Ketua Umum
PRSBB Se Indonesia S Manihuruk (Ap
Tongam) /Br Sihaloho (kiri) mendampingi Bupati Samosir Rapidin Simbolon (tengah)
pada Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk di Desa Harapohan, Lumban Suhi-suhi,
Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, 3-5 Juli 2019. Foto FB-PRSBB
Manihuruk Se- Dunia.
|
Beritasimalungun, Samosir-Keluarga besar Raja Marga Manihuruk dariberbagai daerah di Indonesia antusias memeriahkan Pesta Hari Ulang Tahun (HUT) Ke 6 Tugu Raja Manihuruk di Desa Harapohan, Lumban Suhi-suhi, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, sejak Rabu-Jumat (3-5/7/2019). Pesta HUT Tugu Raja Manihuruk diawali acara pembukaan oleh Naposobulung (Muda-Mudi-red) Manihuruk, Kamis 4 Juli 2019.
Sementara pada rabu 3 Juli 2019, Naposobulung Manihuruk membawakan Tari Cawan dalam Rangka Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Simanihuruk di Harapohan Samosir.
Rangkaian Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
Bpk S Manihuruk/ Br Sihaloho menggantikan Archenius Manihuruk MBA (Apa Melita)/ Br Sihaloho yang meninggal dunia karena sakit di RS Polri Jakarta, Kamis 31 Mei 2018 lalu.
Pada Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk ini, Bupati Samosir Rapidin Simbolon turut hadir. Dirinya mengapresiasi Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk yang dilakukan di Desa Harapohan, Lumban Suhi-suhi, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, 3-5 Juli 2019.
Tugu Raja Manihuruk ini diresmikan di Desa Harapokan, 27 – 29 Desember 2012 silam. Keberadaan Tugu Raja Manihuruk menggambarkan nilai seni – budaya dan religi yang terkandung dalam bangunan Tugu Raja Manihuruk tersebut.
Generesi marga Manihuruk pun sangat antusias menyambut kehadiran tugu tersebut. Hal tersebut nampak dari banyaknya generasi marga Manihuruk dari berbagai penjuru Tanah Air yang menghadiri peresmian Tugu Raja Manihuruk 27-28-29 Desember 2012 lalu.
Ketua Umum PRSBB Se Indonesia S Manihuruk (Ap Tongam) /Br Sihaloho . |
Tugu Manihuruk Bangkitkan Wisata Samosir
Seperti pernah dilansir Suarapembaruan, munculnya penilaian-penilaian miring terhadap tradisi membangun tugu bernilai miliaran rupiah di kalangan masyarakat Batak, Sumatera Utara selama ini ternyata tidak pernah menyurutkan minat berbagai kelompok marga Batak membangun tugu di daerah mereka.
Hingga kini berbagai kelompok marga di kalangan masyarakat Batak masih terus berlomba-lomba membangun tugu atau monumen nenek moyang (orangtua) di kampung halaman mereka, daerah Batak.
Karena itu daerah Batak, termasuk Pulau Samosir, Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah sekitar 1.444 km persegi, kini semakin dipenuhi bangunan tugu marga.
Sebagian besar tugu yang dipadu dengan tempat peristirahatan terakhir orangtua dan nenek moyang tersebut memiliki konstruksi bangunan mewah, bernilai artistik dan bernuansa religius.
Bangunan-bangunan tugu marga banyak yang berlapis marmer, berbentuk rumah adat Batak, berhiaskan gorga atau ukiran seni khas Batak dan menonjolkan simbol agama Nasrani, salib.
Salah satu bangunan tugu marga yang cukup fenomenal di Pulau Samosir yang diresmikan akhir Desember 2012, yakni Tugu Raja Marga Simanihuruk. Tugu yang berlokasi di sebuah desa kecil, Desa Harapokan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumut tersebut dibangun dengan biaya hingga Rp 1,5 miliar.
Bangunan tugu yang berada di areal 1,8 hektare (ha) tersebut termasuk salah satu tugu marga Batak yang cukup mewah, artistik, bernuansa religius, bernilai seni – budaya Batak dan prestisius di Pulau Samosir. Ketinggian tugu mencapai 24 meter dan diameter 12 meter.Sementara patung Raja Simanihuruk yang bertengger di puncak tugu terdiri dari perunggu yang ditempa dengan nilai Rp 500 juta.
Tugu yang berjarak hanya sekitar 4 Km dari tepi Danau Toba tersebut juga agak beda dengan tugu marga-marga lain yang ada di Pulau Samosir. Lantai dasar tugu tersebut memiliki ruangan yang cukup luas.Ruangan tersebut dibagi-bagi menjadi tempat sembahyang dan museum Batak.
Dalam museum mini tersebut tersimpan benda-benda seni dan pusaka masyarakat Batak seperti alat music tradisional, aksara Batak, kain tenun Batak dan berbagai jenis benda bersejarah khas Batak.
Antusias
Melihat nilai seni – budaya dan religi yang terkandung dalam bangunan Tugu Raja Simanihuruk tersebut, generesi marga Simanihuruk pun sangat antusias menyambut kehadiran tugu tersebut.Hal tersebut nampak dari banyaknya generasi marga Simanihuruk dari berbagai penjuru Tanah Air yang menghadiri peresmian Tugu Raja Simanihuruk di Desa Harapokan, 27 – 29 Desember 2012.
Jumlah generasi marga Simanihuruk dan kerabat dekat dari berbagai daerah di Indonesia yang menghadiri peresmian tugu ini selama tiga hari mencapai 10.000 orang.Sekitar 80 % keluarga marga Simanihuruk seluruh Indonesia yang kita undang untuk peresmian ini hadir.
Perkumpulan marga Simanihuruk asal tanah rantau yang hadir dan turut menari pada peresmian Tugu Raja Simanihuruk tersebut berasal dari, DKI Jakarta, Bandung (Jawa Barat), DI Yogyakarta, Surabaya (Jawa Timur), Pontianak (Kalimantan Barat), Samarinda (Kalimanta Timur), Padang (Sumatera Barat), Bengkulu, Lampung, Pekanbaru (Riau), Kota Jambi dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan dari berbagai daerah di Sumatera Utara.
“Jadi seluruh keluarga Simanihuruk di Tanah Air, baik perantau maupun yang tinggal di Samosir antusias menyambut kehadiran Tugu Raja Simanihuruk ini. Mereka tidak hanya datang untuk menari pada peresmian tugu ini, tetap juga membawa sumbangan uang dari daerah masing-masing,” kata Ketua Punguan (Perkumpulan) Marga Simanihuruk Sedunia, Archernius Simanihuruk pada peresmian Tugu Raja Simanihuruk di Desa Harapokan kala itu.
Bangkitkan Wisata
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir juga menyambut positif kehadiran bangunan tugu marga Raja Simanihuruk di Desa Harapokan, salah satu ujung bagian barat Pulau Samosir.Pembangunan tugu tersebut memiliki potensi besar membangkitkan pariwisata Pulau Samosir, khususnya wisata budaya dan religi.
Saat itu, Bupati Samosir, Mangindar Simbolon kepada wartawan pada peresmian Tugu Raja Simanihuruk di Desa Harapokan, Sabtu (29/12/2012) mengatakan, bila dilihat dari sisi budaya, Tugu Raja Manihuruk tersebut merupakan tambahan objek wisata di Pulau Samosir. Potensi wisata tugu tersebut nampak dari disain bangunan yang menarik, baik di luara mapun di dalam. Tugu tersebut beda dengan tugu marga-marga lain umumnya di Samosir yang hanya sekadar bangunan tugu tanpa fasilitas lain.
Mangindar menilai, Tugu Raja Simanihuruk tersebut tampak dari luar juga bagus .Di dalam juga ada disain yang bagus.Ada tempat menyimpan benda bersejarah, ada tempat berdoa.Kalau bisa,pembangunan tugu bernuansa wisata seperti ini bisa ditiru marga-marga lain di Samosir. Jadi marga-marga jangan sekadar membangun tugu menjulang tinggi tanpa daya tarik wisata.
“Saya salut melihat konstruksi tugu ini.Desainnya bagus.Bukan hanya marga Manihuruk bangga terhadap bangunan tugu ini, tapi orang Batak juga, khususnya orang Batak dari Samosir.Suatu saat di komplek ini perlu dibangun home stay atau penginapan agar para perantau yang berkunjung ke sini tidak kesulitan mencari tempat penginapan,”ujarnya.
Menarik Wisatawan
Kehadiran tugu yang memiliki nilai wisata dan religi di Samosir, lanjut Mangindar, akan menarik para perantau asal Samosir, khususnya generasi marga Manihuruk untuk datang berkunjung ke Samosir. Kunjungan wisata budaya dan religi itu tentunya bisa dilakukan secara rutin.Misalnya pada perayaan Natal, Tahun Baru, Paskah, Lebaran dan liburan sekolah.
