Cinta dan Perjuangan Bapak Dan Mamak (St Berlin Manihuruk- Anta Br Damanik)

Bapak St Berlin Manihuruk (Alm) dan Mamak Anta Br Damanik.

Oleh: Riana Saragih Manihuruk

Kalau ada cinta yang layak disebut sejati, aku akan menyebut nama Bapak St Berlin Manihuruk (Alm) dan Mamak Anta Br Damanik. Mereka bukan hanya orangtua kami,mereka adalah dua insan sederhana yang dengan sabar, tulus, dan iman yang kuat membesarkan sembilan anak mereka di tengah segala keterbatasan.

Hidup mereka tidak mewah. Tapi rumah kami selalu hangat—bukan karena harta, tapi karena cinta yang nyata. Sehari-hari dipenuhi perjuangan: membagi makanan yang kadang pas-pasan, memastikan semua anak sekolah, dan tetap menjaga senyum serta damai di rumah. Tidak mudah, tapi mereka jalani dengan tekun dan penuh pengharapan kepada Tuhan.

Yang paling kami kenang, adalah kebiasaan manis mereka dalam keseharian. Bapaklah yang setiap hari menyiapkan makanan untuk Mamak. Tangannya yang mulai gemetar karena usia, tetap setia memotong sayur, menanak nasi, dan meracik masakan kesukaan Mamak. 


Sementara itu, Mamak—dengan mata yang sudah agak rabun—tetap berusaha membantu sebisanya, biasanya dengan mengulek bumbu di sudut dapur.

Itulah kebersamaan mereka: sederhana, tapi penuh kasih. Tidak banyak kata, tapi banyak tindakan yang berbicara.

Meski sudah tua, tetap saja kadang mereka bertengkar kecil. Mamak suka ngambek, dan biasanya curhat padaku:
“Tegur Bapakmu itu, nang bilang biar i haholongi au😃😃

Lalu, ketika aku sampaikan ke Bapak, ia hanya tersenyum santai, “Loh, mamamu itu manja kali nyendok makanan nya pun harus aku loh. Gimana aku bisa marah?” Kata bapak😃

Cinta mereka tidak selalu mulus, tapi selalu pulih. Karena fondasinya bukan emosi, tapi komitmen, kesetiaan, dan kasih dari Tuhan. Mereka tidak sempurna, tapi mereka saling melayani seperti yang diajarkan Kristus.

Sampai akhir tahun 2024, begitulah keseharian mereka. Meski usia makin lanjut, Bapak tetap memasak, Mamak tetap membantu semampunya, dan mereka tetap setia satu sama lain. Tapi karena kesehatan mulai menurun, akhirnya mereka tinggal bersama adik kami yang ke-8, di Siantar—agar lebih mudah dirawat dan diperhatikan.

Di sana pun, kasih mereka tak berubah. Mereka masih saling menyuap, saling memeluk, dan saling mendoakan. Bahkan di usia senja, cinta mereka tetap terasa hangat dan tulus.

Ketika akhirnya Bapak dipanggil pulang ke rumah Bapa di surga 29 Agustus 2025 lalu kami semua terpukul. Tapi Mamak menguatkan kami semua dengan kata-katanya yang lembut, “Bapakmu pulang duluan, nanti kita semua akan berkumpul lagi. Tuhan itu setia.”

Kini, setiap kali aku mengenang mereka, hatiku dipenuhi rasa syukur. Karena aku pernah menyaksikan sendiri bahwa cinta sejati itu nyata. Bukan yang megah atau dramatis, tapi yang hadir dalam keseharian: dalam sepiring nasi, dalam tangan yang saling membantu, dalam pelukan di usia senja, dan dalam doa yang tak pernah berhenti.

Terima kasih Bapak. Terima kasih Mamak

Kalian telah membesarkan kami sembilan anak dengan air mata, peluh, dan kasih. Kalian telah menunjukkan bahwa kasih dalam Kristus adalah fondasi rumah tangga yang tidak goyah oleh waktu.

Warisan kasih kalian akan terus kami jaga, dan kami akan meneruskan cinta itu kepada generasi berikutnya—karena kasih yang sejati tidak pernah mati. Semoga kami semua anak anak mu selalu kompak dan sehat sehat banyak rejeki.🙏🙏

Montreal September 22, 2025
#borusasadamubapakomak🙏✍️
@PRM 
— di Montreal, Quebec.
VC: St Berlin Manihuruk dengan Borunya Riana Manihuruk di Canada Tahun 2024 lalu.






























0 Komentar

 





 


 



https://linktr.ee/asenkleesaragih