Oleh: Pdt Defri Judika Purba
Beritasimalungun-Benarkah Yesus mati? Kalau benar, siapakah saksi yang melihat kematianNya? Dua pertanyaan ini sangat penting ketika kita membaca dan merenungkan kisah kematian Yesus.
Kebenaran akan kematian Yesus ini sangat penting untuk dijawab karena ada berbagai ajaran yang menyatakan bahwa Yesus tidak mati. Yesus hanya pingsan, kata ajaran yang satu.
Yang mati bukan Yesus melainkan kembaranNya, kata ajaran yang lain. Yang mati itu bukan Yesus, karena yang ditangkap di taman getsemani itu bukanlah Yesus, melainkan salah satu muridNya, dst.
Kitab Injil mencatat Yesus disalibkan sekitar jam sembilan pagi dan mati pada jam tiga sore. jadi, ada sekitar enam jam Yesus tergantung di kayu salib.
Waktu selama enam jam inilah, masa -masa penderitaan yang begitu berat untuk orang yang disalib. Perlahan namun pasti, penderitaan melalui rasa sakit akan semakin memuncak.
Orang yang disalib tidak akan mati seketika. Penyaliban ini lebih kepada satu penyiksaan yang tidak mengenal belas kasihan. Karena itulah, hukuman salib hanya dikenakan kepada seorang penjahat kelas kakap.
Sejarah Injil mencatat, ada kegelapan yang meliputi alam semesta selama tiga jam (12.00-15.00). Kegelapan ini bukanlah kebetulan semata.
Ada sesuatu yang luar biasa akan terjadi. apakah itu? Tidak ada yang tahu. Kegelapan selalu membawa rasa misteri, rasa was-was dan takut.
Selama kegelapan terjadi, suasana begitu dingin, mencekam dan hening. Tidak ada satu kegiatan yang mereka lakukan di atas bukit Golgota. Semua menunggu, apa gerangan yang akan terjadi.
Lama menunggu, terdengarlah satu suara lirih dari atas kayu salib. "Eloi, Eloi, lama sabakhtani? Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?".
Suara lirih tersebut tidak mampu menerobos kegelapan yang terjadi. Kegelapan yang mencekam ditambah suara lirih yang mempertanyakan kuasa Allah adalah dua paduan kejadian yang begitu memilukan.
Apakah yang sebenarnya terjadi?
"Lihat, Ia memanggil Elia", kata orang banyak yang mendengar suara lirih Yesus. Kegelapan yang terjadi sudah membiaskan pendengaran dan penglihatan mereka.
Dengan menyebut nabi besar Elia yang terkenal dengan segala tindakan muzijatnya, orang banyak berharap akan ada satu mukjizat yang terjadi.
Apakah harapan orang banyak tersebut terjadi? Ternyata tidak. Karena tidak lama berselang mereka pun mendengar suara lirih dari atas salib yang menyatakan: " ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu. Sudah Selesai".
Yesus pun mati.
Kematian Yesus ini pun menimbulkan berbagai kejadian yang tidak terduga. Ada gempa bumi, bukit batu terbelah, dan tirai di Bait suci di Yerusalem terbelah menjadi dua.
Selain fenomena alam, kematian Yesus ini pun mencatat pengakuan dari kepala pasukan yang sedang berjaga. Melihat Yesus mati, kepala pasukan berkata: "Sungguh orang ini adalah Anak Allah (Luk.Orang Benar)".
Pengakuan kepala pasukan ini sangat penting dalam dua pemahaman. Pertama, menegaskan realitas akan kematian Yesus. Kedua, menegaskan ketidakbersalahan Yesus.
Segala proses hukum yang dilalui Yesus adalah satu persekongkolan jahat dari pemimpin agama serta ketidaktegasan pejabat pemerintah saat itu. Dengan proses hukum yang tidak semestinya, maka orang benar dikorbankan.
Tidak hanya kepala pasukan yang menyesal. Orang banyak yang sedari tadi menonton dan melihat apa yang terjadi pun menyesal dengan kepala yang tertunduk.
Mereka pulang sambil memukul-mukul diri sebagai tanda penyesalan. Hal ini penting disampikan oleh penulis Injil, sebagai bukti bahwa Yesus yang mati disalib itu, bukanlah seorang penjahat.
Kematian Yesus pun disaksikan oleh orang yang percaya yang mengikutiNya selama ini. Diantara mereka ada Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome.
Walau sangat sedih dan tertekan, mereka hanya mampu melihat kematian Yesus dari jauh. Di dalam diri mereka masih ada rasa was-was dan ketakutan.
Sampai disini, jelas sudah apa yang terjadi. Dua pertanyaan di awal tulisan ini sudah terjawab. Yesus memang benar-benar mati dimana kematianNya disaksikan oleh kepala pasukan romawi, orang banyak, dan pengikut Yesus.
Kalau demikian benar adanya, apakah arti kematian Yesus tersebut? Kematian Yesus sebenarnya tidak ada artinya. Kenapa? Karena menurut tafsir politik, orang yang mati disalib adalah seorang penjahat.
Tafsir budaya, orang yang disalib adalah terkutuk. Tafsir sosial, orang yang disalib adalah orang yang disisihkan-tidak berguna- dari masyarakat.
Kalau menurut berbagai tafsir diatas, kematian Yesus memang tidak ada artinya sama sekali.
Barulah dikemudian hari ketika semua kejadian itu sudah berlalu, perlahan-lahan orang percaya dapat menangkap apa makna dan hikmah dari kematian Yesus.
Orang percaya tidak memakai tafsir politik, budaya dan sosial untuk menafsir kematian Yesus, tetapi memakai tafsir iman.
Apakah tafsir iman orang percaya akan kematian Yesus?
1. Kematian Yesus membuat hubungan Manusia dengan Allah kembali pulih. Manusia dan Allah berdamai kembali, juru damai nya adalah Yesus Kristus.
2. Hutang dosa adalah maut, tetapi hutang itu telah lunas dibayar Yesus melalui darahNya yang tercurah. Orang percaya tidak lagi menjadi orang yang berhutang melainkan orang yang berhak menerima warisan dari Allah Bapa.
3. Pengorbanan Yesus adalah puncak tertinggi dari segala pengorbanan yang ada di dunia ini. Kenapa? Karena pengorbanan sejati hanya terjadi, ketika ada orang yang mau menanggung dan menderita bukan karena kesalahan sendiri melainkan kesalahan orang lain. Inilah arti dari keagungan kasih itu.
4. Tirai yang terbelah dua, adalah simbol bahwa orang percaya tidak perlu lagi membutuhkan seorang pengantara (Imam) untuk bertemu dengan Allah. Saat ini, orang percaya bisa langsung bertemu dengan Allah tanpa perlu pengantara.
5. Bukan tangan dan kaki Yesus yang sepantasnya dipaku. Bukan kepala Yesus yang sepantasnya dikenakan mahkota duri, melainkan kita sendiri. Tetapi apa yang terjadi? Melalui kasih dan ketaatanNya, Yesus mau menggantikan kita. Inilah anugrah yang mengherankan itu.
Masih banyak lagi tafsir iman akan kematian Yesus ini. Apa pun itu, semua orang percaya mengaku, dengan kematian Yesus ini maka pintu kemuliaan akan tersingkap dan terbuka. Hanya melalui penderitaanlah, kemuliaan itu akan dapat dimasuki.
Selamat merayakan Jumat Agung. (Bahapal Raya, 10 April 2020).
0 Comments