Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Ahok (Strategi Pilkada: Tabungan Doa Orang yang Menderita




Oleh: Defri Judika Purba

BeritaSimalungun.com-Berita tentang kampanye Pilkada DKI secara khusus pasangan Ahok-Djarot tidak seramai ketika pilkada putaran pertama digelar. Dulu pada kampanye putaran pertama, beritanya hampir menghiasi surat kabar dan televisi nasional.

Rumah Lembang hampir ramai setiap hari. Flash mob beberapa kali digelar di pusat-pusat perbelanjaan. Media sosial ramai sampai larut malam. Tapi kondisi sekarang sangat jauh berbeda.

Kampanye Ahok-Djarot sepertinya sepi dan tidak ramai. Masyarakat tidak tahu apa aktivitas kampanye Ahok-Djarot. Kondisi ini tentu membuat kekawatiran bagi beberapa pihak. Apa Ahok sadar akan kalah?

Apa partai pendukung sudah pesimis? Apa relawan sudah malas bergerak? Bukankah kampanye putaran ke dua ini, segala daya dan tenaga harus dikerahkan habis-habisan? Kalau dalam Bahasa Simalungun, kondisi saat ini masuk dalam kategori: "Anggo lang sonari, atigan pe lang be".

Padahal jika dibandingkan dengan kampanye kubu sebelah yang jor-joran sungguh kampanye Ahok-Djarot kalah pamor. Kubu sebelah sudah tidak malu lagi memakai berbagai cara asal ambisi kekuasaan dapat diraih.

Tidak ada lagi cerita tentang tenun kebangsaan. Tidak ada lagi cerita demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan memilih. Tidak ada lagi cerita merawat NKRI, Pancasila, UUD, dari fundamentalis yang dapat merusak cita-cita awal berdirinya republik ini.

Semua itu diabaikan untuk syahwat politik yang hampir masturbasi. Sekarang adalah cerita tentang pemaksaan kehendak, intimidasi dengan ayat dan mayat, serta masalah surga dan neraka. Saat ini masuk surga sangat gampang. Cukup coblos nomor sebelah, dijamin jalan tol ke surga sudah terbuka lebar. Disana 72 bidadari cantik sudah menanti kita untuk melayani siang sampai malam.

Sungguh demokrasi saat ini (secara khusus Pilkada DKI), membuat kita takut. Semua yang terjadi sudah di luar nalar logika. Kebencian yang sangat kepada seseorang membuat penilaian kafir gampang diucapkan.

Kalau sudah benci, berbuat adil pun menjadi susah. Branding yang diusung adalah kesantunan, tetapi pembiaran terhadap praktek kekurangsantunan dibiarkan, bahkan mengambil untung dengan cara mencuci tangan.

Sungguh semua yang terjadi saat ini sudah sangat memuakkan dan menjijikkan. Agama diturunkan levelnya menjadi urusan syahwat politik semata, bukan lagi tentang urusan kebajikan hidup antara pencipta dan ciptaanNya.

Segala tindakan kebaikan ahok dalam segala keputusannya selalu dipandang negatif. Orang selalu menarik itu dalam identitasnya. Pikiran negatif, curiga, menutup mata terhadap segala perubahan yang saat ini berlangsung di JKT.

Ahok yang tiap hari bekerja mengadministrasi keadilan sosial bagi warganya, tidak dianggap malah difitnah habis-habisan. Sungguh beban yang dialami Ahok hanya bisa terjadi pada orang yang benar-benar sudah teruji dalam hidupnya.

Dengan kondisi yang terjadi saat ini, apakah yang bisa mengalahkan dan memenangkan seorang Ahok? Tidak ada lagi cara yang lain. Cara berpolitik yang saat ini terjadi sudah sangat suram dan membuat kita kehabisan akal. Hanya satu cara yang belum dicoba dan ini pun sangat bertentangan dengan jalur politik yang biasa terjadi. Cara itu adalah: KETULUSAN.

Model kampanye yang seperti inilah yang sedang dipraktekkan Ahok saat ini. Kalau dulu strategi kampanye Ahok adalah blusukan dengan sorotan kamera, saat ini blusukan Ahok adalah kepada orang susah dan menderita, minus sorotan kamera tv.

Ini cara yang tidak lazim untuk berkampanye. Tidak ada popularitas yang didapat dari model kampanye seperti ini. Tapi apakah popularitas dan elektebilitas yang diharapkan Ahok saat ini?

Bukan itu yang diharapkan Ahok dengan kondisinya saat ini. Dengan mengunjungi orang susah dan orang sakit, beliau mengharapkan Doa orang tersebut agar beliau bisa menang dalam pilkada ini.

Strategi ini adalah nasihat dari bapaknya dahulu kepadanya. Bapaknya berpesan bahwa Doa orang yang susah dan menderita sangat didengarkanNya. Mereka adalah orang-orang tulus dalam permintaannya.

Nasihat itulah yang saat ini sedang dipraktekkan Ahok. Dalam perjuangan ini hanya Doalah yang dia harapkan untuk perjuangannya menjadi Gubernur DKI. Ahok merasa dia bisa berdiri tegar sampai hari ini berkat tabungan Doa orang susah yang telah dibantunya.

Ketika sesuatu yang terjadi sudah di luar nalar logika, Ahok memilih berlutut mendengar pergumulan orang susah di sekelilingnya, dengan harapan, beliau didoakan dalam perjuangannya.

Ketulusan yang terpancar dari sejarah hidup dan wajah pak Ahok adalah modal kampanye untuk men-counter berbagai fitnah terhadapnya. Hanya ketulusan dalam bekerja yang bisa memenangkan itu semua.

Karena itu sobat, jika engkau saat ini merindukan kemenangan Ahok, kemenangan untuk sebuah ketulusan dalam melayani, mari kita sama-sama berlutut Berdoa di segala penjuru negeri untuk perjuangan beliau. Doa orang yang susah, terintimidasi, tertindas, pasti akan didengarkanNya. Pak Ahok, menetes air mataku menulis tulisan sederhana ini. Semoga Bapak Menang dalam Pilkada ini. (Bahapal Raya, 21 Maret 2017).


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments