Oleh: Pindariana Manihuruk
Pemilihan Pdt. Jhon Christian R. Saragih sebagai Ephorus GKPS periode 2025–2030, dan Pdt. Jan Hotner Saragih sebagai Sekretaris Jenderal, dalam Sinode Bolon ke‑46 bukan sekadar agenda rutin lima tahunan.
Ini adalah momentum strategis untuk membangun kembali arah pelayanan GKPS yang lebih merata, inklusif, dan transformatif—terutama bagi jemaat-jemaat yang selama ini berada di pinggiran pelayanan, yakni jemaat pedesaan.
Jemaat Pedesaan: Ujung Tombak yang Terlupakan
Sudah terlalu lama, jemaat GKPS di wilayah pedesaan merasakan keterbatasan. Akses terhadap pelayanan rohani yang konsisten, pendidikan teologi, bimbingan pastoral, hingga pemberdayaan ekonomi, kerap kali tidak merata. Mereka adalah bagian dari tubuh Kristus yang justru menjadi fondasi awal gereja, namun perlahan-lahan terabaikan dalam pusaran modernisasi dan fokus kota.
Dalam hal ini, kami menaruh harapan besar kepada kepemimpinan baru GKPS agar menjadikan pembangunan masyarakat jemaat pedesaan sebagai prioritas utama. Gereja tidak bisa hanya hadir di altar, tetapi juga harus turun ke ladang, sawah, dusun, dan jalan desa—mendengar jeritan jemaat, memahami realitas hidup mereka, dan menjadi jawaban nyata atas tantangan mereka.
Membangun Gereja yang Memberdayakan
GKPS perlu mulai mendorong program-program konkret seperti:
Pelatihan keterampilan dan wirausaha desa, khususnya bagi pemuda-pemudi yang terancam pengangguran.
Kemitraan ekonomi gereja-jemaat, untuk mendukung pertanian, peternakan, atau kerajinan lokal.
Peningkatan sarana dan infrastruktur pelayanan, termasuk perpustakaan rohani, internet desa, dan peralatan ibadah yang layak.
Tidak kalah penting adalah penguatan kualitas pelayan gereja—baik Pendeta, Penginjil, Sintua maupun pelayan kategorial. Program pembinaan berkala, pelatihan tematik, hingga pendampingan lintas distrik sangat dibutuhkan agar pelayanan menjadi semakin relevan dengan dinamika zaman.
Menjawab Masalah Sosial yang Mendesak
GKPS sebagai gereja rakyat harus merespon secara aktif terhadap masalah sosial seperti kemiskinan struktural, kekerasan dalam rumah tangga, narkoba, penyakit masyarakat, hingga pergeseran moral anak muda. Gereja perlu lebih proaktif dalam penyuluhan, konseling, edukasi publik, serta membangun jejaring pelayanan yang berdaya guna di tengah masyarakat.
Kesimpulan: Harapan di Era Baru
Kepemimpinan Pdt. Jhon Christian R. Saragih dan Pdt. Jan Hotner Saragih adalah babak baru dalam pelayanan GKPS. Kita semua, sebagai tubuh Kristus, menantikan gereja yang bukan hanya berkhotbah dari mimbar, tetapi juga berjalan bersama umat—mengangkat yang lemah, menguatkan yang kecil, dan menerangi sudut-sudut desa dengan pelayanan kasih yang nyata.
Mari kita doakan dan dukung penuh kepemimpinan ini. Semoga lima tahun ke depan menjadi masa di mana GKPS semakin kuat dalam iman, unggul dalam pelayanan, dan nyata dalam aksi sosial.
0 Komentar