Oleh: Pdt Defri Judika Purba
Sinode Bolon GKPS yang ke-46 sudah selesai dengan baik. Sidang gerejawi yang berlangsung selama enam hari (1-6 Juli 2025) telah berhasil menuntaskan tugasnya. Sebagaimana diaturkan oleh tata gereja dan tata laksana, Sinode bolon bertugas untuk menerima laporan LPJ pimpinan Sinode GKPS, Laporan Majelis sinode GKPS serta melaksanakan periodesasi pimpinan sinode GKPS.
Peserta sidang sinode bolon berasal dari berbagai unsur. Ada dari unsur pendeta, unsur penginjil, unsur utusan resort, unsur perempuan dan namaposo. Jumlahnya mencapai 502 orang dan datang dari berbagai wilayah pelayanan GKPS yang ada di Indonesia (Sumatera-Jawa-Kalimantan).
Melihat jumlah yang hadir dan cakupan wilayah yang begitu luas, itulah sebabnya sidang ini disebut Sinode bolon. Sinode (Yunani: Synodos; Pertemuan); bolon (Simalungun; besar).
Sebagai peserta yang ikut dalam sinode bolon, saya menyampaikan beberapa catatan reflektif yang bersifat pribadi.
1. Saya melihat kesungguhan panitia dalam mempersiapkan segala sesuatu sudah berjalan maksimal. Kesungguhan itu terlihat dari cara panitia mempersiapkan penginapan yang layak untuk seluruh peserta, menyiapkan transportasi penjemputan, menyiapkan komsumsi yang bergizi, pandu yang cekatan dan lincah, penyiapan tenaga medis dan kesiapan dalam hal tekhnis lainnya.
Panitia pasti telah mengadakan rapat berulangkali untuk mempersiapkan ini dengan baik. Kalau ada kekurangan, menurut saya, itu adalah bagian dari keterbatasan manusia itu sendiri. Tidak ada yang sempurna.
Kesempurnaan itu sifatnya dingin dan kaku sementara keterbatasan itu menggairahkan dan menghangatkan. Karena itu, saya sungguh berterimakasih kepada panitia sidang sinode bolon ke-46 yang telah berjerih payah melaksanakan perhelatan sidang gerejawi ini dengan baik.
2. Mengikuti sidang sinode bolon dengan berbagai materi acaranya sungguh menguras tenaga, pikiran bahkan materi. Loh, kenapa ikut menguras materi? Begini. Sinode bolon GKPS ke-46 ini tentu memerlukan dana untuk pelaksanaannya. Informasi dari panitia, dana yang dibutuhkan sekitar 1,8 M.
Untuk memenuhi dana ini, panitia telah bergerak mencari sumber dana. Ada bantuan dari pemerintah, donatur pribadi, kas umum GKPS, dan proposal dari gereja-gereja GKPS. Setelah dikumpulkan, jumlahnya masih kurang. Untuk menutupinya, maka peserta sinode diharapkan bantuannya.
Maka peserta sinode bolon yang memiliki berkat lebih pun merogoh kantung pribadinya untuk ikut membantu. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana totalitas pengorbanan peserta sinode bolon ke-46 ini.
Sudah harus meninggalkan pekerjaan dan keluarga, masih juga memberikan bantuan pribadinya. Ini tentu bagian dari sikap mencintai gereja-Nya. Karena itu, secara pribadi saya juga bersyukur dan berterimakasih kepada seluruh peserta sinode bolon yang telah ikut berpartisipasi aktif mensukseskan acara ini.
3. Pemaparan LPJ pimpinan sinode begitu juga Laporan Majelis Sinode ditanggapi beragam oleh peserta yang hadir. Dan dari berbagai tanggapan yang saya dengar, saya membaginya menjadi dua bagian besar. Tanggapan positif dan tanggapan negative.
Tanggapan optimis dan tanggapan pesimis. Semua tanggapan ini berkelindan menjadi berbagai pemikiran yang dapat memperkaya begitu juga bisa memperkeruh. Ada yang mampu menembus inti persoalan tetapi ada juga yang hanya menyentuh bungkusnya.
Ada yang berbicara untuk validasi dan ada juga yang berbicara dengan mengandalkan gaya retorika. Ini adalah kekayaan yang patut disyukuri dan tidak perlu dibawa ke dalam hati. Tanggapan positif akan membuat kita semakin kuat dan dihargai sementara tanggapan negative akan membuat kita semakin waspada, rendah hati dan mawas diri.
Tanggapan optimis akan membuat kita semakin berani melangkah sementara tanggapan pesimis akan membuat kita semakin hati-hati untuk melangkah. Semua tanggapan itu sangat perlu. Itu menunjukan kedinamisan dan kematangan dalam cara berpikir dan berorganisasi. Saya pribadi memandang ini sebagai sesuatu yang wajar dan alamiah. Tidak mungkin semua peserta seragam dalam melihat suatu masalah.
4. Sinode bolon ke-46 selain menjadi sidang gerejawi, juga menjadi ajang “marsombuh sihol”. Ini tidak bisa dipungkiri. Sinode Bolon telah mempertemukan berbagai sahabat yang dipisahkan oleh jarak, waktu dan tempat. Dan ketika ada pertemuan, maka sukacita pun akan terjadi.
Saya secara pribadi banyak bertemu dengan sahabat pendeta, penginjil begitu juga jemaat yang pernah saya layani. Pertemuan itu begitu menyukacitakan, sebab ada berbagai cerita yang unik dan khas yang membuat tawa berderai-derai.
Seorang perutusan bercerita dengan kocak, bagaimana mereka tidak bisa masuk ke dalam kamar, karena kerepotan membuka kunci kamar hotel. Ujung-ujungnya mereka saling berteriak di lorong hotel mencari bantuan. Yang lain bercerita bagaimana mereka harus menyesuaikan diri tidur bersama dengan orang yang baru dikenal.
Ada sikap kaku dan menjaga tentunya, apalagi ada kebiasaan tidur mendengkur. Seorang teman pendeta bercerita bagaimana di sinode bolon ia harus membagi waktu, untuk mengikuti sidang sekaligus menjalankan proposal untuk Pembangunan gereja. Yang lain berkisah bagaimana ia harus berkomunikasi ke istri dan anak di kampung untuk tidak lupa memberi makan ternak di rumah dan di ladang.
Macam-macam ceritanya. Dan itu semua dibungkus dalam suasana santai dan penuh kehangantan. Sinode bolon ternyata mampu memperkuat tali silaturahmi dalam pelayanan. Secara pribadi, saya sangat menikmati situasi yang terjadi.
5. Sinode bolon ke-46 di desain untuk benar-benar efektif dan efesien dalam pelaksanaannya. Sudah ada jadwal yang disepakati bersama walau kadang banyak juga yang molor. Hal ini tentu membuat jadwal sidang semakin panjang.
Situasi ini tentu berdampak kepada semua peserta sinode bolon. Tidak bisa semua setia berkonsentrasi mengikuti sidang. Sidang dimulai jam delapan pagi dan sering berakhir jam sebelas malam bahkan lebih. Karena itu, bisa dimaklumi peserta sidang mencari caranya masing-masing untuk bisa tetap segar dan kuat.
Ada yang merokok di bawah pohon, ada yang memesan kopi pakai grab, ada yang bercengkrama dengan sahabat, ada yang bermain game, ada yang membaca buku, ada yang duduk-duduk merenung dll. Saya pribadi memilih untuk bertemu dan mengobrol dengan jemaat di bawah pohon di samping tempat persidangan.
Menurutku, semua tindakan itu wajar-wajar saja. Bisa dipahami dan dimaklumi. Toh secara keseluruhan peserta sidang sinode bolon tetap serius mengikuti persidangan. Ini hal yang patut disyukuri menurut saya.
Walau ke depannya memang perlu dirancang sidang sinode bolon yang lebih efesien dan efektif lagi. Tidak perlu sampai enam hari. Cukup tiga atau empat hari saja. Hemat dalam dana dan tidak terlalu banyak yang dikorbankan (Keluarga atau jemaat yang ditinggalkan).
6. Sinode Bolon GKPS ke-46 ini juga merupakan sinode periodesasi yang akan memilih pimpinan sinode GKPS. Karena itu wajar peserta sinode bolon terbagi dalam beberapa kelompok untuk mendukung jagoannya.
Ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Ada yang kampanye diam-diam, ada juga yang terbuka. Ada yang berambisi dan ada juga yang biasa-biasa saja bersikap. Ada yang mengumpulkan dukungan dan ada juga yang mengalir seperti sungai.
Saya termasuk yang tertutup dan tidak terlalu memaksa diri. Saya percaya, siapapun yang menjadi pimpinan sinode adalah baik adanya. Dalam kaca mata iman, saya malah percaya dari yang buruk sekali pun , Allah bisa memberikan kebaikan kepada gereja-Nya.
