![]() |
Perayaan Natal di Gedung Sabuga Bandung, Selasa 6 Desember 2016 Malam.IST |
BeritaSimalungun.com, Jakarta-Situasi mencekam massa
Pembela Ahli Sunnah (PAS) dipimpin Ketua umumnya membubarkan kegiatan Kebaktian
Kebangunan Rohani (KKR) Natal Bandung 2016 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga),
Jalan Taman Sari, Selasa (6/12/2016) sore.
Sejumlah orang dipimpin oleh Ustadz Muhammad Ro'in
merangsek masuk kedalam ruang utama dan membubarkan jemaat yang sedang
menyanyikan kidung di atas panggung. “Hentikan lantunan kidung, kita kan sudah
sepakat tadi. Jangan dilanggar dong" Seru Ustad M Ro'in diikuti sejumlah
anggotanya.
Kejadian tersebut diduga dipicu lantunan kidung yang tetap
dinyanyikan oleh jemaat KKR. Massa menganggap hal tersebut melanggar
kesepakatan yang telah dibuat oleh panitia dengan massa PAS.
Salah seorang panitia KKR, Didi meminta agar dihentikan
sementara lantunan kidung, dan menenangkan massa PASS. Jemaat yang mayoritas
berusia remaja dengan wajah panik akhirnya turun dari panggung.
Proses mediasi sempat berjalan dengan ditengahi oleh
Kapolrestabes Bandung dan Dandim 0618/BS. Sebelumnya, beberapa orang perwakilan
telah dipersilahkan untuk menunggu di ruang depan, hingga kesepakatan berjalan,
yaitu pembubaran peserta KKR oleh panitia. Ormas keagamaan PAS menilai acara
tersebut diduga melanggar aturan.
Menanggapi insiden itu, Pdt Andreas A. Yewangoe, mantan
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, sekarang menjabat Ketua
Majelis Pertimbangan PGI menulis Surat terbuka lewat akun sosial media ditujukan
kepada Kapolri dan Mendagri.
Kepada yang terhormat,
1. Bapak Kapolri
2. Bapak Mendagri
di Tempat
1. Bapak Kapolri
2. Bapak Mendagri
di Tempat
Salam sejahtera,
Perkenankanlah saya, Pdt Andreas A. Yewangoe, mantan Ketua
Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, sekarang menjabat Ketua Majelis
Pertimbangan PGI menjumpai bapak-bapak berhubung dengan penghentian kebaktian
kebangunan rohani Natal oleh massa intoleran di Bandung kemarin.
Pertama-tama aksi itu sangat disayangkan sebab terjadi
justru di tengah-tengah upaya Negara memajukan kerukunan dan toleransi. Negeri
kita terkenal di seluruh dunia sebagai contoh dari kerukunan dan toleransi.
Bapak Presiden sendiri mengungkapkan dalan debat Capres dua tahun lalu, bahwa
bagi kami persoalan kemajemukan sudah selesai.
Artinya kemajemukan diterima sebagai kenyataan yang
mestinya memperkuat negeri ini dan bukan melemahkannya. Bapak Presiden juga
menegaskan bahwa Negara akan hadir untuk menjamin bahwa kemajemukan masyarakat
kita tidak akan diganggu.
Kebaktian KKR kemarin, menurut kabar yang saya peroleh
telah memenuhi syarat-syarat perizinan yang diperlukan. Sayang sekali,
syarat-syarat itu tidak mampu mengurungkan niat massa untuk mencegah
diselenggarakannya kebaktian tersebut.
Setelah bernegosiasi dengan diperantarai pejabat
Pemerintah, akhirnya kegiatan itu dihentikan. Tindakan itu bisa saja difahami
guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun demikian, saya tetap sayangkan peristiwa itu, bukan pertama-tama karena umat Kristen batal berbakti, tetapi karena mencederai wajah bangsa kita yang rukun dan ramah terhadap siapapun. Kalau tindakan seperti ini terus berulang, bukan tidak mungkin memperlemah bahkan meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan kita.
Karena itu saya mohon bapak-bapak menyikapi peristiwa
tersebut dengan arif dan bijaksana namun tegas. Hanya dengan demikianlah Negara
sungguh-sungguh hadir.Tuhan memberkati bapak-bapak. Salam takzim saya, Pendeta Andreas A. Yewangoe. (Berbagai Sumber/Lee)
![]() |
DR Stephen Tong |
![]() |
Perayaan Natal di Gedung Sabuga Bandung, Selasa 6 Desember 2016 Malam.IST |
0 Comments