BeritaSimalungun.com, Parapat-Gubernur Sumatera Utara
(Sumut) H Tengku Erry Nuradi menabur 45 ribu benih ikan di Perairan Danau Toba
sebagai upaya pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan nelayan. Dua
jenis ikan itu yakni Ikan Nilem dan Ikan Tawes.
Ikan Nilem dan Tawes merupakan hasil penangkaran Dinas
Perikanan dan Kelautan Provsu tersebut bagian dari target restocking satu juta
benih di perairan Danau Toba untuk tahun 2017.
Hadir mendampingi Gubsu Ketua Komisi E DPRD Sumut Zahir,
sejumlah Bupati se-kawasan Danau Toba diantaranya Simalungun, Samosir, Tobasa,
Humbahas, Karo dan Wakil Wali Kota Pematang Siantar.
Sementara Gubernur
didampingi Kepala Dinas Perikanan Kelautan Zonny Waldi, Kepala Bappeda Irman,
Kadis Perhubungan Anthony Siahaan, Kadis Pariwisata E Marbun, Plt Kabiro Otda
Basarin Tanjung, Plt Kabiro Humas Ilyas Sitorus serta sejumlah pejabat lain
pekan lalu.
Gubsu Tengku Erry mengatakan penaburan benih ikan tersebut
sejalan dengan banyaknya pengaduan masyarakat bahwa jumlah hasil tangkapan
nelayan semakin berkurang dari sebelumnya. Sehingga program ini adalah bagian
dari upaya melestarikan lingkugan Danau Toba, khususnya perbaikan kualitas air
juga peningkataan perekonomian nelayan.
“Jadi kami lakukan penaburan benih sebanyak 15ribu benih
ikan tawes dan 30ribu benih ikan nilem (paitan). Mudah-mudahan apa yang kita
tabur ini bisa berkembang biak dengan baik,” ujar Tengku Erry.
Tidak hanya itu, setelah menabur benih ikan yang sudah
dilakukan beberapa kali di kota wisata tersebut lanjut Erry, Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Sumut berharap seluruh masyarakat dan pihak terkait bersama
menjaga lingkungan Danau Toba. Dengan begitu, ikan akan mendapatkan tempat yang
baik untuk berkembang biak.
“Makanya kalau kualitasnya jelek, tentu akan membuat
habitat ikan ini menjadi terganggu. Makanya kalau bicara perikanan, tidak
terlepas dari isu lingkungan,” kata Tengku Erry.
Selain itu, Erry juga berharap setelah aksi yang dilakukan
Pemprov Sumut ini menjadi stimulus kepada pemerintah kabupaten se-kawasan Danau
Toba untuk melakukan kegiatan serupa untuk menambah jumlah ikan endemic
sekaligus meningkatkan penghasilan nelayan yang mencari kehidupan dari
menangkap ikan di danau Supervplcano tersebut.
“Karena kondisinya sekarang kita
tahu, ikan pora-pora yang sebelumnya banyak sekarang sudah banyak berkurang.
Sehingga mudah-mudahan apa yang kami lakukan ini bisa diikuti kabupaten lain,”
sebutnya.
Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Zonny Waldi
menjelaskan bahwa ikan tawes dan bukan nilem (paitan) merupakan jenis ikan asli
Danau Toba yang keberadaannya sudah hampir mendekati punah.
“Jadi kami ambil
induknya, kami tangkarkan, jinakkan dan kembang biakkan. Ikan ini adalah
pemakan plankton. Dan ikan ini juga pemakan muntahan ikan budidaya KJA
(Kerambah Jaring Apung),” ujar Zonny yang menyebutkan keberadaan pora-pora
sebelumnya juga sama.
Dikatakannya, dengan upaya pengembalian habitat ikan
endemik Danau Toba tersebut, pihaknya berharap masyarakat tidak lagi menangkap
dalam jumlah banyak menggunakan sulangat atau bahan. Dijelasannya, ikan yang
ditebar merupakan asli yang keberadaannya sudah hampir mendekati punah.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provsu mengambil indukan untuk
ditangkarkan dan kembangbiakkan. Jenis ikan endemic tersebut adalah pemakan
plankton dan juga menjadi pemakan muntahan ikan budidaya KJA sehingga dapat
memperbaiki kualitas air Danau Toba.
“Tahun 2017 ini kami sudah ditebar sebanyak 56ribu ditambah
lagi hari ini 45ribu. Sementara untuk target kita ada 1 juta benih. Maka UPT
kita di Kerajaan (Simalungun) dan pusat pembibitan di Ambarita itu kita
berdayakan untuk produksi benih,” katanya.
Zonny menjelaskan saat ini pemerintah sedang berupaya
memperbaiki kualitas lingkungan perairan Danau Tob dalam upaya mendukung
pengembangan KSN Danau Toba. Salah satu persoalan yang dihadapi tingginya produksi
KJA di periran danau toba yang menyebabkan kualitas perairan menurun atau
tercemar.
Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
bersama Kementerian Perikanan dan Kelautan, LIPI dan BLH Sumut serta beberapa
pakar sudah menyepakati tingkat produksi perikanan KJA tahun 2017 yang
diizinkan maksimum 50ribu ton ikan per tahun.
“Pada 2015 itu hasil produksi ikan (KJA) mencapai 84ribu
ton, menurun pada 2016 menjadi 63ribu ton per tahun. Jadi tahun ini harus
ditekan menjadi sama atau lebih kecil dari 50ribu ton per tahun,” jelasnya.
Untuk itu katanya, saat ini hingga pada April mendatang,
Diskanla Sumut dan Pemkab terkait melakukan pendataan serta penataan keberadaan
KJA guna menekan hasil produksi ikan hingga 50ribu atau kurang. Hasilnya akan
dirapatkan dengan tim terkait baik pusat, provinsi dan kabupaten se-kawasan
serta stakeholder yang berhubungan dengan produksi ikan KJA. (Rel)
0 Comments