Bayunglencir, BS-Alunan musik gerejawi disertai dayu suara jemaat terdengar sayup dari arah Gereja Katolik di kawasan perkebunan kelapa sawit, Bayunglencir, Kabupaten Musi Banyusasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Minggu (6/6/2021) pukul 10.00 WIB. Sementara di saat yang sama, gedung gereja Pos Pekabaran Injil (PI) Bayunglencir Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Jambi yang berada persis di depan Gereja Katolik tersebut masih lengang. Warga jemaat belum ada yang hadir ketika tiga anggota Majelis Jemaat GKPS Jambi dari Kota Jambi tiba di gereja Pos PI tersebut.
Sembari berbincang dan menikmati alunan lagu-lagu rohani yang berkumandang dari Gereja Katolik Bayunglencir tersebut, tiga anggota Majelis Jemaat GKPS Jambi yang hendak melayani di Pos PI Bayunglencir pun bersabar menunggu kehadiran warga jemaat Pos PI itu.
Tak lama berselang, Sekretaris Pos PI GKPS Jambi Bayunglencir, St MA Sitanggang bersama isteri Br Lumbantoruan dan seorang anak mereka tiba di gereja sekitar pukul 10.30 WIB. Tak lama berselang tiba juga di gereja dua orang warga jemaat (suami-siteri). Setelah itu datang juga Ketua Pos PI GKPS Jambi Bayunglencir, St S Purba dan isteri Br Sipayung dan seorang cucu.
Ketika waktu ibadah hendak dimulai pukul 11.00 WIB, jumlah jemaat yang hadir hanya tiga kepala keluarga (KK) dan dua orang anak. Sejenak St S Purba menghubungi warga jemaat lain melalui telepon genggamnya. Namun karena warga jemaat yuang dihubungi menyatakan tidak hadir ibadah, maka ibadah Minggu Pos PI Bayunglencir yang hanya dihadiri enam orang jemaat pun dimulai. Agenda (votum) pada ibadah Minggu Pos PI Bayungelncir tersebut dibawakan St Drs JT Damanik, doding (nyanyian) dibawakan St JW Saragih dan ambilan (khitbah) dibawakan St R Saragih.
Semakin Berkurang
Sementara itu dalam perbincangan sebelum ibadah dimulai antara tiga orang pelayan dari GKPS Jambi dengan Pengurus Pos PI GKPS Jambi Bayunglencir, St MT Sitanggang dan dan St S Purba terungkap tentang terus berkurangnya kehadiran warga jemaat Pos PI Bayunglencir pada peribadahan setiap minggu.
Berkurangnya jumlah warga jemaat yang beribadah tersebut terjadi sejak masa pandemi Covid-19 Tahun 2020 hingga tahun ini. Berkurangnya jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir mengindikasikan semakin redupnya obor Pekabaran Injil di Pos PI Bayinglencir yang selama ini dilayani GKPS Jambi.
St MA Sitanggang mengatakan, berkurangnya jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir sebagian disebabkan perpindahan tugas warga jemaat ke daerah lain, khususnya ke Sumatera Utara. Hingga saat ini sudah ada tiga keluarga jemaat Pos PI Bayunglencir yang pindah tugas ke daerah lain.
Kemudian sebagian warga jemaat tidak hadir beribadah karena jarak yang jauh dari permukiman ke lokasi Gereja Pos PI Bayunglencir. Saat ini jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir tersisa tujuh kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa sekitar 8 KK (26 jiwa).
Dikatakan, pada pelaksanaan ibadah khusus, yakni Perjamuan Kudus (Horja Banggal Na Pansing) di Pos PI Bayunglencir, Minggu (30/5/2021), jumlah warga jemaat yang hadir hanya 15 orang. Sedangkan pada ibadah Minggu (6/6/2021), jumlah jemaat yang hadir hanya enam orang (tiga KK).
Menurut St MA Sitanggang, terus berkurangnya jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir, membuat Pengurus Pos PI Bayunglencir merasa pesimis mengenai perkembangan pelayanan di Pos PI tersebut. Muncul kekhawatiran Pos PI Bayunglencir tidak akan bisa belanjut jika jumlah jemaat terus berkurang.
Dikatakan, Pengurus Pos PI Bayunglincir beberapa bulan terakhir sudah membicarakan mengenai penutupan sementara peribadahan dan pelayanan Pos PI Bayunglencir. Wacana tersebut muncul menyusul semakin berkurangnya warga jemaat yang mau beribadah dan pindah tenpat tinggal. Sementara warga jemaat Kristen yang selama ini beribadah di Gereja lain masih sulit diarahkan masuk ke Pos PI Bayunglencir.
“Kami belum tahu ke mana arah Pos PI ini karena jumlah jemaat terus berkurang, warga jemaat yang beribadah pun berkurang, sementara warga Simalungun Kristen di Bayunglencir sulit kami arahkan masukPos PI kita ini. Karena itulah kami memunculkan wacana penutupan sementara Pos PI ini. Tapi wacana itu sulit juga dilaksanakan karena kami tidak tahu ke mana kami beribadah selanjutnya,”katanya.
Upaya Tambah Jemaat
Sementara itu, St S Purba pada kesempatan itu mengatakan, salah satu solusi yang bisa dilakukan agar Pos PI Bayunglencir tidak sampai bubar, yaitu melakukan penambahan jumlah wara jemaat melalui pembukaan perkebunan kelapa sawit baru. Pembukaan perkebunan kelapa sawit baru di Bayunglencir bisa menambah jumlah warga jemaat jika perkebunan kelapa sawit tersebut dikelola para perantau yang datang ke Bayunglencir.
“Kalau ada keluarga baru GKPS datang ke Bayuinglencir ini lima KK saja, jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir yang saat ini tujuh delapan KK bisa bertambah menjadi 12 KK. Jika kami dapat mengarahkan minimal tiga KK lagi warga Kristen Simalungun di daerah ini ke Pos PI Bayunglencir, jumlah jemaat akan menjadi 15 KK, sudah cukup menjadi syarat mendirikan GKPS Persiapan Bayunglencir,”katanya.
Hal tersebut diakui St Drs JT Damanik. Menurut St Drs JT Damanik yang juga seorang petani sawit di Jambi, pembukaan perkebunan kelapa sawit bagi keluarga baru GKPS di Bayunglencir sangat potensial menambah jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir. Prospek perkebunan kelapa sawit di Bayunglencir untuk meningkatkan perekonomian warga GKPS juga cukup cerah.
Dikatakan, wilayah Bayunglencir termasuk salah satu daerah pertumbuhan ekonomi baru dengan komoditas perkebunan kelapa sawit di Sumsel. Kemudian wilayah Bayunglencir juga cukup dekat dengan pusat perdagangan Kota Jambi, yakni hanya sekitar 1,5 jam perjalanan.
Menurut St Drs JT Damanik, untuk mengembangkan perkebuan kelapa sawit bagi warga GKPS dari KotaJambi, dari Simalungun atau daerah lain di Bayunglencir ini perlu persiapan serius. Prospek perkebunan kelapa sawit di Bayunglencir cerah. Lahan tersedia dan harga masih murah.
“Namun perlu persiapan matang agar warga GKPS dari daerah lain mau pindah ke Bayunglencir membangun kebun sawit. Persiapan tersebut antara lain pembentukan kelompok yang berminat mengembangkan kebun sawit di Bayunglencir,”ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, St MA Sitanggang mengatakan, saat ini mereka membidik areal perkebunan kelapa sawit sekitar 100 hektare (ha) di Bayunglencir. Lahan perkebunan kelapa sawit tersebut disediakan pemerintah setempat dalam rangka pemekaran desa di daerah tersebut. Harga lahan kebun sawit tersebut juga masih relatif terjangkau, antara Rp 15 juta – Rp 12 juta/ha.
“Jadi kalau ada warga jemaat GKPS di Jambi atau di luar Jambi yang ingin membuka kebun sawit di Bayunglencir ini bisa menghubungi kami. Lahan 100 ha tersebut seluruhnya bisa dimiliki warga GKPS jika ada 10 KK yang membeli dengan lua 10 ha/KK. Warga yang membeli kebun sawit tersebut memang harus tinggal di Bayunglencir,”katanya.
Pelayanan Khusus
Sementara itu menurut pengamatan medialintasumatera.com, pengembangan Pos PI Bayunglencir membutuhkan penanganan khusus dari gereja induk (Pamatang), yakni GKPS Jambi. GKPS Jambi tidak lagi bisa mengandalkan pelayanan mimbar ke Pos PI Bayunglencir agar Pos PI GKPS tersebut tidak sampai bubar.
Bercermin dari model pelayanan beberapa Gereja di Bayunglencir, pengembangan pelayanan Gereja (PI) di Bayunglencir tidak bisa hanya berbentuk pelayanan mimbar atau pelayanan berkhotbah. Pengembangan pelayanan Gereja di Bayunglencir perlu mendapat sentuhan khusus melalui perkunjungan jemaat.
Penginjil Gereja Methodist Indonesia (GMI) Jambi, Dedi Sitio kepada penulis baru-baru ini mengungkapkan, untuk mengembangkan PI di wilayah perkebunn Bayunglencir, pihaknya melakukan perkunjungan ke rumah – rumah warga jemaat pada hari-hari biasa. Setelah itu baru dilanjutkan dengan pelayanan ibadah Minggu.
“Kami juga punya banyak warga jemaat di Bayunglencir. Kami secara rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga di hari biasa. Setelah itu kami melanjutkan pelayanan pelayanan peribadahan pada hari Minggu dan hari-hari khusus,”ujarnya.
Model palayanan GMI di Bayunglencir tersebut juga sebenarnya sudah lama dilakukan GKPS Resort Jambi ketika memiliki jemaat-jemaat baru berkembang di wilayah Kabupaten Bungotebo (Bute) dan Sarolangon Bangko (Sarko) era 1990 – 2000-an.
Ketika GKPS Resort Jambi membina jemaat-jemaat baru atau persiapan di wilayah Bungotebo dan Sarolangun Bangko saat itu, para pelayan (fulltimer/pendeta dengan majelis jemaat) melakukan perkunjungan di hari biasa, khususnya hari Sabtu.
Para pelayan dari GKPS Resort Jambi menginap di rumah jemaat yang ada di wilayah Bungotebo dan Sarolangun Bangko, Sabtu malam sekaligu mengadakan peribadahan keluarga (partonggoan). Selanjutnya peribadahan bersama dilakukan di gereja pada hari Minggu.
Namun sejak ibadah pertama dimulai di Pos PI Bayunglencir, Minggu (25/2/2018), pelayanan dari GKPS Jambi terfokus pada pelayanan mimbar (peribadahan). Para pelayan dari GKPS Jambi hanya bertugas melayani di Pos PI Bayunglencir pada ibadah Minggu dua kali kebaktian minggu dalam satu bulan.
GKPS Jambi belum pernah melaksanakan pelayanan khusus dengan mengutus fulltimer (Pendeta/Penginjil) dan majelis berkunjung ke rumah - rumah warga jemaat, menginap di rumah warga jemaat dan mengadakan kebaktian keluarga malam hari.
Sampai sekarang kondisi tersebut masih berlangsung kendati jumlah warga jemaat Pos PI Bayunglencir terus berkurang, semangat bersekutu warga jemaat Pos PI Bayunglencir terus menurun hingga munculnya wacana penutupan Pos PI Bayunglenicir.
Sangat Disayangkan
Jika Pos PI Bayunglencir yang didirikan sejak Minggu, 24 Desember 2017 tersebut sampai ditutup jelas sangat disayangkan. Dikatakan demikian karena pada dasarnya pengembangan GKPS di wilayah Bayunglencir penting karena daerah tersebut berada di Jalur Lintas Timur (Jalintim) Sumatera. Kemudian daerah itu juga merupakan sentra perkebunan kelapa sawit yang bakal banyak diminati perantau, termasuk perantau asal Simalungun.
Warga Simalungun dari Jambi, Palembang dan daerah lain yang berminat merantau untuk mengubah nasib di Bayunglencir akan bisa mewujudkan impian mereka meningkatkan kesejahteraan. Jika ada perantau Simalungun datang ke Bayunglencir, mereka sudah lebih mudah mengembangkan usaha di Bayunglencir karena sudah ada beberapa warga GKPS sebagai penunjuk jalan usaha di Bayunglencir.
Selain itu, jika Pos PI Bayunglencir sampai tutup, cukup besar juga kerugian dari segi material, tenaga dan waktu. Selama ini sudah banyak investasi jemaat GKPS Jambi dan warga jemaat Pos PI Bayunglencir membeli lahan dan membangun rumah ibadah (gereja) di Pos Pi Bayunglencir. Jika Pos PI Bayunglencir tutup atau bubar, aset tersebut tidak bisa dimanfaatkan untuk pembinaan kerohanian warga jemaat GKPS di daerah itu.
Selain itu jemaat GKPS Jambi juga selama ini sudah banyak membantu melalui pengumpulan persembahan (galangan) partonggoan untuk pelayanan Pos PI Bayunglencir. Kalau Pos PI Bayunglencir ututp, sia-sialah pengorbanan jemaat GKPS Jambi tersebut. Kemudian majelis jemaat GKPS Jambi juga sejak 2018 sudah banyak menunaikan tugas pelayanan ibadah ke Pos PI Bayunglencir. Pelayanan tersebut akan mubazir jika Pos PI Bayunglencir tidak bis berlanjut hingga Pos PI tersebut bisa didirikan menjadi GKPS Persiapan Bayunglencir.
Keprihatinan lain yang muncil jika sampai Pos PI Bayunglencir tutup, yakni lumpuhnya pelayanan kepada warga jemaat dan hilangnya pembinaan terhadap anak-anak sekolah minggu di Pos PI Bayunglencir. Saat ini masih ada delapan keluarga (26 jiwa) warga GKPS di Pos PI Bayunglencir yang membutuhkan pelayanan. Warga jemaat dewasa 16 orang, pemuda delapan orang dan sekolah minggu 14 orang.
Jika Pos PI Bayunglencir sampai tutup, ke mana warga jemaat Pos PI Bayunglencir beribadah, sementara mereka sudah keluar dari gereja tetangga yang selama ini melayani mereka. Selain itu pembinaan terhadap kerohanian anak-anak sekolah minggu dan remaja Pos PI Bayunglencir juga akan terabaikan. Padahal anak-anak tersebut merupakan juga menjadi aset masa depan GKPS. (Radesman Saragih)
0 Comments