Info Terkini

10/recent/ticker-posts

CINTA DALAM SEGELAS KOPI


Untuk
pasangan muda yang memiliki anak kecil, mungkin pengalamannya sama semua, yaitu kerepotan mengurus anak-anak. Apalagi anaknya ada dua atau tiga bahkan lebih. Untuk pasangan yang suami istri bekerja, kerepotannya semakin bertambah. Terpaksa mencari orang yang bisa mengasuh. Bisa keluarga atau orang lain yang diupah (parorot).

Itu jugalah yang kami alami. Ketika anak pertama kami remiel lahir, kami belum terlalu repot dibuatnya. Repot dimulai ketika remiel sudah mulai bisa merangkak dan berjalan. Semua barang yang mudah pecah harus dijauhkan. Kami pun harus menjaganya supaya jangan jatuh kalau berjalan. 

Setelah anak kedua lahir, kami semakin repot. Sering saya tidak fokus belajar dan bergabung dengan teman-teman karena sibuk mengurus dan membantu si borsin Nofika Frisliani Sinaga.  Maklum, mulai anak pertama lahir, hanya  mertua perempuan saja yang bisa membantu kami. Mama sebelum saya menikah sudah lebih dahulu pergi. 

Setelah anak ketiga lahir, kerepotan kami memang berkurang, sebab remiel dan Anggita sudah mulai besar. Sudah bisa disuruh-suruh. Tetapi muncul masalah baru. Remiel dan Anggita saling berdebat kalau disuruh. Tidak mau disuruh bekerja sendiri, harus sama-sama. 

Ego mereka masih di tahap tidak mau mengalah dan belum bisa mengerti. Situasi semakin runyam ketika Anggita sering "menokoh" abangnya. Ketika abangnya sudah menyuci piring, ia malah golek-golek saja di tempat tidur, padahal pekerjaannya kami suruh membereskan tempat tidur. Sontak saja abangnya protes. Dan terjadilah kebiasaan umum diantara mereka yaitu saling mengadu. 

Si paling bontot, Dean,  juga membuat kami harus banyak menarik nafas. Saat ini memang Dean sudah mulai mengerti. Tapi itu tadi, sifat egoisnya masih ketara sekali. Kehendaknya harus yang jadi kepada Abang dan kakaknya. Makanan atau minuman harus sama. Ketika abangnya menonton, harus siarannya yang ditonton. Ketika kakaknya makan kue, kuenya direbut, padahal kuenya pun ada. Kalau seperti itu, Anggita pun menangis. 

Melihat tingkah laku anak-anak, memang kami orang tuanya sudah tanamkan sikap untuk sabar dan mengerti saja tahapan perkembangan mereka. Memang seperti itulah merawat dan mendidik anak. Harus banyak sabarnya. Tetapi kadang, pertahanan emosi bisa juga jebol. 

Karena sudah berulang dan selalu lupa, terpaksa juga kami mengambil sikap untuk memarahi mereka. Uniknya, ketika mamanya yang marah, mereka kesannya tidak takut. Tapi ketika saya yang mulai marah, dilihat saja, mereka sudah mulai takut. Entah kenapa. 

Semua yang terjadi, kami sadari memang seperti itulah umumnya yang terjadi. Semua orang tua akan mengalami betapa repotnya mengurus anak-anak. Apa yang kami alami, mungkin belum seberapa jika dibandingkan dengan orang lain. 

Sering ketika malam tiba, kami melihat wajah mereka yang tidur, kadang ada juga rasa menyesal di dalam hati, ketika memarahi mereka. Wajah mereka begitu damai, polos dan lugu. Pelan-pelan, kami pun mau menciumi mereka ketika tidur. 

Seperti itulah sedikit dinamika yang terjadi di dalam keluarga kami, secara khusus mendidik anak-anak. Harus banyak sabarnya dan banyak mengertinya.

Oh ya, untuk mengisi gelas cinta kami orang tua mereka tetap penuh, maka kami pun memiliki cara tersendiri. Setelah remiel dan Anggita berangkat sekolah, maka, kami pun kadang melipir mencari tempat minum kopi. Kebetulan di Pontianak warung kopi banyak sekali. 

Karena itulah Pontianak sering juga disebut kota seribu warung kopi. Semua jenis kopi ada disini, mulai dari harga yang mahal sampai sachetan. Mulai dari yang buka 12 jam sampai 24 jam juga ada. Mulai dari yang di mall sampai gang, semua ada. 

Dengan menikmati segelas kopi yang dihidangkan, maka, kami pun membuka percakapan diantara kami berdua. Rupa-rupa hal kami bicarakan, mulai dari keluarga, rencana masa depan sampai kepada pelayanan di gereja. 

Segelas kopi yang ada di hadapan kami, setia mendengar obralan kami. Kehadirannya membuat kami lebih bersemangat. Cinta diantara kami pun semakin dihangatkan dengan rasa yang ia hadirkan. 

Ternyata, segelas kopi bisa mematangkan cinta, segelas kopi bisa menumbuhkan inspirasi, segelas kopi bisa menumbuhkan pengharapan, segelas kopi bisa menghangatkan persahabatan, segelas kopi bisa menambah kekuatan baru dan segelas kopi bisa mengisi tangki cinta yang mulai kosong. Karena itu, alangkah malangnya orang yang tidak mau meminum kopi bersama sahabatnya terlebih lagi pasangannya. 😀 (Pdt Defri Judika Purba)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments