SIMALUNGUN- Seratusan
warga Kecamatan Panei Tongah, Kabupaten Simalungun yang tergabung dalam
Forum Masyarakat Peduli Panei, berdemo ke kantor PTPN IV Kebun Marjandi,
Kamis (12/7). Masyarakat meminta pihak Kebun Marjandi, supaya menutup
parit isolasi yang berada di sekitar kebun. Sejak adanya galian tersebut
Kecamatan Panei sering dilanda banjir.
Kordinator aksi Jhon Marudut Tua
Saragih, dalam orasinya mengatakan, sejak adanya galian parit isolasi di
PTPN IV Kebun Marjandi, warga sering mengalami kebanjiran. Akibatnya
beberapa rumah masyarakat rusak dan warga berlarian menyelamatkan diri.
Selain itu, fasilitas masyarakat pun rusak dibuat banjir. Antara lain
parit hancur, persawahan jebol dan mengakibatkan gagal panen, titi
jembatan, tembok sekolah rubuh, dan pemukiman warga berlumpur yang
bersumber dari PTPN IV Marjandi.
Ia mengatakan, selama banjir terjadi masyarakat Panei sekitarnya, seperti teraniaya. Ladang pertanian yang menjadi mata pencarian warga habis dihantam banjir.
“Kami meminta pihak PTPN IV Kebun Marjandi bertanggungjawab memperbaiki seluruh fasilitas yang rusak dibuat banjir. Kemudian mengganti rugi kerusakan yang disebabkan banjir,” tegas Jhon.
Masyarakat meminta, juga supaya
mengembalikan tanaman teh di Kecamatan Panei. Mereka mengatakan, selama
tidak ada konversi teh ke sawit, Kecamatan Panei tidak pernah mengalami
banjir. Aksi yang berlangsung damai itu diterima Manejer Unit PTPN IV
Marjandi J Sinaga dan perwakilan kantor pusat PTPN IV Marjandi Jimmi
Silalahi. J Sinaga mengatakan, pihak PTPN akan merealisasikan permintaan
masyarakat menutup parit isolasi yang berada di perkebunan Marjandi.
“Saya sebenarnya sudah mengusulkan
pemanggilan alat berat untuk menutup parit isolasi tersebut. Namun
karena masyarakat terus mendesak, besok kami segera menutup parit
tersebut secara manual menunggu alat berat tiba. Sedangkan bantuan ganti
rugi yang dimohonkan masyarakat, kami tidak bisa mengambil kebijakan
sendiri.
Sebab kami di kantor unit tidak ada pegang duit. Kalau mau buat
permohonan, masyarakat harus membuat proposal ke PTPN IV Marjandi,”
paparnya. Disinggung soal permintaan masyarakat supaya mengembalikan
tanaman teh dari sawit, J Sinaga mengatakan, pihaknya tidak bisa
mengambil keputusan.
“Kalau masalah itu, saya tidak bisa
ambil keputusan. Ada tingkatan direksi yang membahas masalah konversi
itu,” tegasnya. Sejam berorasi di kantor PTPN IV Kebun Marjandi,
masyarakat menuju kantor DPRD Simalungun. Di kantor DPRD, masyarakat
diajak Komisi II ber-audensi menyampaikan aspirasinya. Nampak hadir saat
itu, Makmur Damanik, Luhut Sitinjak, Suriawan, Pantas Sitanggang, dan
Mansur Purba. Kemudian, Camat Panei Tongah Baktiar Sinaga, Kadis BLH
Raja Sianipar, dan Asisten I Marolop Silalahi.
Luhut Sitinjak, mengaspresiasi
masyarakat yang menyampaikan orasinya dengan damai. Ia selaku putra
daerah di Kecamatan Panei, membenarkan bahwa beberapa hari terahir
sering terjadi banjir setelah terjadi hujan. “Saya juga sebagai putra
daerah merasakan apa yang dirasakan masyarakat. Puluhan tahun saya
tinggal di Panei, baru beberapa bulan terahir ini sering terjadi banjir
sejak keberadaan parit isolasi dan konversi,” katanya.
Dia mengatakan, akan memperjuangkan
aspirasi masyarakat sampai ketingkat DPRDSU dan Pemprovsu. “Hari ini
DPRD bersama Pemkab Simalungun akan turun langsung melakukan cek dan
ricek ke PTPN IV Marjandi. Kalau benar parit isolasi itu penyebab
banjir, kita minta dengan tegas supaya ditutup,” katanya. (osi)
0 Comments