Yang membuat tidak baik mungkin hanya faktor kekuasaan itu sendiri dan orang-orang yang mengelolanya. Sebab, kekuasaan itu nikmat dan manis seperti madu. Pada awalnya mungkin tidak membuat seseorang itu berbuat tidak baik, tetapi waktu yang berjalan bisa mengubahnya menjadi tidak baik.
Orang-orang yang berada di sekitar kekuasaan itu juga perlu dijaga agar kekuasaan yang dimiliki dipergunakan untuk melayani sesama. Dengan usainya sinode bolon GKPS ke-46 saya berdoa kiranya semua peserta sinode bolon dapat menerima apa yang telah diputuskan bersama.
Ini bukanlah akhir. Perjalanan gereja GKPS masih akan panjang. Tuhanlah pengendali utama perjalanan gereja ini, bukan manusia. Sekuat-kuatnya manusia berharap dan bekerja, rancangan Tuhanlah yang terjadi.
7. Sebelum acara letak jabatan, maka diberikan kesempatan kepada pimpinan sinode GKPS periode 2020-2025 untuk mengucapkan sepatah dua patah kata. Mengikuti semua kalimat yang disampaikan oleh bapak Ephorus dan Sekjend, saya masygul dan terharu.
Ada nuansa kehangatan yang mengalir apalagi ketika bapak sekjend merangkul bahu bapak ephorus. Saya melihat bapak Ephorus menitikkan air mata. Waktu selama lima tahun memimpin gereja GKPS adalah waktu yang sangat panjang.
Banyak permasalahan yang belum diselesaikan bahkan ada juga masalah baru yang harus dihadapi. Semua pemimpin pasti menginginkan dalam periodenya semua masalah dapat diselesaikan. Tidak ada pemimpin yang menginginkan masalah tetap ada, ketika periodenya berakhir.
Tetapi waktu adalah penguji yang jujur dan adil. Waktu yang terbataslah yang memberi pelajaran, bahwa pelayanan ini bukanlah milik kita pribadi. Apa yang kita kerjakan di gereja-Nya ini bukanlah hasil prestasi manusia.
Gereja GKPS adalah milik Tuhan Sang Kepala Gereja. Karena itu, Tuhan dengan hikmat-Nya akan selalu menopang perjalanan gereja ini dengan berbagai masalah yang Ia ijinkan untuk terjadi.
Karena itu secara pribadi, saya berterimakasih kepada pimpinan sinode GKPS periode 2020-2025 bapak Ephorus Pdt Dedy Fajar Purba dan bapak Sekjend Pdt Paul Ulrich Munthe atas dedikasinya dalam memimpin gereja ini. Kiranya Tuhan Kepala gereja tetap memberikan Kesehatan dan umur yang panjang. Perjalanan gereja ini akan dilanjutkan oleh pimpinan yang baru terpilih.
8. Pimpinan sinode GKPS periode 2025-2030 sudah terpilih yaitu Ephorus Pdt John Christian Saragih S.Th, M.Sc dan Sekjend Pdt Dr Jan Hotner Saragih. Sepanjang yang saya kenal, dua-duanya merupakan orang yang pintar, tenang, rendah hati, ramah dan tidak suka berkonflik. Itu menurut pengamatan saya secara pribadi.
Mungkin ada penilaian yang berbeda, wajar. Dengan karakter yang saya sebutkan di atas, semogalah beliau berdua bisa memimpin gereja GKPS ini dari yang baik menjadi semakin baik. Sinode bolon GKPS ke-46 telah banyak memetakan masalah dan tantangan yang akan dihadapi gereja ini.
Masalah itu begitu banyak, menggunung dan kompleks. Karena itu dibutuhkan pimpinan dan tim yang solid dan tangguh. Saya berdoa secara pribadi, Pimpinan Sinode yang baru terpilih dipenuhi oleh roh hikmat untuk menghadapi itu semua. Tetap sehat, kuat, solid dan tangguh. Selamat bekerja.
Cukup sekian tulisan reflektif saya tentang pelaksanaan sinode bolon GKPS ke-46. Semoga kita tetap sehat dimanapun berada dan tetap semangat melayani sampai maranatha.Pontianak, 11 Juli 2025. (Penulis Pendeta GKPS Melayani di GKPS Pontianak Ressort Kalimantan Barat).
0 Komentar