![]() |
Bupati Simalungun JR Saragih (paling kanan) saat melakukan peninjauan perairan Danau Toba di
Parapat, Rabu (22/2/2017). Foto Silverius Bangun (FB).
|
BeritaSimalungun.com, Parapat-Bupati Simalungun Jopinus
Ramli (JR) Saragih menampik adanya pencemaran limbah dan lintah di perairan
Danau Toba, khususnya di Parapat. JR Saragih juga membantah peryataan Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara Hidayati yang mengatakan sejak 2012 sudah
ada lintah di perairan Danau Toba.
“Itu kan menurut dia (Hidayati Kadis LH Sumut). Tapi yang
punya wilayah ini saya. Saya mengatakan tidak ada lintah di Perairan Danau
Toba. Apalagi sampai ada yang mengatakan ada korban. Gak ada itu,” kata JR
Saragih saat melakukan peninjauan perairan Danau Toba di Parapat, Rabu
(22/2/2017).
JR Saragih memastikannya setelah stafnya di Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Simalungun melakukan pengujian baku mutu air
dan temuan limbah. Selain menunggu stafnya bekerja, JR Saragih juga mengunjungi
Danau Toba di Parapat. Dia bersama rombongan juga akan mandi di pinggiran Danau
Toba itu.
“Saya sudah mandi Parapat. Kita yang pertama, kita juga
punya BLH, sudah kita cek korbannya siapa gak ada. Di sana lintahnya juga gak
ada. Itu lah kami upayakan. Satu lintah pun gak ada kami temukan,”katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumut, Hidayati,
tak memungkiri munculnya hewan jenis lintah dan kutu di perairan Danau Toba
yang ramai diberitakan belakangan ini. Ia mengaku sudah menemukan lintah di
perairan Danau Toba pada 2012 lalu, tepatnya di kawasan Ajibata. Menurut
Hidayati, kondisi itu membuktikan kondisi air yang sudah tercemar.
“Karena lintah itu merupakan jenis hewan yang bisa hidup di
tempat tercemar, jadi memang kondisi Danau Toba itu sudah tercemar,” kata
Hidayati di Medan, Senin (20/2/2017) lalu. Menurut Hidayati, mirisnya kondisi
lingkungan di sekitar Danau Toba saat ini bukan semata tanggung jawab instansi
yang dipimpinnya.
Semua pihak, termasuk masyarakat, harus bersinergi dan
berkomitmen membenahi kondisi lingkungan di kawasan yang digadang bakal menjadi
Monaco of Asia tersebut. Menurut Hidayati, pencemaran di perairan Danau Toba
terjadi di sejumlah titik tertentu dengan kondisi oksigen terlarut yang sangat
minim.
Sumber utama pencemaran adalah limbah yang berasal dari
pakan ikan dan industri lainnya di sekitar danau. Namun, limbah domestik dari
masyarakat juga memiliki andil.
Selanjutnya juga akan ditetapkan daya tampung produksi
ikan, yang untuk sementara ini ditetapkan sebanyak 50 ribu ton per tahun oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI melalui surat nomor
S.555/MENLHK/PPKL/PKL.2/12/2016 tentang Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT).
(BS-1)
0 Comments