Info Terkini

10/recent/ticker-posts

GERAKAN MARHAROAN BOLON (GMB) YG SEKARANG INI, TERNYATA MENGEKSPLOITASI RAKYAT SAJA..!



Oleh: Jutamardi Purba

COBA tanyalah dulu, apa sih hakikat dari Haroan Bolon itu? . Haroan Bolon atau istilah lain dari "marsialop ari" (bhs Toba [kalau tidak salah]: "marsiadap ari"), pada hakikatnya, adalah gotong royong.

Mengapa perlu gotong royong? Karena adanya keterbatasan:
1) tenaga (sumber daya manusia);
2) waktu; dan
3) dana.

Jika hanya dikerjakan oleh anggota keluarga dari 1 KK itu sendiri saja, sawah/ladang tak mungkin terselesaikan, padahal jadwal tanam sudah tiba, sehinggg terancam tak bakal terkejar..!

Itulah yang memunculkan "marsialop ari" (Haroan Bolon) itu. Hari ini, secara be-ramai-ramai, saling membantu, menyelesaikan sawah/ladang si A. Besoknya, sawah/ladang si B. Demikian seterusnya, shg dalam 6 hari kerja, ada 6 sawah/ladang yang bisa dituntaskan. Lantas kelak pada hari atau tanggal yang disepakati, lahan-lahan tersebut tersebut bisa serentak ditanami (padi).

Peserta Haroan Bolon membawa bekal (bahasa Simalungun: "tugo") dari rumah masing-masing. Tapi di akhir hari, jika si pemilik sawah/ladang punya rezeki lebih, biasanya dipotongkanlah ayam, agar mereka sedikit ganti menulah..! Masa "gulamo" ("ikan bulu ayam") terus????????

Ini terjadi biasanya bila Haroan Bolon-nya kebetulan dlm rangka panen (bahasa Simalungun: "pariama").

Sebenarnya jika ada dana, penyelesaian pekerjaan di sawah/ladang bisa dilakukan dengan mekanisasi (pakai traktor, misalnya). Mekanisasi itu baru sekarang ini adanya. Dulu tidak ada..! Tak ada juga dana..!

Seberat apa pun pekerjaan ("mangombak balik", misalnya, dimana sekian orang dalam posisi berjajar rapat, serempak mencangkulkan cangkulnya, sehingga hasil cangkulannya sama/mirip dengan hasil cangkulan traktor besar) dapat terselesaikan melalui Haroan Bolon.

Semua kompak, semua hepi ("happy"), dan di jam-jam istirahat, ibu-ibu "marsuttil" (nyirih) bersama. Biasanya diselingi pula dengan canda-tawa dan sesekali, dibumbui gosip-gosip.

Eh.., GMB yang sekarang ini, justru mengeksploitasi/memanfaatkan dan membebani rakyat itu sendiri..! Mengapa? Perantau-perantau dengan dalih "marsipaturei hutani bei" ditarik dana. Karena ini dalam rangka memperbaiki kampung asalnya, dalam pikirannya, "daripada, daripada; mendingan, mendingan", disumbangnya jugalah..!

Yang tinggal di kampung, sudahlah bayar Pajak Daerah (PBB, BPHTB, PKB, dll.) dan Retribusi Daerah, dibebani pula dengan dana yang sebenarnya "off-budgeter" (di luar APBD).

Sudah itu, disuruh pula bergotong royong, sehingga yang tadinya bisa dapat hasil/pendapatan dari sawah/ladangnya sendiri atau pekerjaan se-hari-harinya, justru sudah pasti tidak mendapatkannya.

Yang ada malah hasil/pendapatannya hilang, bahkan jadinya yg ada adalah uang keluar (BUKANNYA uang masuk).

Ada lagi pengadaan kaos putih-kuning..! (Dari Dana Desa-kah?). GMB ini pun sangat digembar-gemborkan lagi menjelang Pilkada, 27 Nov 2024.

"Ribut kali kau, Kawan..! Usul riilmu gimana? Jangan omon-omon aja terus..!” Mungkin begitulah kata Anda. Ginilah. Kalau itu memperbaiki infrastruktur jalan:
1) Materialnya (batu, pasir, semen, dll.) dari Pemkab Simalungun-lah;
2) Konon alat berat yg sudah diadakan/dibeli melalui Dinas PUTR itu (termasuk operator, BBM, dll.) dari Pemkab Simalungun jugalah;
3) Pengawasnya pun –kalau boleh—dari Pemkab Simalungun jugalah (agar kompeten);
4) Tenaga kerjanya, yah.., rakyat setempatlah, tentu dng pengganti upah memburuh tani (“marombou”) Rp 70 ribu – Rp 80 ribu per orang per hari kerja.

Jika begini, rakyat memeroleh uang masuk dan BUKANNYA uang keluar..!

Rakyat SUDAH membayar Pajak dan Retribusi, Pemkab Simalungun mengelola uang rakyat itu dan mengembalikannya dlm bentuk pembangunan/perbaikan infrastuktur jalan & layanan publik yg baik, dan –bila rakyat dimobilisasi “marharoan bolon”— rakyat justru mendapatkan uang masuk (BUKAN uang keluar).

Semuanya “on-budgeter” (tercatat dlm APBD) dan bukan “off-budgeter”. Pertanggungjawaban (akuntabilitas)-nya pun jelaslah..!

Dan semua hepi..!

#SalamBiusCantik
#RJP_RakyatJadiPrioritas.

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments