Balita membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih dikarenakan mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga dapat memicu gangguan tidur dan kelelahan yang dapat terjadi pada perempuan.
Sebelum membahas
lebih lanjut lagi, yuk kenali! Sebenarnya, apa itu stres dan kelelahan? apa
penyebabnya? bagaimana hubungan keluarga dengan balita? Masalah stres dan
kelelahan yang terjadi dalam keluarga? dan bagaimana cara mengatasi kondisi
ini? Cari tahu lebih lanjut dengan simak artikel ini!
Apa itu Stres
dan Kelelahan?
Stres adalah
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
kehidupan. Respons stres tersebut dapat memicu kelelahan dan rasa
mengantuk setelahnya (Muslim 2015). Kelelahan adalah perpaduan dari wujud
penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja
sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun (Yovanka
2021).
Faktor Penyebab Stres dan Kelelahan pada Keluarga
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Octaviani et al. (2018), faktor yang menyebabkan stres dan kelelahan yang terjadi dalam keluarga ditunjukkan dengan waktu bersama keluarga yang semakin berkurang (30,2%), terjadi peningkatan kesulitan dalam menyelesaikan masalah ketika sudah berpisah dengan pasangan (34,0%), dan kesedihan karena orang tua responden telah meninggal dunia (32,1%).
Waktu bersama keluarga yang semakin
berkurang disebabkan sebagian besar responden
bekerja sehingga waktu bersama anggota keluarga, terutama anak menjadi
berkurang pula. Kesulitan dalam menyelesaikan masalah setelah bercerai, dan responden
tidak mempunyai pasangan yang dapat dimintai pendapat mengenai solusi ketika
menghadapi masalah juga menjadi penyebab stres dan kelelahan dalam keluarga (Octaviani
et al. 2018). Selain itu, hubungan antara keluarga dengan balita dapat
menyebabkan stres dan kelelahan.
Hubungan
Keluarga dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita terjadi ketika anak sudah memasuki usia 1 tahun, berat badannya sudah mencapai sekitar 3 kali dari berat badan lahirnya, dan tinggi badannya sudah bertambah setengah dari panjangnya ketika lahir (Woo dan Yeo 2019).
Menurut Ariani (2017), keluarga berkaitan erat dengan balita yang masih berumur 0-59 bulan atau sekitar 1-3 tahun (dibawah 5 tahun). Hubungan anak balita dengan keluarga merupakan hubungan yang pertama yang ditemui anak.
Hubungan ini disebut hubungan sosial karena terdapat interaksi
antara anak dengan orang tua. Sistem-sistem tersebut berpengaruh pada anak baik
secara langsung maupun tidak, melalui sikap dan cara pengasuhan anak oleh orang tua. Semakin sering
berinteraksi maka semakin besar terjadi peluang konflik baik dari masalah kecil
hingga besar.
Masalah yang Terjadi dalam Keluarga yang Mengalami
Stres dan Kelelahan
Setiap individu tidak pernah lepas dari masalah. Mulai
dari masalah yang berkaitan dengan keluarga (anak dan orang tua) maupun pekerjaan.
Peran ganda seorang ibu dapat menjadi sumber stres. Gangguan tidur dan
kelelahan yang terjadi pada perempuan setelah memiliki anak merupakan sumber
stres fisik dan psikologis yang dapat meningkatkan risiko stres pada ibu.
Salah satu dampak dari adanya peran ganda ini dialami oleh narasumber dari kelompok kami, yaitu seorang ibu rumah tangga yang bernama Jessica Priscillia berumur 29 tahun dan memiliki dua anak. Anak pertama sudah sekolah dan anak kedua berumur 4 tahun (balita).
Beliau juga mengatakan bahwa kegiatan
anak di luar rumah dikurangi sehingga anak banyak menghabiskan waktunya di
rumah dimana orang tua perlu mengurus, mengajarkan, dan menemani anak bermain
(walaupun sesekali anaknya bermain dengan teman-temannya yang masih berada di
sekitar rumah) serta peran orang tua disini dikerjakan oleh ibu, sedangkan ayah
akan menghabiskan waktu bersama anak di rumah dengan bermain ataupun belajar.
Bagaimana Cara
Mengatasinya?
Keluarga dapat mengatasi stres dan kelelahan dengan manajemen stres dan kelelahan. Menurut Mahakud et al. (2013), manajemen stres dan kelelahan adalah kemampuan melakukan suatu tindakan dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan cara penyelesaian masalah.
Manajemen stres penting karena stres berkaitan erat dengan berbagai kondisi medis yang memiliki efek jangka panjang pada individu. Manajemen stres diperlukan karena stres tidak selalu datang dengan situasi yang buruk karena terkadang situasi yang baik, seperti bertambahnya jumlah anak juga dapat menimbulkan stres.
Faktor-faktor yang mendukung manajemen stres adalah
ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya, dan keterampilan
petugas kesehatan (Basirun dan Argiyanti 2015).
Manajemen stres dan kelelahan juga dapat dikendalikan melalui strategi coping dan dukungan yang diberikan oleh keluarga seperti dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan peralatan, dan dukungan emosional.
Strategi coping
merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencapai
tingkat keseimbangan dan sebagai bentuk penyesuaian terhadap krisis yang
dihadapi oleh keluarga (Herawati et al. 2011). Coping melibatkan
proses mengatur suatu sumber stres, termasuk usaha untuk meminimalisir,
menghindari, mentoleransi, merubah, atau menerima situasi stres.
Keluarga akan berhasil dalam menghadapi tuntutan-tuntutan perubahan yang datang dari internal keluarga maupun eksternalnya dengan manajemen stres dan kelelahan. Dalam lingkup keluarga terdapat orang tua dan anak.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Adanya dukungan dari orang terdekat yang diterima oleh keluarga secara emosial, seperti keterlibatan anggota keluarga dalam penanganan stres akan mengurangi stres. Manajemen stres yang baik maka dapat mencegah stres dengan tetap menghadapi stres, dan dapat memelihara stres dalam setiap ketegangan, gesekan sehingga tercapai ketahanan keluarga yang baik dan balita bahagia. (Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University). Dosen Pengampu : Dr. Irni Rahmayani Johan, S.P., M.M. dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si. Artikel Oleh : Andreas Stevan Nainggolan, Naufal Rahmatsyah, Siti Fatonah, dan Thoriq Dwi Gusthala).
0 Comments