Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Getaran Gempa Buat Karyawan Komplek Megaland Berhamburan


SIANTAR– Gempa berkekuatan 8,5 SR yang mengguncang Aceh terasa di Kota Pematangsiantar. Para karyawan dan karyawati yang berkantor di komplek Megaland berhamburan keluar gedung. Tampak para karyawan berlarian keluar gedung.

Walau tidak terlalu panik, namun hampir seluruh karyawan keluar dari ruangan. Kehebohan juga tampak di kantor Badan Pertanahan Nasional di depan Megaland. Seluruh pegawai tampak keluar ruangan. Sejumlah karyawa mengatakan, getaran gempa sangat terasa di ruangan.

Suara pintu terdengar berisik karena bergesekan. Para karyawan kembali masuk ke kantor setelah beberapa gempa usai. Jadwal Ferry Aman Sementara, warga dan pengunjung di Parapat, Ajibata dan Samosir, juga berhamburan dari rumah, warung dan halte penumpang Dermaga Kapal akibat getaran gempa yang terjadi sampai 2 kali berdurasi 2–3 menit.

Kepala Kelompok Seksi (Kapoksi) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Parapat Ganda Matondang kepada METRO mengatakan, terjadi 2 kali setaran gempa terasa di wilayah itu.
Getaran pertama pukul 15.38 WIB hingga pukul 15.40 WIB, getaran kedua pukul 17.43 WIB hingga pukul 17.45 WIB. Seperti diketahui, gempa berkekuatan besar terjadi di Aceh dan Sumut.

 Data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tercatat kekuatan gempa 8,5 SR. Sebelumnya BMKG sempat melansir 8,9 SR Gempa terjadi pukul 15.38 WIB, Rabu (11/4). Gempa terjadi di kedalaman 10 Km. Pusat gempa berada di laut dengan kedalaman 10 KM. Titik gempa berada di Simeuleu Aceh Tenggara.

Getaran gempa dirasakan sangat kuat di Aceh dan berbagai kota di Sumut dan beberapa daerah lain di Sumatera. Menurut Ganda, getaran di pesisir Danau Toba adalah dampak dari gempa yang terjadi di Aceh. “Itu hasil sementara dan getaran gempa yang terjadi di kawasan pesisir danau Toba khususnya Ajibata, Tigaraja, Parapat dan Pulau Samosir yang merupakan wilayah yang tetap kita pantau perkembangannya,” katanya.

Masyarakat disekitar 
Dermaga Ajibata berhamburan keluar (Jetro)Masyarakat disekitar Dermaga Ajibata berhamburan keluar (Jetro)Lurah Parapat Sahat Sihombing, Lurah Tigaraja Nelson Siallagan dan Lurah Parsaoran Ajibata Drs Tigor Sirait ketika dihubungi METRO mengatakan, di wilayahnya belum ada laporan kerugian harta benda dan korban. Namun warga sempat panik dan keluar rumah.

“Saya sudah anjurkan kepada warga agar tetap tenang, jangan panik karena pusat gempa sangat jauh dari kita dan keadaan di Kota Parapat sudah kembali normal,” ujar Lurah Parapat.

 Lurah Tigaraja Nelson Siallagan juga berharap warga tidak perlu khawatir dan tetap melakukan aktifitas dengan baik terutama bagi mereka yang akan menyebrang melalui Pelabuhan Tigaraja ke Sipolha, Panatapan, Tomok, Tuktuk, Ambarita dan Simanindo agar menjalankan rute dan jadwal penyeberangan sebagaimana biasanya. Lurah Ajibata Tigor Sirait turun langsung memantau situasi di Pantai Ajibata memastikan keadaan warganya.

 “Justru saya yang sempat pusing, saya kira air Danau Toba meluap,” katanya. Di sejumlah dermaga, jadwal penyeberangan tidak ada yang ditunda. “Tidak ada penundaan penyebarangan dan semua berjalan sesuai jadwal,” ujar ABK KMP Feri I dan II Jhony Manik di Pelabuhan Ajibata.

Getaran gempa juga terasa di Silou Kahean, Simalungun, sekitarnya sekitar pukul 15.41. Akibatnya, warga panik dan berhamburan keluar rumah. Suasana semakin riuh saat beberapa orangtua berteriak-teriak memanggil anaknya. Gempa juga membuat les tambahan di SMP Negeri 1 bubar. Seratusan siswa berhamburan keluar kelas.

Ervina Saragih, warga Nagoridolok, menceritakan, dia sempat ketakutan saat gempa berlangsung. “Kami sedang belajar les tambahan di sekolah, tiba –tiba meja dan kursi bergoyang, kaca ruangan bergetar. Aku juga merasa pusing. Karna takut, kami berhamburan keluar kelas,” ujarnya. Camat Silou Kahean Belman Saragih belum mendapat laporan kerusakan di wilayahnya.

 “Belum ada laporan, tapi dilihat dari lamanya gempa dan jauhnya pusat gempa dipastikan tidak ada kerusakan. Hanya warga sempat khawatir dan berhamburan keluar rumah,” ujarnya. Suhul…! Suhul…! Di Kelurahan Tiga Runggu, Kecamatan Purba, warga berhamburan dari rumah dan sebagian warga berusia lanjut berteriak ‘suhul-suhul’.

Sekitar pukul 15.00 WIB Rabu (11/4) kemarin, beberapa warga berusia tua dan muda sedang minum di kedai dekat Kantor Lurah Tiga Runggu. Tiba-tiba terjadi goyangan seperti gempa bumi dan dirasakan kuat oleh para penghuni warung.

Tanpa dikomando, warga yang ada di dalam warung ini langsung berlarian keluar dan langsung mengumpul di lapangan. Diantara pengunjung warung hanya bisa saling bertatapan dan saling melihat. Tiang listrik serta beberapa bangunan yang terbuat dari papan dan berupa rumah panggung terlihat bergoyang, namun tidak runtuh. Kejadian ini berlangsung lebih satu menit. “Suhul-suhul (gempa-gempa, red),” teriak salah seorang pengunjung berusia lanjut.

 Sesudah gempa, pengunjung warung sibuk menelpon keluarga masing-masing. Pembicaraan yang terdengar saat itu, mereka menanyakan kondisi keluarganya. Selain itu terjadi pembicaraan tentang lokasi pusat gempa yang barusan terjadi.

“Kalau tidak pusat gempa di Aceh, biasanya di Padang. Dua lokasi ini yang sering gempa,” ujar salah satu warga bermarga Purba.

Selain di warung tersebut, warga yang lain juga terlihat berhamburan keluar dari rumahnya masing-masing dan berkumpul dipinggir jalan. Usai gempa, saat METRO berkeliling di kelurahan ini, tidak terlihat satupun bangunan rumah warga dan bangunan -bangunan lain yang rusak.

Namun R Sihotang (35) warga kelurahan yang sama memberikan pengakuan berbeda. Menurutnya, dia tidak ada merasakan sedikitpun gempa. Pengakuannya saat terjadi gempa, dia sedang berada di atas sepeda motor (kreta). “Tidak tahu ada gempa, lagi naik kereta tadi. Setelah berhenti dan dikasih tahu sama kawan, baru saya tahu ada gempa,” jelasnya. (rait/hp/mag-1/ral)(metrosiantar.com)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments