Info Terkini

10/recent/ticker-posts

(Re)Posisi Pemuda GKPS Kini dan Mendatang




Oleh: Ridho Hamdan Purba dan Stevan Ivana Manihuruk**

            Pendapat umum menyatakan bahwa masa muda merupakan masa keemasan, masa yang paling baik untuk berkarya, memikirkan sekaligus melakukan gagasan-gagasan besar. 
           Masa muda merupakan masa yang paling ideal untuk tampil menjadi motor penggerak perubahan menuju kebaikan dimana pun ia berada. Tidak dapat dimungkiri bahwa memang pada masa mudanya lah seseorang memiliki banyak potensi dan kesempatan untuk melakukan sesuatu. Banyak yang mengamini bahwa orang-orang muda lah yang biasanya punya semangat berapi-api, keberanian luar biasa, energi yang mumpuni, dan ide-ide besar yang bahkan terkadang “liar”.      
Di dalam Alkitab kita menemui beberapa nama tokoh yang dipakai Tuhan secara luar biasa di masa kemudaannya. Raja Daud yang termashur itu merupakan anak bungsu Isai dan saat dipilih Tuhan menjadi raja bagi Israel wajahnya masih kemerah-merahan (I Sam 16:12). 
Tokoh muda yang tak kalah terkenal adalah Daniel. Tercatat, bahwa Daniel masuk dalam rombongan tawanan Nebukadnezar, raja Babel, namun karena tergolong “orang muda yang tidak ada suatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak, dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu………..” (Dan 1:4) akhirnya menjadi orang istimewa dan bekerja dalam istana raja. Ada pula tokoh Timotius yang selalu disemangati oleh Rasul Paulus bahwa Janganlah seorang pun menganggap ia rendah karena ia muda (I Tim 4:12)    
Pena sejarah kebangsaan kita pun menuliskan. Dr. Soetomo yang belum genap berumur 20 tahun berhasil mendirikan organisasi Budi Utomo yang merupakan organisasi modern pertama yang menandai gagasan perubahan besar model perjuangan yang kala itu masih terpecah-pecah dan bersifat kedaerahan menjadi perjuangan bersama menuju Indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Nasional mendirikan Indische Partij pada saat masih berumur 20 tahun. Bapak Proklamator Soekarno mencapai kegemilangan politik kala masih berumur 22 tahun. Muhammad Hatta pun masih berumur 21 tahun kala menggagas berdirinya Perhimpunan Indonesia.
            Proses panjang perjalanan bangsa Indonesia pun jelas tidak terlepas dari peran para pemuda. Mulai dari masa pra kemerdekaan, misalnya pada peristiwa Sumpah Pemuda, masa penggulingan rejim orde lama yang kian otoriter, dan proses lahirnya reformasi yang ditandai dengan tumbangnya rejim orde baru yang sarat KKN. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kondisi pemuda saat ini?. Masihkah pemuda memberi kontribusi positif untuk kebaikan sekitarnya?. Bagaimanakah posisi dan peran pemuda (gereja) saat ini bagi lingkungannya, bagi gerejanya, dan bagi bangsanya?.
Sejujurnya, disadari atau tidak, peran dan posisi pemuda sudah jauh bergeser. Lahirnya tokoh-tokoh besar pemuda di masa lampau kelihatannya hanya akan menjadi ingatan romantisme sejarah yang dikenang anak bangsa karena saat ini semakin langka dijumpai tokoh-tokoh serupa. Kontribusi pemuda memang semakin dipertanyakan. Beberapa faktor penyebabnya bisa diajukan.   
            Sangat mungkin, pemuda-pemuda saat ini telah tergerus perubahan jaman yang semakin maju dan canggih. Ketidaksiapan menghadapi era tersebut membuat pemuda terombang-ambing dan akhirnya hanya sekadar ikut arus pusaran maha dahsyat kemajuan jaman tersebut. 
          Inilah faktanya. Sayangnya, dari kemajuan jaman tersebut seringkali bukan nilai positifnya yang diambil, justru sebaliknya. Indikasinya, kebanyakan pemuda kini kian jauh terseret dalam budaya materialis, konsumtif dan instan. Kini pemuda hanya mau memikirkan hal yang mudah-mudah, ringan-ringan, enteng-enteng, simple dan juga instant. Masalah lingkungan sekitar, masalah gereja, masalah bangsa dianggap hanya menjadi urusannya orang tua, pendeta, dan pemerintah saja. Pemuda sepertinya sudah emoh berpikir rumit untuk memberikan kontribusi.

Pemuda GKPS
Bagaimana dengan kondisi pemuda gereja khususnya pemuda GKPS?. Hasil pengamatan dan diskusi penulis dengan beberapa orang menjelaskan bahwa kondisi yang dialami Pemuda GKPS pun tidak jauh beda dengan pemuda pada umumnya. 
Hingga kini organisasi kepemudaan GKPS pada umumnya masih berkutat pada masalah-masalah klasik misalnya semakin berkurangnya jumlah pemuda yang terlibat dalam pelayanan dari tahun ke tahun. Jangankan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pelayanan, beberapa pemuda bahkan sangat sulit diajak untuk “sekadar” ikut ibadah, atau dalam kegiatan-kegiatan kepemudaan lainnya. Yang tidak kalah klasiknya lagi adalah terkait kekompakan pemuda, entah di tingkatan anggota maupun pengurus.  
Lagi-lagi, alasan dampak negatif kemajuan jaman mungkin bisa diajukan sebagai faktor penyebab yang telah mengubah paradigma, cara berpikir bahkan tingkah laku pemuda dalam kehidupannya. Namun dalam konteks Pemuda GKPS, yang perlu dipertanyakan adalah, rasa cinta, kebanggaan dan kepemilikan si pemuda terhadap gereja nya (GKPS). 
Diawali dari pertanyaan sederhana, mengapa saya bergereja di GKPS toh ada banyak gereja lain di luar sana?. Apakah karena saya bermarga Simalungun dan orang tua saya pun bergereja disana? Atau bagi pemuda di perantauan, Apakah hanya karena di GKPS sajalah saya punya kenalan atau keluarga?.          
Pada umumnya, dua hal tersebutlah yang selalu menjadi jawaban. Maka tidak heran, pada suatu waktu, pemuda GKPS bisa saja dengan gampangnya berubah pikiran dan tidak lagi bergereja di GKPS. Berbagai alasan pun diungkapkan, entah karena merasa sudah bosan dengan suasana ibadah GKPS yang dinilai kurang “hidup”, kurang bersemangat, irama musik dan lagu nya yang terlalu “mendayu-dayu”, atau yang lebih parah, GKPS dianggap adalah gereja nya para orang tua, yaitu mereka-mereka yang paham akan adat ke-Simalungunan. 
Ini jelas keliru karena visi gerejawi adalah pewartaan Injil dan membina jemaat dalam terang firman Tuhan. Pada kondisi-kondisi seperti inilah kita menjadi kuatir. Bagaimana masa depan GKPS, kalau para pemuda saat ini yang notabene akan segera melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan gereja justru semakin enggan mengisi diri dan terlibat dalam pelayanan gereja.
Menjadi pertanyaan juga bagi kepengurusan pemuda GKPS saat ini, apakah program dan kegiatan yang sedang dan akan dikerjakan di masing-masing gereja masih sekadar rutinitas tahunan saja yang sebenarnya justru tak lagi memiliki greget dan juga tak mampu mendukung pembentukan watak, mental, dan karakter pemuda GKPS yang “ideal” pertanda sudah mengalami pembaharuan akal budi oleh penyucian darah Kristus?. Atau, apakah pemuda GKPS hanya akan menjadikan gereja sebagai tempat silaturahmi semata, ajang untuk kumpul-kumpul dan ngerumpi saja ?.   
Sejujurnya kita juga harus terus mewaspadai agar orientasi kegiatan pemuda GKPS tidak terjebak dan menyempit untuk sekadar mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya, lalu melaksanakan kegiatan yang “wah” untuk mendapatkan pujian dari banyak orang. 
Jangan sampai pemuda GKPS “mengaminkan” pelesetan yang menyatakan akronim GKPS adalah Ganup Kegiatan (pitah) Patuppu Sen. Idealnya, setiap program dan kegiatan yang dilakukan merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pemuda saat ini baik dari segi rohani, pendidikan, keterampilan/keahlian, ekonomi, dan sosial budaya sebagai generasi penerus gereja dan bangsa. Tanpa itu, dikuatirkan program dan kegiatan hanya akan menjadi beban, bahkan berpotensi menumbuhkan benih-benih sakit hati dan perpecahan.  
Meletakkan kembali pemuda GKPS pada posisi idealnya di masa kini dan mendatang menjadi tantangan yang harus segera dijawab. Keberadaan seksi Pemuda GKPS haruslah memiliki arti dan kontribusi, bukan pelengkap. Seksi Pemuda GKPS juga harus menjadi mitra sejajar dengan seksi-seksi lain (Bapa, Wanita, dan Sekolah Minggu) dalam upaya memikirkan pembangunan dan panggilan gereja (bersaksi, bersekutu, melayani). 
Untuk mencapainya, perlu keterlibatan dua pihak. Pertama, pemuda sendiri yang memang harus pro aktif mencari dan memasuki ruang-ruang dimana ia bisa memberi kontribusi maksimal bagi gereja. Kedua, pimpinan gereja pun harus turut mendorong, melibatkan dan memberi ruang bagi pemuda untuk turut berperan serta secara aktif memikirkan pembangunan gereja. Jadi, pemuda tidak sekadar pembantu pelaksana program kegiatan yang sudah direncanakan dan ditetapkan oleh pimpinan gereja.
Alangkah indahnya jika pengalaman, kematangan, dan kearifan para orangtua yang didukung oleh ide segar dan semangat nya kaum muda menjadi padu demi membangun gereja sebagai tubuh Kristus. Kita percaya pemuda memiliki banyak potensi yang jika digali dan digunakan secara positif serta maksimal akan memberi andil cukup besar bagi kemajuan gereja. Selain itu, pemuda juga memiliki lebih banyak waktu karena belum dijejali urusan-urusan rumah tangga, anak, dan juga adat istiadat.           
            Permenungan bagi pemuda, ada pepatah yang menyatakan, “Tua itu sudah pasti tetapi menjadi dewasa dan bijak itu adalah pilihan”. Makna sederhananya, menjadi pemuda GKPS merupakan salah satu fase yang harus kita lewati sebelum menikah dan menjadi orang tua. Tinggal pertanyaannya, apa saja yang sudah, sedang dan akan kita lakukan dalam mengisi hari-hari dalam fase kepemudaan yang sedang kita jalani saat ini. Apakah itu semua mengarah pada tujuan pendewasaan iman dan karakter kita atau tidak?. 


 
   









*Tulisan ini disampaikan untuk membuka wacana jelang           pelaksanaan RPL Pemuda GKPS 2012 di Jambi          
           **Penulis pertama adalah Ketua Pemuda Resort Jambi
               sekaligus Ketua Umum RPL Pemuda GKPS 2012. Penulis kedua adalah Anggota Panitia RPL Pemuda GKPS 2012, bekerja di UPT Kementerian Kehutanan BPDAS Batanghari Jambi.


Sekadar info:
Panitia RPL 2012 membuka ruang informasi
dan diskusi di Fb: RPL Pgkps Duaribuduabelas
Komentar, kritik, dan saran juga dapat dikirim ke
Email: Rpl_jambi2012 @yahoo.com


Berita Lainnya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

4 Comments

  1. Salut buat Pemuda GKPS yang dua ini, yang mau berbagi ide dan kritik melalui tulisan. Semoga PGKPS yang lain bisa mengikutinya. Diatetupama.

    ReplyDelete
  2. Sharon Purba :
    saya sudah membaca tulisan nya,,tapi saya mau bertanya kepada penulis apakah sudah ada data yang valid untuk menunjang penulisan yang mengatakan banyak pemuda gereja terutama pemuda GKPS yang semakin berkurang jumlahnya,,ketika kita membaw...akan nama institusi gereja jangan hanya kita lihat di satui gereja kita ,,misalnya di GKPS jambi saja ,,karna banyak di tempat lain pemuda GKPS yang aktif dan makin bertambah banyak jumlah nya dan bahkan ada kebaktian khusus hari minggu bagi pemuda,,sebagai contoh : KMBI GKPS jalan terompet di medan dan pemuda GKPS pasar 6 dan GKPS Cemara,saya hanya ingin mengatakan ketika kita bersandar kepada TUhan ,,Tuhan akan bekerja dan generasi Pemuda gereja akan berlangsung terus menerus karna pemuda adalah bunga gereja.

    Vebrintardo Manihuruk :
    Akyu jg uda baca tulisannya, banyak wacana tapi minim solusi yah, maaf bila salah nangkap :) Ada baiknya para penulis memahami dulu apa itu pemuda, setelah itu kombinasikan dengan kisah alkitab, umumnya sih akyu rasa pemuda/i butuh panggila...n & fasilitasi. Contohnya seperti uraian kak S.Purba sebelumnya, atau contoh lain seperti di Bandung, kota kecil dengan banyak gereja membuat suasana 'persaingan' rebut hati pemuda, muncul aktifitas beberapa gereja adakan bazar murah menu makan siang tiap minggu hanya seribu rupiah, dan sukses mengundang sangat banyak pemuda/i. Bukan maksud akyu identikkan pemuda/i dengan makan yah...cuma contoh sukses :D
    =========
    Asenk Lee Saragih : Diatetupa bani pandapot Nasiam. Semoga Penulisnya Juga Membaca Komentar Ini. GBU
    ==========

    Sharon Purba lae veb : setuju saya lae,,karna banyak contoh kok di tempat lain pemuda GKPS tetap eksis,,tinggal bagai mana kita menjalankan pemuda,,tapi yakin lah gereja bangga mumpunyai pemuda dan pemuda adalah pengganti para pengisi gereja kedapan nya.
    ========

    Asenk Lee Saragih : Sayang kita yang berkomentar ini sudah menjadi Bapa, mana Pemudanya Ya....
    ========

    Vebrintardo Manihuruk : Hehe...sori bang, tadinya saya pengen komentar di blog-nya, tapi mata ini sudah tergerus usia jadi sulit menulis lewat media browser-smartphone saya :D
    ===========

    Sharon Purba : hahaha kita kan berbagi pengalaman lae,,yang memposting ini pun kan bapa bapa juga,,jangan lihat quantitas atau jumlah pemuda tapi lihat lah qualitas pemuda,,,seperti tim dokumentasi kita dulu di PGKPS jambi tahu 2000 _ 2005.
    =========

    Asenk Lee Saragih : Hahahhah................

    ReplyDelete
  3. Komentar Diatas Diposting dari FB Asenk Lee saragih.Dua Pemuda GKPS Ridho Hamdan Purba dan Stevan Ivana Manihuruk Membuka Mata dan Pikiran PGKPS Melalui Tulisan Bersama. Selengkapnya Silahkan Klik (http://rplpgkps.blogspot.com/2011/10/reposisi-pemuda-gkps-kini-dan-mendatang.html)
    PANITIA:: (Re)Posisi Pemuda GKPS Kini dan Mendatang

    ReplyDelete
  4. Terimakasih untuk komentar abang2 kami...
    B'sharon: Perlu diketahui, saat ini panitia RPL sedang mendata pengurus resort se-GKPS dan sejauh ini kami mendapat data bahwa ada 12 resort yang tidak memiliki kepengurusan pemuda, dan menurut pendeta resort yang melayani disana kendala nya adalah jumlah pemuda memang sudah jauh berkurang, tentu dengan berbagai alasan...
    Itu salah satu indikator bagi kami untuk membuat pernyataan diatas, tentunya selain pengamatan dan sharing dengan beberapa rekan pemuda GKPS di tempat lain. Lalu kalau pernyataan abang kita balik,menurut abang di banyak t4 jumlah pemuda semakin banyak, kalau boleh tau itu dimana saja?? Selanjutnya, kalau KMBI Pdg Bulan yg menjadi contoh, rasanya perlu kita kritisi lagi, yang aktif dan melayani disana, apakah mayoritasnya merupakan pemuda GKPS, atau hanya para "pendatang"?? Kebetulan saat mahasiswa, penulis juga sering beribadah di gereja tersebut.. Jadi abang, sejak awal tujuan kita adalah untuk menggugah kesadaran dan semangat pemuda GKPS nya, dengan membeberkan data dan fakta yang ada..
    Selanjutnya, sudah jelas bang kita memang harus senantiasa bersandar pada Tuhan...
    b'vebrintando: Pertama, terimakasih untuk kritiknya. Dan kalau abang cermati, kita udah sampaikan bahwa kita memang sedang membuka wacana untuk menggugah pemuda GKPS. Mengenai solusi, itu yang menjadi tugas kita bersama, termasuk juga untuk para pengurus pemuda yang akan ikut dalam RPL. Kedua, terus terang kita masih belum paham apa maksud komentar yang abang sampaikan tapi kami berusaha untuk memahami maksud dari pernyataan "seperti di Bandung, kota kecil dengan banyak gereja membuat suasana 'persaingan' rebut hati pemuda, muncul aktifitas beberapa gereja adakan bazar murah menu makan siang tiap minggu hanya seribu rupiah",terus terang kami kurang sepaham dengan cara2 seperti itu karena menurut kami cara2 tersebut kurang tepat untuk menarik perhatian pemuda dengan karena memang harus disadari pengurus pemuda bukan lah tim marketing yang berusaha menyenangkan hati pelanggan. Pengurus bukan lah pelayan manusia,tapi pelayan Tuhan,pengurus bukan lah pelayan dunia,tetapi pelayan rohani. Kami khawatir ketika pengurus melakukan cara cara "dunia" untuk menarik perhatian pemuda akan mengakibatkan kebobrokan pemuda dan kedangkalan iman pemuda,sehingga timbul tren pindah pindah gereja. Akibatnya pemuda akan bergereja di GJJ "Gereja Jalan Jalan"....
    Kita sangat berharap agar P-GKPS di kenal dari karya karyanya, yang pastinya berkarya untuk kemulian Tuhan...
    b'aseng: sepakat bang, kita masih menunggu komentar-komentar dari pemuda yang "asli", lang pitah mantan2 pemuda, hehehehe

    Salam Hangat dari Penulis

    ReplyDelete