Oleh : Aldy
Nerson Saragih (Mantan Pengurus Pemuda GKPS Yogyakarta 2006; Psikologi
UGM)
Penulis merasa perlu menambah tulisan tentang
kepemudaan
guna menyentuh
pemahaman yang mendalam khusus tentang pemuda GKPS.
Ditahun ini, sudah selayaknyalah pemuda diberikan perhatian khusus, dan diberikan kebebasan berekspresi positif dalam menyikapi berbagai persoalan baik di dalam maupun di luar pemuda itu sendiri. Persoalan apa yang paling mendasar dalam pemuda GKPS? Timbul dalam benak pikiran penulis adalah mengenai persoalan kecerdasan emosi.
Dalam kecerdasan emosi inilah kita berbicara mengenai
pola
pikir (parpikiran), perasaan (paruhuran), pemahaman (pangatusan)
terhadap diri
sendiri maupun orang lain, Intinya sejauh mana kita megenal diri kita
dan diri
kita mengenal orang lain di sekitar kita. Bagaimana komunitas pemuda
GKPS
sebagai organisasi kepemudaan Gereja berperan mengasah dan memberikan
manfaat
positif pada kecerdasan emosi pada Pemuda?
Apakah Kecerdasan Emosional Itu?
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Apakah Kecerdasan Emosional Itu?
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Lebih lanjut
Goleman
mengatakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan
emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan
emosional
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,
memilah
kepuasan dan mengatur suasana hati.
Penulis berpendapat yang
dikatakan dengan kecerdasan emosional adalah
menuntut
diri individu untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri
sendiri dan
orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan
efektif
energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur
penting
kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri
sendiri);
kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial
(kepandaian
menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
Kecerdasan emosional (EQ) bukan
merupakan lawan kecerdasan intelektual
yang
biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis.
Pada
kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang
sangat
penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, kuliah, tempat kerja, di
lingkungan gereja dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.
Ada 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi pemuda untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
Mengenali emosi diri
Ada 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi pemuda untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri.
Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan
yang sesungguhnya membuat diri
berada
dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang
sesungguhnya
yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
Pemuda seringkali tidak mengerti apa yang terjadi dalam dirinya, mungkin
ada
perasaan tiba-tiba marah, mood hilang, merasa rendah diri, dan juga
merasa
takut.
Misalnya Seorang Pemuda yang sudah lama
tidak pernah sama sekali
masuk
kuliah, dihadapkan pada pertanyaan orang tua kapan lulus. Kalau
ditanyakan
kepadanya mengapa tidak pernah kuliah, dia akan memberikan 1001 alasan
yang
berbeda. Hal tersebutlah yang menjadi sinyal bahwa pemuda tersebut tidak
mengerti apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Dalam fase yang
lebih
tinggi lagi, pemuda tersebut akan mengaku akan lulus dalam waktu dekat
ini.
Padahal kenyataannya sungguh tidak
demikian. Berani menjawab segera
lulus inilah
sebagai tanda adanya proses ketidaksadaran secara tanpa disengaja
terjadi dalam
pikiran pemuda tersebut. Inilah akibat kurangnya penegenalan kita
terhadap emosi
yang ada dalam diri kita. Apakah hal seperti ini ada terjadi dalam
Pemuda GKPS?
Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
Ketika pemuda dihadapkan pada permasalahan perbedaan pendapat dalam suatu rapat pemuda di gereja, seringkali beberapa anggota pemuda terbawa emosi, dan keluar dari rapat. Permasalahan bahkan merambat kearah perpecahan sehingga timbul dinding pemisah, prasangka-prasangka antara kelompok satu dengan kelompok lain.
Hal ini terjadi diakibatkan kurangya
pengelolaan emosi pada diri kita.
Orang
mampu mengelola emosinya dengan baik menganggap perbedaan pendapat
adalah hal
yan wajar. Dan orang tersebut tetap komitmen menjalankan keputusan rapat
tanpa
mempersoalkan apakah keputusan itu sesuai atau tidak dengan pendapatnya.
Apakah
hal seperti ini masih terjadi dalam Pemuda GKPS?
Memotivasi diri
Memotivasi diri
Kemampuan
seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal
sebagai
berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang
berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir
positif; d)
optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika
perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang
terjadi,
pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi
diri
yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang
positif
dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
Adanya berbagai kegiatan pemuda di
gereja seperti persekutuan
(partonggoan),
ikut koor dan vokal Group, ikut dalam kepanitiaan kegiatan pemuda,
kegiatan olah
raga dan sebagainya sebenarnya memberikan pengaruh positif dalam proses
pengembangan diri pada pemuda bersangkutan. Hubungan persekutuan
seringkali
memunculkan perenungan-perenungan pada diri tentang arti hidup di dunia
ini.
Sejauh manakah kita memaknai itu semua. Kalau pemaknaan diri kita
positif akan
timbul rasa percaya diri, timbul perasaan bahwa hidup ini benar-benar
berharga
dan merupakan anugerah dari Tuhan.
Apabila
rasa seperti ini
terinternalisasi
dalam diri kita, maka dengan mudahnya kita akan menemukan motivasi hidup
ini.
