BERSIHKAN PANTAI: S Sidebang membersihkan lumut yang tumbuh subur akibat surutnya air danau, Sabtu (19/11) di Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Dairi.SIB TULUS TARIHORAN |
BeritaSimalungun.com, Sidikalang-Pedagang dan penyedia layanan wisata di kawasan wisata Tao Silalahi Kecamatan Silahisabungan Dairi mengeluhkan, menurunnya jumlah kunjungan wisata akibat surutnya air Danau Toba.
"Menurutnya jumlah pengunjung ke kawasan Tao Silalahi disebabkan surutnya air danau," kata S Sidebang (43) didampingi istrinya L boru Siringo-ringo, kepada wartawan, di Desa Silalahi III pekan lalu.
Disebutkannya, air danau surut sekitar 1,5 meter lebih dari permukaan pantai. Surutnya air danau, disebabkan musim kemarau sejak delapan bulan lalu. Memang dalam tiga minggu terakhir hujan sudah turun.
Surutnya air sangat berdampak, pinggiran pantai lumut menjadi tumbuh subur. Pihaknya, hampir setiap hari harus membersihkan tumbuhan lumut yang berada dekat pantai.
"Hampir setiap hari harus membersihkan tumbuhan lumut yang berada dekat pantai, demikian juga sampah yang terbawa air ke pinggir harus juga dibersihkan," ucap boru Siringo-ringo.
Selain tumbuhan lumut, ada seperti sejenis ulat kecil kalau disini dikatakan warga ombok, bila mandi sering nempel di kulit. "Memang tidak berbahaya, tetapi bila nempel dikulit sewaktu berenang akan terasa geli," sebutnya.
Lanjutnya, biasanya kunjungan ke Silalahi setiap minggunya lumayan ramai, bahkan hari kerja pun ada saja yang datang untuk bersantai, tetapi sejak air surut, jumlah pengunjung menurun.
Boru Siringo-ringo mengatakan, turunnya jumlah pengunjung juga disebabkan adanya kutipan-kutipan di pintu masuk menuju kawasan ini. Dampak dari kutipan tersebut, pengunjung jadi enggan datang untuk bersantai. Misalnya, bila datang dari luar Dairi, masuk dari arah Tongging, sudah ada beberapa kali kutipan retribusi. Bahkan di Silalahi ini pun masih ada kutipan.
Sementara itu, Hermanto Situngkir (28) penyedia jasa lokasi memancing juga keluhkan dampak surutnya air. Pranca yang dijadikan untuk tempat duduk pemancing menjadi jauh dari permukaan air. Jadinya pemancing jadi enggan menggunakan pranca tersebut.
Padahal bila untuk memindahkan pranca tersebut ke arah dalam danau, membutuhkan biaya besar. "Pranca yang sudah ada harus dibongkar, untuk membuat yang baru harus menggunakan bambu yang baru ditebang. Bila yang lama digunakan, sudah tidak layak lagi," sebutnya. (SIB)
0 Comments