Wagner Damanik Buat Sejarah Indahnya Perpolitikan di Simalungun. |
Pematangraya, BS-St Irjen Pol (P) Drs Maruli Wagner Damanik MAP membuat sejarah warna baru indahnya perpolitikan di Kabupaten Simalungun. Kalau selama ini cakada yang menyumbangkan dana untuk pembiayaan kampanye melalui alat peraga cakada, Paslon Cabub Simalungun WD-BISA justru terbalik dan masyarakat yang bergotong royong menyumbang untuk biaya alat peraga kampanye.
Berikut ini sebuah tulisan menarik soal "SEJARAH" itu oleh Inang Martha Hutagalung atau biasa disebut Oni.
SEJARAH
Pertama kali aku tau seorang Wagner Damanik mengikrarkan diri menjadi bakal calon Bupati Simalungun. Perasaanku sih biasa-biasa aja. Wajarlah ya... namanya juga pangsiunan Jendral. Wajarlah sebagai Jendral beliau punya banyak koneksi di mana-mana. Tentu gampanglah untuk lobi sana lobi sini mendapatkan partai pendukung.
Ternyata WD mengambil jalur perseorangan alias independen. Begh kaget aku ...?! Yang tak punya duit kurasa kawan ini membayar partai pikirku..Alasannya sih WD ingin nanti totalitas mengabdi pada rakyat, "membayar" pada masyarakat. Bukan pada kelompok atau golongan tertentu.
Itu katanya...
Tapi melihat lebih dari 60 ribu KTP yang berhasil dikumpulkan dan melebihi target dari syarat yang ditetapkan KPU Simalungun. Artinya sebahagian besar masyarakat di Simalungun menerima WD sebagai calon Bupati nya. Itu fakta.
Nah... Saat membaca publikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) https://elhkpn.kpk.go.id/ berikut jumlah kekayaan calon orang nomor satu di Kabupaten Simalungun. Begh... kaget aku..?!!!
Kimbeklah jadi 2 kali udah awak terkaget-kaget
Ternyata WD calon Bupati terkaya dibanding ke 3 calon-calon yang lain. Jadi terbantahkanlah apa yang ada dipikiranku 🤭Bahwa BUKAN karena tak punya uang makanya beliau memilih jalur independen yaaa... Catat itu.
Tapi apapun ceritanya untuk kampanye kan perlu duit, butuh dana buat logistik. Dan Team WD BISA cermat untuk itu. Hanya mengeluarkan yang memang sebenarnya untuk kampanye yang benar. Tidak menghamburkan uang dengan cara siram-siram duit. Atau mengalokasikan dana buat "serangan fajar"
Slogan Datang Memberi Bukan Mengambil. Itu memang sesuai fakta. Memberi itu bukan memberi duit kontan ya gaess. Salah satunya adalah memberi edukasi.
Yang butuh pemimpin itu adalah masyarakat. Supaya ada perubahan yang lebih baik. Masyarakat butuh pemimpin PARHOBAS/" pelayan" untuk mengerjakan itu semua. Nah... Kalau ada calon pemimpin yang mau membayar 100 ribu- 500 ribu per orang. Supaya bisa menang jadi Bupati.
Maksudnya apa coba...Ya pasti akan MENGAMBIL kembali dong. Macam mana tak mengambil, emang orang partai dan para TS akan diam-diam aja, gak nuntut bagian? Enak ma da utek..
Kalau WD kek gini katanya sama Oni :
"Saya yang nantinya akan bekerja sekuat tenaga, sepenuh hati untuk masyarakat di Simalungun. Masa saya yang harus bayar untuk pemilih saya? "
Makanya jangan heran.. WD mengalokasikan dana untuk kampanye secukupnya saja. Baliho WD kayaknya gak serame baliho-baliho calon lain. Seadanya saja. Itu yang membuat simpatisan, relawan WD BISA turun tangan.
Inisiatif sendiri, macam mana kalok kita bergotong royong menyumbang dana untuk WD BISA. Agar kampanye berjalan maksimal. Dan banyak yang setuju 👍👍👍
Jadi menurut pengamatan Oni. Ini adalah SEJARAH untuk yang pertama kali di Kabupaten Simalungun. Calon bupatinya yang disumbang oleh relawannya. Bukan sebaliknya.
Aku lihat postingan sumbangan yang masuk ke rekening Ada yang jutaan, ada yang ratusan ribu. Tapi yang membuat Oni terharu, banyak yang menyumbang dengan nominal Rp 10.000 . Kiranya ketulusan hati kalian berbuah manis.
Oni pun jadi tergerak hatinya untuk ikut menyumbang WD BISA. Sejumlah Rp 480.000. Padahal aku bukan warga Simalungun asli. Memilih WD BISA pun Oni tak bisa. Karena aku itu KTP Binjai.
Tapi karena keturunanku anak cucuku adalah orang Simalungun. Kampung halaman suamiku MH Jonner E Damanik adalah di Simalungun. Maka Simalungun sudah mendarah daging pada boru Hutagalung ini.
Apakah kamu ingin ikut mengukir sejarah? Mari bersama kami Parhobas Simalungun WD BISA.
Etah.. Etah.. Etah.. Hobaskon. Jangan pernah mau dibayar untuk memilih. Kamu bukan orang miskin.
Kamu bukan orang bayaran.
Kamu punya hak penuh untuk memilih siapa yang pantas jadi Bupati. Supaya kelak kamu punya hak untuk "menuntut" Bupatimu kalau kerjaannya gak beres. Karena kamu orang merdeka!
Oni emang kek gitu orangnya...(Penulis Adalah Pegiat Medsos dan Pegiat Bulang Sulampei)
0 Comments