Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Selamatkan Anak Kita dari Gadget

Keterangan photo: Anak-anak di Desa Tinggi Seribu asyik bermain, menghabiskan masa kecil tanpa gadget. Kehidupan yang kita rindukan untuk kembali menjadi milik anak-anak kita saat ini. Mungkinkah? (Foto Kolase FB Defri Judika Purba)

Oleh: Pdt Defri Judika Purba 

Selamat pagi. Teman-teman yang baik, saya ingin berbagi sedikit pengalaman sebagai orangtua yang memiliki anak yang sudah beranjak besar. Pengalaman ini perlu saya bagikan mengingat banyaknya potensi negatif yang tidak kita sadari mengancam perkembangan tumbuh kembang anak-anak kita.

Pengalaman yang ingin saya bagikan berkaitan dengan susahnya kami dahulu menjauhkan gadget dari anak-anak kami, khususnya anak pertama, Remiel.

Dulu anak kami Remiel di usia empat tahun sudah berkenalan dengan gadget. Kami sering memberi hp kepadanya dengan alasan jangan mengganggu kami yang sedang sibuk bekerja. Saya  belajar dan mamanya memasak. 

Kami download musik dan kartun untuk bisa menjadi tontonannya. Strategi tersebut berhasil, kami pun tidak terganggu. Kejadian tersebut pun berulang setiap saat. Supaya tidak ribut di gereja,  kami pun memberi hp kepadanya. Rupanya kejadian tersebut membuat dampak yang tidak baik dalam perkembangannya.

Kami perhatikan emosinya tidak stabil. Sering marah dan menangis kalau hp kami ambil dari tangannya. Keinginannya harus segera dipenuhi. Kalau dipanggil tidak langsung mendengar.

Membanting pintu dengan keras bahkan mau membuang barang-barang keluar rumah. Pernah,ketika saya mau berangkat melayani, remiel melempar sepatu saya ke bawah mobil gara-gara permintaannya tidak saya penuhi. Remiel bertumbuh menjadi anak yang  bandel.

Mengetahui ada yang kurang baik dalam perkembangan emosionalnya kami pun langsung membatasi penggunaan hp untuk Remiel. Pembatasan ini bagi kami sangat perlu, karena inilah menurut kami yang membuat Remiel labil secara emosi. 

Kami pun sebenarnya tahu penggunaan hp kepada anak tidak baik. Tapi karena kami tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang lain, akhirnya kami memberinya. Satu sikap yang salah memang.

Sebagai ganti dari pembatasan hp, kami pun mengijinkan Remiel berpuas hati untuk bermain di luar rumah. Dia bermain air dan becek kami biarkan. Bermain tanah kami biarkan juga. Walau bajunya kotor dengan becek kami tidak marah. 

Kalau ada waktu luang, saya bawa remiel naik sepeda motor keliling kampung. Remiel benar-benar kami batasi secara ketat. Dan strategi ini pun berhasil. Remiel perlahan bisa jauh dari hp. Emosinya pun semakin stabil. Tidak murah emosi dan marah ketika permintaanya tidak kami penuhi.

Saat ini Remiel dan adiknya Anggita, tidak kami ijinkan sama sekali memakai hp di hari biasa. Mereka hanya boleh memakai hp hari minggu dan itu pun hanya pada jam tertentu. Selain hari minggu, mereka juga kami ijinkan memakai hp kalau misalnya saya bertemu dengan rekan-rekan. 

Kasihan juga kami asyik berbicara sementara mereka tidak tahu harus berbuat apa-apa. Di luar  hari dan situasi tersebut, kami tegas tidak memberi ijin. Dan ternyata mereka bisa  mengerti. Mereka pun tidak berani meminta hp diluar hari minggu. 

Ketegasan seperti ini menurut kami sangat perlu. Toh, itu semua untuk kebaikan mereka. Menyayangi anak tidak harus menuruti semua permintaan mereka.

Pengalaman kami diatas ternyata berbanding lurus dengan berbagai penelitian tentang berbagai dampak negatif penggunaan gadget untuk anak-anak. Menurut penelitian, menggunakan gadget terlalu lama dapat memengaruhi kesehatan fisik, mental, dan emosional anak-anak. 

Menonton layar pada handphone secara terus menerus dan lupa waktu akan meningkatkan risiko mata lelah dan miopi. Anak yang kecanduan gadget pun akan sulit tidur dan susah fokus.

Selain itu mereka juga biasanya memiliki masalah mental seperti mudah depresi dan sulit bersosialisasi. Masalah mental lainnya yang mungkin timbul antara lain kecemasan, kesepian, rasa bersalah, isolasi diri, perubahan suasana hati, dan agitasi. 

Menjadi agresif dan mudah marah jika orang tua tidak membolehkannya untuk bermain gadget. Hal ini bisa menghambat tumbuh kembangnya dalam hal menahan diri, berpikir, dan mengendalikan emosi. 

Penggunaan gadget berlebih juga berisiko meningkatkan peluang  autisme pada anak-anak. Mengetahui bahaya gadget diatas, sudah saatnya kita membatasi penggunaan gadget untuk anak-anak kita. Mari lebih memberi waktu kepada mereka. 

Hentikan keegoisan  kita yang lebih banyak asyik bermain hp daripada asyik bermain dengan anak-anak. Jangan pertaruhkan masa depan mereka yang begitu berharga.  Sudah banyak orangtua yang menyesal karena terlambat membatasi penggunaan hp kepada anak-anak mereka. Jangan ditambahi lagi. Bahapal Raya, 20 April 2021. (Penulis Adalah Pendeta di GKPS)


Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments