Menurutnya, organisasi tidak bergerak kalau dirinya tidak ada, seolah organisasi milik kakek neneknya, bukan milik bersama.
Dari mulutnya sering terdengar ucapan-ucapan yang dengan bangga mengatakan:
"Kalau gue nggak ada nggak jalan". "Cuma saya yang bekerja". "Semua
ini karena saya, yang lain hanya tidur". "Belum ada pengganti saya". Sok
kali yah!
Coba periksa di organisasi Anda, apakah masih ada pemimpin yang bertipe "heppot" seperti ini!.
Pemimpin seharusnya mengarahkan, membimbing, memberdayakan, bukan orang yang "heppot", syor sendiri.
Orang yang "Heppot" itu adalah karakter "pesuruh", bukan karakter "pemimpin". (St Jannerson Girsang)
0 Comments