
Kehancuran akibat gempa 6,2 SR di kota Amatrice, Italia, 24 Agustus 2016. (Foto: AFP)
BeritaSimalungun.com, Amatrice: Kombinasi
patahan bebatuan dangkal dan konstruksi bangunan yang tidak diperkuat
memicu kehancuran dahsyat dalam gempa bumi di wilayah pusat Italia, Rabu
(24/8/2016).
Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) menewaskan sedikitnya 159 orang, dan masih banyak lainnya yang terperangkap reruntuhan di beberapa kota di Italia.

Korban gempa di Italia ditarik dari reruntuhan bangunan. (Foto: AFP)
Seperti banyak desa dan kota di wilayah pegunungan Italia, Amatrice
terdiri dari banyak gereja berkonstruksi batu dan bangunan lain yang
dibangun ratusan tahun lalu. Zaman dahulu kala, orang Italia kuno belum
begitu mengenal gempa bumi. Saat gempa bumi melanda, bangunan yang
memang tidak didesain untuk menahan guncangan, hancur dan rata dengan
tanah.
"Bahkan 100 tahun lalu, mereka tidak tahu bagaimana cara membangun
struktur yang tahan gempa," kata David A. Rothery, profesor Open
University di Milton Keynes, Inggris, seperti dikutip BBC.
Kekuatan gempa di Italia lebih lemah dari beberapa guncangan terbaru.
Gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang Nepal pada April 2015, misahlnya,
yang menewaskan 8.000 orang, melepaskan energi 250 kali lebih besar dari
gempa di Italia.
Namun menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa di
Italia terjadi di kedalaman yang sangat rendah, sekitar 9,6 kilometer di
bawah permukaan Bumi. "Gempa dangkal menyebabkan lebih banyak
kehancuran daripada gempa dalam karena kedangkalan itu memicu guncangan
yang lebih dahsyat," tutur Profesor Rothery.
Konstruksi Batu

Tim penyelamat mencari korban di reruntuhan bangunan di Amatrice. (Foto: AFP)
Video dari Amatrice dan kota lainnya di dekat pusat gempa memperlihatkan
sederet bangunan berkonstruksi batu yang hancur terkena imbas gempa.
Gempa bumi dipicu pergerakan kerak Bumi, yang terbagi ke dalam beberapa
bagian bernama lempeng tektonik. Pegunungan Apennine, lokasi gempa
terbaru di Italia, adalah tempat di mana sebuah lempeng, yakni lempeng
Afrika, bergerak di bawah lempeng lainnya, Eurasian.
Karena adanya interaksi kompleks antar lempeng, cekungan Laut Tyrrhenian
di pesisir barat Italia, meluas. Perluasan tersebut, dan tekanan yang
diciptakannya di Apennines, adalah pemicu gempa 6,2 SR di Italia.
Area terimbas gempa terbaru di Italia mirip dengan guncangan serupa di
masa lalu, termasuk gempa 6,3 SR di kota L'Aquila pada 2009 yang
menewaskan sedikitnya 295 orang, melukai lebih dari 1,000 lainnya dan
membuat 55 ribu warga kehilangan tempat tinggal.
Massimo Cocco, seorang ahli geologi dari Institut Nasional Geofisika dan
Vulkanologi di Roma mengatakan kedua gempa tersebut memiliki kesamaan.
"Dari sifat dan kedalamannya, keduanya mirip," sebut Cocco.
Setelah gempa 2009, tujuh anggota komisis nasional pencegahan bencana
Italia ditangkap atas tuduhan tidak memperingatkan L'Aquila mengenai
ancaman gempa. Mereka terbukti bersalah atas pembunuhan massal pada
2012, dan divonis enam tahun penjara. Namun tuduhan terhadap mereka
akhirnya dicabut setelah mengajukan banding pada 2014.
Cocco mengatakan Italia sudah menggunakan konstruksi anti-seismik dalam
pembangunan gedung-gedung modern. Namun pemerintah Italia kurang
memerhatikan bangunan yang sudah dibangun ratusan tahun lalu. Padahal
bangunan kuno berkonstruksi batu adalah struktur dominan di Italia.

Bangunan berkonstruksi batu banyak ditemukan di Italia. (Foto: AFP)
"Ketahanan bangunan (kuno) terlalu rendah dibandingkan dengan frekuensi
dan dampak kuat dari fenomena alam yang ditentukan oleh risiko seismik
di negara kami," tutur Cocco.(*)
(Metronews.com/WIL)
0 Comments