Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Dayok Nabinatur, Kuliner Khas Simalungun Ditetapkan sebagai Warisan Budaya

"Dayok Binatur" buatan St Berlin Manihuruk dan Ibunda Anta Br Damanik, mereka  selalu memberikan masakan khas Adat Simalungun "Dayok Binatur" (Ayam kampung Panggang) kepada cucu dan anaknya. Kuliner ini menjadi hadiah spesial di keluarga kami jika mudik kampung halaman, Jumat 1 Januari 2016. Foto Asenk Lee Saragih.
BeritaSimalungun.com-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, telah menetapkan makanan khas Simalungun, Dayok Nabinatur, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Sertifikat penetapan ini diberikan langsung oleh Mendikbud, Muhadjir Effendy, kepada Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Sumut, Evi Diana Erry Nuradi pada 27 Oktober lalu.(Baca: Dayok Binatur Ala Silimakuta)

Mewakili lembaga pemangku adat Simalungun, Sekretaris Jendral (Sekjen) Partuha Maujana Simalungun (PMS), Djapaten Purba mengaku belum mengetahui hal ini. Ia turut meminta Tribun untuk memperlihatkan sertifikat yang di maksud kepada PMS.

"Belum tahu, kami baru tahu sekarang. Bisa dikirimkan ke Simalungun penetapan dan nilai-nilai yang tertulis di sertifikat," Kata Djapaten saat dihubungi www.tribun-medan.com, Selasa (1/11/2016).(Kunker ke Jambi, Junimart Girsang dan Marsiaman Saragih Disodori Kuliner Khas Simalungun Panggang “Dayok Binatur”)

Djapaten menceritakan bahwa, Dayok Nabinatur merupakan makanan adat yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Simalungun. Ia menyebutkan pada awalnya, makanan ini diberikan kepada raja, dan kini kerap diberikan kepada tokoh masyarakat dan pimpinan daerah.

"Ini makanan khusus kepada raja, dan saai ini kita suguhi kepada pejabat yang baru dilantik dan kepada tokoh yang berprestasi. Bisa juga diberikan kepada seseorang yang akan berangkat merantau" sambungnya.

Dayok Nabinatur merupakan bahasa Simalungun yang berarti ayam yang diatur. Potongan daging ayam diposisikan sesuai keadaan awal. Djapaten mengungkapkan makanan ini memiliki filosofi yang sangat penting dalam kehidupan sosial.


"Ini simbol keteraturan. Hidup ini harus teratur, santun dan tahu etika. Dulunya dibuat oleh laki-laki, tapi saat ini sudah bisa dibuat oleh perempuan," sebutnya mengakhiri. (*)

Sumber: www.tribun-medan.com

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments