BERITASIMALUNGUN.COM-Semenjak memisahkan diri dari Yugoslavia pada 1991, Kroasia menjadi
salah satu kekuatan sepak bola dunia. Negeri berpenduduk 4,2 juta jiwa
tersebut mulai aktif dalam beberapa turnamen internasional setelah resmi
menjadi anggota FIFA dan UEFA pada 1993.
Piala Eropa 1996 di
Inggris menjadi turnamen internasional perdana mereka. Tim yang ketika
itu dilatih Miroslav Blazevic mampu mencatatkan rekor positif dengan
lolos ke perempat final sebelum kalah 1-2 dari tim nasional Jerman, yang
pada akhirnya keluar sebagai juara.
Kontrak Blazevic kemudian diperpanjang untuk mempersiapkan pagelaran
Piala Dunia 1998 Prancis. Dalam turnamen tersebut, Kroasia dianggap
berada dalam masa keemasan karena mampu meraih tempat ketiga, setelah
mengalahkan timnas Belanda 2-1, di Stade de France, 8 Juli 1998.
Selain itu, striker legendaris Kroasia, Davor Suker, juga menjadi top
scorer dengan catatan enam gol dari tujuh pertandingan sepanjang
turnamen. Satu tahun berselang, Kroasia untuk pertama kalinya berada di
peringkat ketiga ranking FIFA yang dirilis pada Januari 1999.
Setelah dua turnamen itu, performa Kroasia menurun. Blazevic
mengundurkan diri pada Oktober 2000 setelah gagal membawa Kroasia lolos
ke putaran final Piala Eropa 2000 di Belanda dan Belgia. Federasi Sepak
Bola Kroasia (CFF) kemudian menunjuk Mirko Jozic sebagai pengganti.
Masa transisi pun mulai terjadi ketika beberapa bintang, seperti
Suker, Robert Jarni, dan Zvonimir Boban, pensiun. Namun, bersama
pemain-pemain muda, Kroasia masih mampu menunjukkan taji di turnamen
internasional dengan hanya sekali gagal lolos ke putaran final Piala
Dunia 2010.
Kroasia kini kembali memastikan satu tempat di ajang Piala Eropa 2016
setelah finis sebagai runner-up Grup H babak kualifikasi di bawah
Italia yang menjadi juara grup. Pada putaran final, Luka Modric dan
kawan-kawan berada di grup D bersama Spanyol, Ceska, dan Turki.
Bintang:
Ivan Rakitic
Setelah era emas Davor Suker dan kawan-kawan berakhir, skuat Kroasia
untuk pagelaran Piala Eropa 2016 di Prancis bisa dibilang merupakan
generasi terbaik dalam beberapa tahun terakhir lantaran diisi sejumlah
pemain berbakat yang berkarier bersama klub-klub raksasa Eropa.
Salah satu pemain itu adalah Ivan Rakitic. Karier cemerlang Rakitic
mulai terlihat setelah pemain berusia 27 tahun itu bergabung ke
Barcelona dari Sevilla pada musim panas 2014. Kubu Blaugrana bahkan
menyebut mantan gelandang Schalke 04 itu sebagai suksesor Xavi
Hernandez.
Maklum, tiga musim di Sevilla, Rakitic mencatat rekor impresif dengan mencetak 41 assist dan 39 gol dari total 134 pertandingan. Sementara itu, bersama Lionel Messi dan kawan-kawan, dia telah menorehkan 14 assist dan 12 gol dalam 87 pertandingan di semua kompetisi.
Berbagai trofi serta penghargaan individual juga diraih pemain
kelahiran Swiss tersebut. Selain trofi Liga Europa 2013-14 bersama
Sevilla, dia telah mempersembahkan lima gelar untuk skuat Blaugrana,
termasuk salah satu di antaranya Liga Champions pada musim 2014-15.
Rakitic memulai debut di timnas senior Kroasia saat melawan Estonia pada babak kualifikasi Piala Eropa 2008,
di Zagreb, 8 September 2007. Dia kemudian mencetak gol perdana saat
Kroasia berpesta enam gol tanpa balas ke gawang Andorra, empat hari
berselang.
Pada putaran final Piala Eropa 2008, Rakitic tercatat sebagai pemain
termuda di dalam skuat timnas Kroasia. Namun, meski masih berusia 20
tahun, penampilannya tetap memesona. Dia pun sempat memberikan assist
untuk gol Ivica Olic saat menang 2-1 melawan Jerman.
Setelah perhelatan di Austria-Swiss itu, Rakitic selalu menjadi
pilihan utama di lini tengah Kroasia pada Piala Eropa 2012 dan Piala
Dunia 2014. Hingga saat ini, pemain yang mengawali karier profesionalnya
bersama FC Basel itu telah melakoni 70 pertandingan dan mencetak 13
assist serta 10 gol.
Pelatih:
Ante Cacic
Karier Ante Cacic bersama timnas Kroasia belum berlangsung lama. Pria
berusia 62 tahun itu ditunjuk CFF sebagai pelatih skuat senior pada 21
September 2015, menggantikan posisi Niko Kovac yang dipecat setelah
Kroasia tampil buruk pada putaran kualifikasi Piala Eropa 2016.
Cacic sempat membuat keputusan kontroversial ketika memasukan nama
Josip Simunic sebagai asisten pelatih. Simunic adalah mantan pemain
Kroasia yang sempat menerima hukuman larangan tampil dalam 10 laga dari
FIFA setelah melakukan gerakan berbau fasis pada November 2003.
Meski begitu, Cacic mampu menjawab berbagai kritik dengan hasil
positif di dalam lapangan. Dia membawa Kroasia meraih dua kemenangan
beruntun sehingga dipastikan lolos ke putaran final di Prancis dengan
status runner-up, di bawah Italia yang menjadi juara Grup H.
Cacic mengawali karier kepelatihan dengan menangani Prigorje
Markusevec pada 1986 hingga 1987. Setelah itu, dia melatih beberapa klub
besar Liga Kroasia, antara lain Dinamo Zagreb pada periode 2011 hingga
2013, Slaven Belupo (2014-2015), dan NK Lokomotiva (2015).
Selain itu, Cacic juga tercatat sebagai salah satu dari 10 pelatih
sepak bola di Kroasia yang memiliki lisensi UEFA Pro. Dia memulai karier
di level internasional dengan menjabat sebagai pelatih timnas Kroasia
U-21 pada 1994 hingga 1998 dan asisten pelatih timnas Libya (2005-2006).
Menurut data Transfermarkt, Cacic sudah menjalani total 117
pertandingan, dengan 59 laga di antaranya meraih kemenangan , 21 imbang,
dan 37 kalah. Teranyar, mantan pelatih Dinamo Zagreb itu membawa
Kroasia menang 3-1 atas Rusia, pada laga uji coba, 17 November 2015.
Legenda:
Davor Suker
Davor Suker adalah salah satu striker tajam yang pernah dimiliki tim
nasional Kroasia. Semenjak melakukan debut bersama timnas senior Kroasia
pada 22 Desember 1990, mantan penyerang Real Madrid dan Arsenal
tersebut telah mencetak 48 gol dari 68 pertandingan.
Nama Suker melejit setelah menjadi top scorer Piala Dunia
1998 Prancis. Pria berusia 48 tahun itu mencetak enam gol dari tujuh
laga, termasuk satu di antaranya ketika membawa skuat Vatreni—julukan
timnas Kroasia—meraih tempat ketiga setelah mengalahkan Belanda 2-1.
Pada tahun yang sama, Suker juga sukses membawa Los Galacticos
menjuarai Liga Champions dan Piala Intercontinental. Total, selama tiga
tahun berkarier di Santiago Bernabeu sejak 1996, pria kelahiran Osijek,
Yugoslavia tersebut menorehkan 46 gol dalam 106 laga.
Suker kemudian memutuskan melanjutkan karier di Premier League
bersama Arsenal pada 1999. Namun, kiprahnya bersama The Gunners kurang
cemerlang dan dia pun gagal meraih Piala UEFA 2000 setelah dikalahkan
Galatasaray lewat babak adu penalti pada pertandingan final.
Setelah sempat bergabung dengan West Ham United (2000-2001) dan TSV
1860 Munich (2001-2003), Suker memutuskan pensiun sebagai pesepak bola
pada 16 Maret 2003. Dua musim di Bundesliga, dia hanya mencetak lima gol
dari 25 penampilan bersama skuat Die Lowen.
Meski sudah gantung sepatu, Suker masih aktif berkecimpung dalam
dunia sepak bola. Pada 2004, dia membuka Davor Suker Soccer Academy di
Zagreb, yang dikabarkan menjadi salah satu akademi dengan fasilitas
terlengkap untuk para pemain muda di Kroasia.
Pada Juli 2012, Suker terpilih sebagai Presiden CFF, menggantikan
posisi Vlatko Markovic. Tiga tahun berselang, finalis Ballon d’Or 1998
itu pun resmi menjabat sebagai salah satu anggota Eksekutif UEFA melalui
hasil Kongres Eksekutif Komite UEFA di Vienna, pada 24 Maret 2015.
Sumber: Bola.com
0 Comments