St Irjen Pol (P) Drs Maruli Wagner Damanik MAP dan Istri Tercinta Br Purba Pakpak.(IST) |
Oleh: Wagner Damanik
Beritasimalungun-Tidak dapat dipungkiri kehilangan rasa malu dapat menghancurkan kedudukan seseorang, termasuk negeri ini. Kita tengah dilanda krisis malu sampai-sampai tidak tahu malu.
Kondisi ini sering kita jumpai di tahun politik, orang tidak lagi merasa malu bertanya “Jelas do, Cair do, Wani piro?
Masyarakat menganggap politik uang sudah paketan dengan Pilkada, artinya masyarakat taunya setiap tiba masa Pilkada pasti terima uang, padahal tindakan tersebut salah satu bentuk tindak pidana Pilkada.
Hal ini juga terjadi pada tersangka kasus korupsi baik kepala daerah maupun Anggota DPR/DPRD ketika ditangkap dan digiring ke KPK masih mampu melambaikan tangannya sembari melempar senyum ke khalayak, seolah-olah tidak ada rasa malu, mereka mempertontonkan tindakan yang sangat memalukan.
Terlalu sedikit kita mau bercermin untuk melihat wajah rupa kita. Mochtar Lubis menyebutkan bangsa ini bersifat hipokrit alias munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya pada takhayul dan berkarakter lemah.
Pernyataan di atas, seharusnya kita bisa mengintropeksi diri agar tidak melakukan tindakan yang memalukan.
Ingat !!! setiap tindakanmu akan berimplikasi kepada istri, anak dan keluarga. Terlampau mahal harga yang harus ditanggung oleh karena perbuatanmu sendiri, mereka yang akan menanggung malu.
Kita sepakat krisis malu yang memalukan ini merupakan penyakit yang harus dihilangkan.
Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang berintegritas dan berkarakter kuat, jauh dari tindakan “malu-maluin”. Pemimpin yang lahir dari proses yang memalukan, akan berpotensi kuat melakukan tindakan yang malu-maluin seperti apa yang dipertontonkan sekarang ini.
Sadari bahwasanya hidup ini hanya sementara, mari kita tobat bersama sesuai dengan lagu “Andai Ku Tahu” #SimalungunUnggul. (Penulis Adalah Calon Bupati Simalungun)
0 Comments