Ternak Babi di Simalungun. Dok BS |
Oleh: Pdt Grubert KD Manihuruk STh
Beritasimalungun-Tahukah kita, bahwa daging Babi yang dikonsumsi orang Batak Kristen bukan soal selera atau rasa. Tapi di dalamnya ada makna yang sangat dalam terlebih saat berkaitan dengan budaya.
1. Walaupun ada marga Batak yang makan daging kambing, lebih banyak makan daging Babi dan tidak pernah memaksa orang lain untuk mengkonsumsinya (benar bukan?)
2. Babi dipelihara di lingkungan Kristen Batak, dan jika hewan ini dipotong, ada di lingkungannya beragama lain yang harus steril dari daging Babi maka dipotong sembunyi-sembunyi (sopan kan?)
3. Karena Babi adalah hewan potong yang sangat besar dipakai dalam adat Batak, dikategorikan harga lebih murah dari Kerbau, bisa kita bayangkan kah?
Jika satu keluarga menikahkan anaknya laki-laki memotong kerbau (harga paling murah Rp 20 Juta per ekor) secara adat, ketika orangtua dari anak yang menikah tersebut "sayur matua" (meninggal di usia yang telah sempurna dalam budaya Batak, "anak sudah menikah semua dan punya cucu") maka secara adat, adat sayur matua orangtua tersebut minimal juga memotong kerbau.
Jika anak tersebut ekonominya pas-pasan dan dampak KB hanya berdua (2 bersaudara) mereka harus menjual apapun agar bisa memenuhi adat sayur matua orangtua mereka.
Nah... Dari segi sosio-kulturalnya (dalam adat Batak ada Tondong/Hula2, Sanina/Dongan Tubu, dan Boru Panogolan/Bere), saat Babi dimusnahkan, entah demi apapun alasannya, secara tidak langsung hendak merusak tatanan adat Batak.
Bagaimana tidak, jika setiap adat Batak harus motong kerbau, bisa gawatlah keluarga yang ekonomi lemah. Ini dia intinya, tidak arif dan bijaksana, hanya karena ada 1 orang gila, lalu satu kampung dianggap gila.
Masa, karena ada Babi terkena penyakit, jadi semua Babi dimusnahkan? (atau ada politik, kog Babi dipakai politik, ada politik Babi?)
Dalam budaya, adat Batak, tidak bisa tidak "adat harus dibayar". Bagi yang tidak beradat, ikan teri sambal kacang saja pun tidak apa-apa tapi intinya, jangan melihat daging babi sekedar konsumsi orang Batak, tapi juga menjaga harmoni kehidupan di dalam adat budaya orang Batak Kristen.(*)
0 Comments