BERITASIMALUNGUN.COM-Dalam pagelaran Piala Eropa, perjalanan tim nasional Ceska cukup
membanggakan. Meski belum pernah meraih trofi turnamen tersebut semenjak
berdiri sebagai negara republik pada 1993, Ceska merupakan salah satu
tim yang selalu lolos ke putaran final Piala Eropa sejak 1996.
Sebelum pecah, Cekoslowakia adalah salah satu raksasa dalam dunia
sepak bola Eropa. Bahkan, pada Piala Eropa 1976 di Yugoslavia,
Cekoslowakia mampu mengalahkan juara bertahan, Jerman Barat, lewat babak
adu penalti untuk keluar sebagai kampiun turnamen tersebut.
Pada 1 Januari 1993, Cekoslowakia pecah menjadi Ceska dan Slowakia.
Tiga tahun berselang, dengan mengandalkan pemain-pemain bintang, seperti
Patrick Berger, Karel Poborsky, hingga Pavel Nedved, tim yang kala itu
dilatih Dusan Uhrin tersebut mampu mencapai final Piala Eropa 1996.
Sayang upaya Nedved dan kawan-kawan mengulang memori indah di
Belgrade pupus di tangan Jerman—yang sejak 1992 tidak lagi menggunakan
nama Jerman Barat. Ceska harus puas hanya menjadi runner-up setelah takluk 1-2 lewat gol emas Olivier Bierhoff pada menit ke-95.
Di ajang Piala Eropa 2000, Ceska gagal melangkah jauh seperti edisi
sebelumnya karena tidak lolos penyisihan Grup D yang juga diisi Belanda,
Prancis, dan Denmark. Ceska finis di peringkat ketiga, kalah bersaing
dengan Belanda dan Prancis yang lolos sebagai juara dan runner-up.
Empat tahun berselang, Ceska kembali menunjukkan taji dengan mencapai
semifinal sebelum kalah 0-1 dari Yunani, yang pada akhirnya secara
mengejutkan keluar sebagai juara Piala Eropa 2004. Pada pertandingan
final, Yunani mengalahkan tuan rumah, Portugal, 1-0.
Ceska kembali gagal lolos dari penyisihan grup pada Piala Eropa 2008.
Empat tahun kemudian di Ukraina dan Polandia, Petr Cech dan kawan-kawan
mampu menembus perempat final sebelum dikalahkan Portugal, 0-1, lewat
gol "semata wayang" Cristiano Ronaldo pada menit ke-79.
Kini, Ceska kembali meneruskan catatan positifnya dengan lolos ke putaran final Piala Eropa 2016 Prancis.
Bahkan, skuat asuhan Pavel Vrba itu mampu tampil perkasa
dengan memuncaki klasemen Grup A babak kualifikasi, yang juga ditempati
salah satu tim raksasa Eropa, Belanda.
Menariknya, Ceska bisa dibilang menjadi salah satu aktor utama di
balik kegagalan Belanda lolos ke putaran final. Pada pertandingan
terakhir kualifikasi grup di Stadion Amsterdam Arena, 15 Oktober 2015,
Robin van Persie dan kawan-kawan takluk 2-3 di tangan Ceska.
Pada putaran final Piala Eropa 2016, Ceska tergabung di Grup D
bersama Kroasia, Turki, dan juara bertahan, Spanyol. Skuat
Narodak—julukan timnas Ceska—akan menjalani pertandingan perdana melawan
Spanyol, di Stadion Municipal, Toulouse, Prancis, 13 Juni mendatang.
Bintang:
Petr Cech
Tim nasional Ceska beruntung memiliki Petr Cech di bawah mistar
gawang. Dengan postur tinggi 1.93 meter, reflek memukau, serta
pengalaman melimpah bersama Chelsea dan Arsenal, kiper berusia 33 tahun
tersebut saat ini bisa dibilang merupakan salah satu kiper terbaik
dunia.
Nama Cech melejit saat memutuskan hijrah dari Rennes ke Chelsea pada
2004. 11 musim berkiprah bersama The Blues, Cech mempersembahkan 14
trofi, termasuk di antaranya empat gelar Premier League pada 2005, 2006,
2010, dan 2015, serta Liga Champions (2012).
Tak hanya meraih trofi untuk klub, Cech juga beberapa kali mendapat
penghargaan individual. Pada Piala Eropa 2004, dia terpilih sebagai
kiper terbaik setelah membawa Ceska ke babak empat besar sebelum
dikalahkan Yunani 0-1, yang pada akhirnya keluar sebagai juara.
Selain itu, Cech pun dinobatkan sebagai kiper terbaik di ajang Liga
Champions musim 2004-05, 2006-07, dan 2007-08. Total, mantan kiper
Sparta Prague tersebut telah melakoni 110 pertandingan dan menorehkan 49
clean sheets sepanjang keikutsertaan dalam turnamen.
Cech melakoni 493 laga dan mencatatkan 228 clean sheets di
semua kompetisi bersama Chelsea. Catatan tersebut membuatnya menjadi
pemain keenam dengan penampilan terbanyak dalam sejarah klub, setelah
John Hollins (592), Frank Lampard (648), John Terry (696), Peter Bonetti
(729), dan Ron Harris (795).
Kehadiran kiper muda Belgia, Thibaut Courtouis pada musim 2014-15
membuat Cech kehilangan tempat di skuat utama Chelsea. Setelah hanya
tampil dalam 16 pertandingan, dengan satu di antaranya sebagai
pengganti, Cech kemudian hijrah ke Arsenal pada 29 Juni 2015.
Keputusan itu pun berbuah manis. Cech mendapat kepercayaan penuh dari
Arsene Wenger untuk mengawal gawang Arsenal. Bahkan, pada 25 Desember
2015, Cech menorehkan rekor di Premier League setelah mencatat 170 clean
sheets usai mengalahkan Bournemouth, 2-0, di Emirates.
Bersama timnas Ceska, Cech sudah tampil 117 kali semenjak menjalani debut pada 12 Februari 2002. Di ajang Piala Eropa 2016,
ketangguhan sang kapten menjaga gawang negaranya akan kembali diuji
saat menghadapi Sergio Ramos dan kawan-kawan, pada laga perdana Grup D,
13 Juni mendatang.
Pelatih:
Pavel Vrba
Kesuksesan tim nasional Ceska melangkah ke putaran final Piala Eropa
2016 Prancis tidak lepas dari sosok Pavel Vrba. Pelatih berusia 52 tahun
tersebut dianggap mampu mengembalikan filosofi menyerang Ceska yang
sempat hilang ketika mereka gagal total pada Kualifikasi Piala Dunia
2014.
Vrba mengawali karier kepelatihan bersama Banik Ostrava, sebelum
menangani FC Viktoria Plzen pada 2008 hingga 2013. Namanya mulai
berkibar di dalam dunia sepak bola Eropa setelah membawa Plzen untuk
kali pertama dalam sejarah keluar sebagai juara Piala Liga Ceska pada
2010.
Selain itu, Vrba juga berhasil membawa Plzen tampil di putaran final
Liga Europa tiga musim beruntun—rekor bagi klub Ceska. Raihan tersebut
membuat mantan pemain timnas era 1980-an itu meraih penghargaan sebagai
pelatih terbaik Liga Ceska sejak 2010 hingga 2014.
Pada November 2013, Federasi Sepak Bola Ceska (FACR) mengaktifkan
klausul pelepasan Vrba dari Viktoria Plzen sebesar 8 juta czech koruna.
Dia melakoni debut sebagai pelatih timnas Ceska saat bermain 2-2 melawan
Norwegia di Eden Arena, pada laga uji coba, 5 Maret 2014.
Sepanjang kariernya sebagai pelatih, menurut data Transfermarkt,
Vrba mencatat 58,1 persen kemenangan, 22,1 persen (imbang), dan 19,7
persen (kalah). Bersama timnas Ceska, dia meraih delapan kemenangan,
tiga kali hasil imbang, dan enam kali kalah, dari total 17 pertandingan.
Keberhasilan Ceska melangkah ke putaran final Piala Eropa 2016
pun membuat Vrba bangga. Apalagi, kesuksesan itu terasa spesial karena
mereka berstatus sebagai juara grup pada babak kualifikasi, mengungguli
Belanda yang justru tersingkir setelah finis di posisi keempat.
"10 atau 15 tahun lalu, kami memiliki banyak pemain terkenal yang
merumput di klub-klub top Eropa. Situasi sekarang berbeda, hanya sedikit
pemain terkenal di skuat kami. Ini membuat saya bahagia karena mendapat
hasil dari para pemain yang terbilang biasa," ujar Vrba.
Legenda:
Antonin Panenka
"Sejauh ini, adu penalti selalu digunakan. Ketika atau jika ada
seseorang pemain pintar datang dengan sesuatu yang lebih menarik,
sesuatu yang lebih memikat dengan permainan psikologis lebih baik,
mungkin kita dapat mengubah sistem (adu penalti) yang sekarang ada."
Begitu komentar Antonin Panenka saat mengenang momen ikonik dalam
babak adu penalti melawan Jerman Barat pada partai final Piala Eropa
1976. Berkat kecerdikannya mengeksekusi penalti, Panenka mampu
mempersembahkan gelar juara Eropa bagi Cekoslowakia.
Panenka menjadi penendang kelima pada babak adu penalti tersebut.
Namun, meski berada dalam tensi tinggi, dia sangat tenang mengecoh kiper
Jerman Barat, Sepp Maier. Melihat Maier bergerak ke kiri, Panenka
mencungkil bola ke arah tengah untuk menceploskan bola.
Keberhasilan Panenka semakin istimewa karena trofi Piala Eropa 1976 adalah
satu-satunya gelar internasional bagi Cekoslowakia. Meski kini negara
itu sudah pecah menjadi Ceska dan Slowakia, Panenka tetap dianggap
sebagai salah satu legenda sepak bola bagi dua negara tersebut.
Panenka mengawali karier dengan Bohemians Praha pada 1967 hingga
1981. Bersama Bohemians, pria berusia 67 tahun tersebut sudah dikenal
sebagai gelandang yang memiliki kemampuan memikat dalam urusan mengumpan
dan mengeksekusi tendangan bebas dan penalti.
Setelah melalang buana berkiprah dengan Rapid Vienna (1981-1985), VSE
St. Polten (1985-1987), Panenka memutuskan pensiun sebagai pesepak bola
bersama SK Slovan Wien, pada 1989. Dia pun sempat meraih penghargaan
Pesepak bola terbaik Cekoslowakia pada 1980.
Seusai perhelatan Piala Eropa 1976, eksekusi penalti unik Panenka pun
menjadi inspirasi bagi pesepak bola lain. Legenda tim nasional Prancis,
Zinedine Zidane, misalnya, yang menerapkan penalti ala Panenka saat
mengecoh kiper Italia, Gianluigi Buffon, pada final Piala Dunia 2006.
Pada Piala Eropa 2012, giliran Andrea Pirlo yang menggunakan teknik
tersebut untuk membobol gawang Inggris yang dikawal Joe Hart, dalam
babak adu penalti pada partai perempat final. Teranyar, bintang
Barcelona, Lionel Messi, juga memakai cara yang sama saat melawan Getafe
di ajang La Liga 2014-15.
Secara khusus, Panenka pun menyebut tendangan “Penalti Panenka” Messi
sangat istimewa. Menurut dia, “Itu adalah eksekusi terbaik yang pernah
saya lihat—tidak terlalu kencang, mengarah ke tengah, dan ketinggian
bola sangat bagus. Secara teknis sempurna dan itu menunjukkan kualitas
Messi.”
Sumber: Bola.com
0 Comments