“Lambat tapi pasti, para perantau asal Samosir, khususnya marga Manihuruk yang tersebar di berbagai penjuru nusantara dan dunia akan menjadikan tugu ini menjadi destinasi wisata busaya dan religi.Mereka akan dating untuk jiarah dan menelusuri jejak sejarah dan budaya nenek moyang mereka ke Desa Harapokan ini,’paparnya.
Menurut Mangindar, kehadiran Tugu Raha Simanihuruk dan peningkatan kunjungan wisata ke Desa Harapokan nantinya juga akan membangkitkan semangat warga masyarakat sekitar untuk lebih responsif mendukung program pariwisata pemerintah, khususnya program wisata Samosir.
“Bila lingkungan Tugu Raja Simanihuruk ini nanti memiliki fasilitas wisata yang lebih lengkap dan semakin ramai dikunjungi wisatawan, tentunya warga sekitar juga pasti berbenah. Mereka akan menata lingkungan rumah dan desa mereka semakin menarik. Kemudian usaha ekonomi kreatif warga masyarakat sekitar juga akan bangkit, sehingga penghasilan mereka bertambah,”katanya.
Mangindar mengakui, ketersediaan sarana dan prasarana wisata di sekitar dan menuju lokasi Tugu Raja Simanihuruk masih sangat miskin.Jalan yang berkelok-keluk di perbukitan belum diaspal. Untuk tahun depan, pembangunan jalan ke lokasi wisata budaya dan religi baru ini akandianggarkan.
“Kabupaten Samosir yang kini berpenduduk sekitar 200.000 jiwa, sejak awal telah kita rancang menjadi kabupaten wisata.Potensi wisata di Samosir ini banyak.Namun pembangunan potensi wisata yang ada masih kurang.Infrastruktur ke objek – objek wisata juga masih miskin.Kita belum bisa membangun objek wisata dan sarana pendukungnya, khusus sarana jalan akibat dana yang sangat minim,”katanya.
Kesan Perantau
Marga Manihuruk asal tanah rantu menilai pembangunan Tugu Raja Manihuruk di Desa Harapokan, Samosir tersebut sangat posotif untuk mengingatkan generasi Manihuruk di tanah perantauan yang tak pernah menginjak kampung halaman dan tanah leluhur mereka akan tertarik pulang kampung.
Monang Manihuruk, generasi Manihuruk yang sudah lahir dan besar di Simalungun, Sumatera Utara dan telah menetap di Bandung, Jawa Barat sejak tahun 1980-an kepada SP di Desa Harapokan mengatakan, Dia bangga kini telah ada tugu nenek moyang Manihuruk di Samosir.
“Kehadiran tugu tersebut akan membuat generasi Manihuruk yang telah tersebar di berbagai penjuru nusantara dan dunia akan tertarik berkunjung ke Tugu Raja Simanihuruk di Desa Harapokan,”katanya.
Para pengunjung sangat susah menjangkau Tugu Raja Manihuruk yang berada di perbukitan ini. Sekitar 3 Km ruas jalan menuju lokasi tugu rusak berat. Jalan sama sekali tidak diaspal dan batu-batu besar bertebaran di jalan, sehingga sulit dilalui kendaraan.
Selain itu, katanya, pengunjung juga susah membeli oleh-oleh atau cendera mata khas Samosir di lokasi tugu. Kemudian para pengemudi angkutan juga cari kesempatan.Pengemudi angkot mematok tarif ongkos dari jalan besar menuju tuku dengan jarak hanya 3 km sampai Rp 20.000/orang.Padahal menurut warga setempat, ongkos pada jalur tersebut hanya Rp 5.000/katanya.
“Kalau jalan menuju Desa Harapokan tidak diperbaiki, sikap pengusaha angkutan dan masyarakat sekitar terhadap pengunjung tidak diperbaiki, tentu para perantau akan kapok datang lagi ke sini,”keluhnya. (Asenk Lee Saragih)
Gallery Foto Pesta HUT Ke 6 Tugu Manihuruk di Harapohan Samosir
Bupati Samosir Rapidin Simbolon. |
Rangkaian
Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet
Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
|
Rangkaian
Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet
Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
|
Rangkaian
Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet
Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
|
Rangkaian
Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet
Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
|
Rangkaian
Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet
Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
|
Rangkaian
Pesta HUT Ke 6 Tugu Raja Manihuruk juga dirangkai dengan penyerahan Estafet
Topi Kebesaran, Ketua Umum PRSBB Se Indonesia kepada Bpk S Manihuruk/Br Sialoho (Ap. Tongam).
|
0 Comments