Motivasi hidup disini sudah meliputi motivasi untuk sekolah, kuliah,
bekerja dan
juga motivasi untuk selalu punya kerinduan bertemu dan berbagi dengan
sesama
anggota Pemuda. Semakin banyak kita berbagi dengan orang lain, maka
semakin
tinggi juga motivasi yang kita temukan.
Motivasi memang sebaiknya
datangnya dari
dalam diri kita sendiri, tapi kalau belum kita temukan dari diri kita,
masih
terbuka luas motivasi itu kita temukan dari orang lain, melalui proses
kita
terbiasa mendapat motivasi dari luar, dengan sendirinya kita akan pintar
mencari
motivasi pada diri kita sendiri, bahkan lebih dari situ, kita akan
menjadi
sumber motivasi bagi orang lain. Kuncinya hanyalah kesabaran menjalani
proses
dan ada kemauan untuk belajar. Bagaimana dengan Pemuda GKPS kita?
Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan
pada
kesadaran diri.
Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa
ia akan
terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan
mampu
menghormati perasaan orang lain.
Simpati berbeda dengan empati, simpati
termasuk juga ungkapan perhatian
positif
terhadap orang lain. Sementara empati didasari pada ungkapan positif
lebih dalam
terhadap orang lain disertai tindakan. Sebagai ilustrasi, Tigor (Par
Pasar
Gostong ) sedang mencari pekerjaan, dalam waktu yang lama dia belum
mendapatkan
pekerjaan, lalu Tigor bercerita/curhat, berkeluh kesah pada temannya
yang
bernama Jahultop (Par Juma Ujung).
Tigor :
“Aih borat dassa namanggoluh
on,
nonma anggo lang dong horja” (duh, berat amat hidup ini kalau gak punya
pekerjaan). Lalu Jahultop menanggapi : “memang nonma ma zaman on, borat
do
ganupan, na pasabar-sabar mando da, naha baenon ambia”. (hidup di zaman
ini
memang serba berat, kita sabar aja menghadapi. Apa yang dilakukan
Jahultop
adalah bentuk simpati.
Kalau misalnya jawaban Jahultop
mengatakan (Yah,
kamu
sabar aja, mungkin belum waktunya, yakinlah pekerjaan itu bisa kau
dapatkan
asalkan kamu tetap berusaha, pantang meyerah dan selalu berdoa. Nanti
kubantu
mencari pekerjaanmu, saya akan kasi tahu ke kamu kalau ada informasi
kerja yang
sesuai denganmu). Jadi jelas ini adalah bentuk empati, karena didasari
dengan
perhatian lebih dalam dan disertai tindakan.
Pemuda GKPS sebagai satu kesatuan pemuda gereja hendaknya bukan hanya kumpulan orang-orang bersimpati. Tetapi jadilah kumpulan orang-orang yang berempati yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap sesama. Pemuda GKPS, sudahkah demikian?
Membina hubungan dengan orang lain
Pemuda GKPS sebagai satu kesatuan pemuda gereja hendaknya bukan hanya kumpulan orang-orang bersimpati. Tetapi jadilah kumpulan orang-orang yang berempati yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap sesama. Pemuda GKPS, sudahkah demikian?
Membina hubungan dengan orang lain
Seni dalam membina hubungan dengan
orang lain merupakan keterampilan
sosial yang
mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki
keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial.
Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam
inilah
yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau
tidak
berperasaan.
Aktif
dalam kegiatan pemuda adalah salah satu bentuk seni dalam membina
hubungan
dengan orang lain. Dikepemudaan kita akan menghadapi berbagai orang
dengan
berbagai sifat, karakteristik, pola pikir yang sama, berbeda, bahkan
jauh
berbeda dengan diri kita. Apakah dengan adanya perbedaan dengan orang
lain
membuat diri kita terpisah dan mucul prasangka-prasangka satu sama
lain.
Tentu
tidak, justru dengan perbedaan inilah membuat kita banyak belajar,
mengerti dan
memahami karakteristik masing-masing orang. Dan proses seperti inilah
modal
pergaulan dimanapun kita berada. Ijon hita marlajar, songonon ma nabaen
bani
halak , kira-kira sonaha do pangahapni, Bagaimana dengan pemuda kita ?
Dengan memahami komponen-komponen
emosional tersebut diatas, diharapkan
para
pemuda GKPS dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif.
Dengan
demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga
mengurangi
hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan Pemuda, generasi
Simalungun.
Melalui
RPL PGKPS Pemuda GKPS diberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri. Kita jadikanlah momen ini sebagai sumber motivator
untuk
menggerakan kegiatan pemuda lebih kearah positif lagi. Mari kita bentuk
berbagai
macam kegiatan yang benar-benar mempunyai manfaat bagi pemuda itu
sendiri.
Jadikanlah organisasi Pemuda GKPS
sebagai sarana pertumbuhan iman,
sarana untuk
saling mengenal dan berbagi, saling memperhatikan satu sama lain, dan
saran
untuk menegembangkan potensi diri. Jadi sudah jelas organisasi pemuda
GKPS
merupakan wadah untuk melatih kecerdasan emosional para pemuda.
Tunggu apa lagi, selamat bergabung dan mengikuti kegiatan kepemudaan
bagi yang
belum aktif, dan tetap bertahan bagi yang sudah yang aktif. SELAMAT
JELANG RPL PGKPS 2012
0 Comments