Walikota Siantar Melayat ke Rumah Duka
Walikota Siantar Hulman Sitorus SE didampingi Wakil Walikota Drs Koni Ismail Siregar dan Sekda Donver Panggabean, serta seluruh SKPD, asisten, Kadis, kaban, kakan, kabag, camat dan lurah melayat ke rumah duka korban kecelakaan maut.Kecelakaan yang menewaskan 7 siswi SMA Kota Siantar di kawasan Pondok Bulu, Kecamatan Dolog Panribuan, Simalungun, Kamis (28/2) petang itu dinilai membuat Siantar berduka. Walikota beserta rombongan, Jumat pagi (1/3) sekitar pukul 08.00 WIB, langsung turun melayat ke 6 rumah duka, siswa calon anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) asal Siantar itu.
Walikota melayat dimulai dari rumah duka keluarga Nabila di Karang Sari Permai, selanjutnya melayat ke rumah keluarga Junaidah Lubis jalan Kiyai 1, berukutnya ke rumah keluarga duka Ananda Anisah Roza, Jalan SM Raja Gang Mutaqin dan rumah keluarga duka Gusty Ayu Anggraeni yang mana korban keempat ini adalah Siswi SMA 4 Siantar.
Setelah mengunjungi 4 rumah keluarga yang berduka, Walikota Siantar melanjutkan perjalannannya mengunjungi rumah keluarga Okpri Br Simalango dan Masniari Br Panggabean Keduanya siswi SMAN 1 Siantar.
Dalam kunjungan tersebut, Walikota bersama rombongan menyapa dan menyalami keluarga yang berduka. Seraya menyampaikan kepada keluarga korban kecelakaan bus tersebut agar sabar dan tabah menghadapi cobaan ini.
“Ini semua cobaan dan kehendak dari Tuhan Yang Maha Esa. Nggak ada yang ingin seperti ini terjadi, kita manusia tidak bisa menolak takdir,” ujar Walikota yang terlihat meneteskan air mata setiap mengunjungi rumah keluarga.
Selain itu, Walikota menyampaikan, anak-anak yang telah dipanggil ini adalah anak-anak yang terbaik di sekolah masing-masing, karena anak-anak ini adalah anak yang terpilih menjadi anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) asal Siantar.
“Namun apa daya, Tuhan mengkehendaki anak-anak kita ini lebih dulu menghadap kepada-Nya. Untuk itu, saya mengharapkan kepada keluarga yang ditinggalkan agar terus mendoakan anak kita ini, kami juga akan terus berdoa agar anak kita dapat diterima dan ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Kepada warga Kota Siantar mari kita bersama-sama berdoa untuk anak- anak kita ini,” ajak Walikota.
Dikabarkan Tewas, Ternyata Supir Masih Hidup
SIMALUNGUN – Supir bus
Koperasi Diori BB 7663 EA yang masuk jurang ternyata masih hidup. Supir
bernama Tellen Simangunsong (50) itu ditangkap, Jumat (1/3) pukul 14.00
WIB di Jalan Umum Tanah Jawa. Sebelumnya sempat tersiar kabar bahwa
salah satu korban yang tewas, Humisar Marpaung, disebut sebagai supir.
“Setelah kejadian kemarin, kita mendapat
informasi dan melakukan pemeriksaan terhadap saksi. Disebutkan bahwa
Humisar Marpaung yang korban tewas bukanlah supir. Itu sebabnya kita
melakukan penyelidikan,” ujar Kapolres Simalungun AKBP Andi S Taufik.
Dari hasil penyelidikan polisi, Tellen
Simangunsong sedang di perjalanan dari Tanah Jawa menuju Siantar. Pihak
kepolisian langsung melakukan pengamanan tepatnya di wilayah Marihat,
Kecamatan Siantar. Dia langsung digiring ke kantor Lantas Polres
Simalungun Jalan Asahan.
Kapolres menambahkan, dalam bus tersebut
Tellen Simangunsong merupakan supir, sementara Humisar Marpaung hanya
rekannya dan posisinya duduk berada di tengah. Namun saat kejadian,
Humisar Marpaung ditemukan tewas di lokasi, sementara Tellen
Simangunsong tidak berada di lokasi.
“Tellen Simangusong masih dalam
perawatan karena mengalami luka-luka. Namun tidak tergolong berat. Atas
kelalaiannya, Tellen dijerat pasal 310 ayat 4 Jo pasal 106 ayat 1 nomor
22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dengan ancaman
hukuman penjara 6 tahun,” tegas Kapolres.
Tellen Simangunsong saat ditemui METRO
dalam kondisi masih diinfus mengakui bahwa dia adalah supir sebenarnya.
Humisar Marpaung hanya rekannya saja yang ikut dari Siantar. “Semalam
aku sudah melarangnya untuk ikut. Tapi dia terus memaksa dan datang ke
terminal,” kata Tellen terbata-bata.
Tellen menceritakan, mereka berangkat
dari Siantar sekitar pukul 16.00 WIB, cuaca sedang gerimis. Di
perjalanan, kondisi perseneling masih bagus termasuk remnya. Ketika
berada di TKP yang jalannya menurun dan tikungan, perseneling di posisi
2, dia berusaha menggantikan ke posisi 1, namun tidak berhasil. Justru
perseneling beralih ke posisi netral sehingga menambah kecepatan saat
turunan.
Atas kondisi tersebut, pria 4 orang anak
ini mengaku gagap dan binggung mengendalikan mobilnya. Selanjutnya bus
itu menabrak tembok jembatan hingga terjun ke jurang dan masuk ke
sungai. Dia menceritakan, saat itu dia hanya berusaha sekuat tenaga
untuk menyelamatkan diri. Setelah berhasil, dia berjalan menyusuri jalur
sungai, karena tidak mampu lagi menyelamatkan para pelajar yang
terjebak dalam bus.
Setelah berhasil menemukan jalan besar,
Tellen menumpang bus menuju Siantar dan pergi ke bidan di Siantar, untuk
mendapatkan perawatan atas luka-luka di bagian kaki dagu dan tangannya.
“Setelah itu aku pergi lagi ke Tanah Jawa tempat family untuk berkusuk. Saat itu keluarga sudah menyuruh supaya cepat pergi ke kantor polisi. Tapi saya masih merasa kesakitan,” aku warga Jalan Bah Biak, Kelurahan Sigulang-gulang, Kecamatan Siantar Utara ini.
Tellen menjelaskan, bus Koperasi Diori
itu keluaran tahun 1990 dan merupakan miliknya. Akan tetapi, dia baru
dua kali melintas dari lokasi kejadian, sehingga belum hafal medan
jalan. Dia mengaku tidak mengetahui berapa sebenarnya jumlah penumpang atau siswa.
Sebab pada saat berangkat, dia hanya
mengikuti petunjuk dari panitia. “Kalau jumlah penumpang di dalam bus
Koperasi Diori itu biasanya sebanyak 28-30 orang,” katanya.
Dia mengakui, pihak panitia menyewa
busnya Rp750 ribu untuk mengantar rombongan dan tiga hari kemudian
menjemputnya. Hingga saat ini, Tellen Simangunsong masih dirawat di
Puskesmas Asrama Polisi dan dijaga petugas.
Jumlah Penumpang Tak Bisa Dipastikan
Saat ditanya berapa sebenarnya jumlah penumpang dalam bus tersebut, Kapolres Simalungun AKBP Andi S Taufik SIK mengatakan, belum ada pihak yang bisa memastikan berapa jumah penumpang yang terjun tersebut.
“Kami sudah mencari informasi, tapi
tidak ada pihak yang memberikan keterangan yang pasti. Akan tetapi, saat
ini jumlah korban yang meninggal sebanyak 7 orang. Enam korban
merupakan pelajar siswa SMA Siantar,” ujar Kapolres.
Sementara itu, jumlah penumpang yang
mengalami luka berat 3 orang dan luka ringan 14 orang. Sehingga total
penumpang termasuk supir di dalam bus tersebut sebanyak 24 orang.
Kapolres Simalungun kembali menegaskan, dalam mengevakusi mobil
tersebut, pihaknya juga melakukan pencarian di sekitar lokasi untuk
memastikan apakah masih ada korban yang belum ditemukan.
Namun hingga berita ini diturunkan,
tidak ada korban baru ditemukan. Pihak kepolisian juga tidak menerima
informasi dari masyarakat yang menyatakan anggota keluarganya belum
ditemukan.
“Apabila memang ada masyarakat yang anggota keluarganya tidak ditemukan, segera melapor ke polisi. Agar secepatnya dilakukan pencarian,” tambahnya.
“Apabila memang ada masyarakat yang anggota keluarganya tidak ditemukan, segera melapor ke polisi. Agar secepatnya dilakukan pencarian,” tambahnya.
David Tambunan, PNS di Pemko Siantar
yang bertindak sebagai ketua rombongan menerangkan, jumlah SMA yang
tergabung dalam paskibra sebanyak 300 orang. Karena jumlahnya banyak,
mereka menyewa beberapa bus dan salah satunya Koperasi Diori. Dia juga
mengatakan, tidak bisa memastikan jumlah penumpang Koperasi Diori,
karena saat itu sudah sore.
“Tidak bisa saya pastikan, karena itu rombongan terakhir,” ujarnya saat ditemui di RS Vita Insani.
Dia mengaku saat itu duduk di sebelah supir dan tidak menyangka bisa selamat. Sebab saat itu dia juga terjebak dalam bus. Namun karena berusaha sekuat kuatnya, akhirnya bisa keluar dari dalam sungai termasuk seorang rekannya bernama Harmoko Sidabutar (23) yang juga duduk di sampingnya.
Dia mengaku saat itu duduk di sebelah supir dan tidak menyangka bisa selamat. Sebab saat itu dia juga terjebak dalam bus. Namun karena berusaha sekuat kuatnya, akhirnya bisa keluar dari dalam sungai termasuk seorang rekannya bernama Harmoko Sidabutar (23) yang juga duduk di sampingnya.
“Kami berupaya sekerasnya keluar bus.
Walaupun bagian dada saya terasa sakit. Tapi terpaksa harus ditahankan,”
katanya. Hal yang sama disampaikan Harmoko Sidabutar. Dia juga berhasil
keluar dari sungai berkat bantuan David.
“Ketika itu aku kurang tenaga, untunglah
David Bantu aku keluar,” katanya. Pria yang bekerja sebagai teknisi
listrik di FKIP Nommensen ini, mengalami patah tulang di tangan kirinya
serta luka di bagian dahi.
“Kau Cari Aku Untuk Pamitan Selamanya”
Sebelum dijemput maut,
Jumaidah Safitri (16) korban Bus Koperasi Diori BB 7663 EA, sempat
berpamitan kepada orangtua dan sahabatnya. Ditemui METRO di rumah duka
di Jalan Kiai I, Kecamatan Siantar Barat yang telah dipenuhi warga dan
siswa SMA 4, orangtua korban Arman Lubis kepada METRO mengatakan,
sebelum berangkat, putrinya sempat berpamitan. Namun ada yang berbeda
pamit putrinya kali ini.
”Biasanya dia berpamitan hanya melalui
SMS (pesan singkat) atau telepon. Tapi kali ini, dia menjumpai saya. Dia
cium tangan saya dan mengucapkan kata-kata pamit dengan lembut,” ujar
ayah Jumaidah dengan nada lemas.
Arman juga mengaku mengetahui putrinya
sudah tidak benyawa lagi, setelah mencari tahu sendiri ke kamar jenazah
RS Djasamen Saragih yang sudah dipenuhi warga dan keluarga korban
lainnya.
”Kutanya sama kakaknya, tapi kakaknya bilang dia (korban) selamat dari musibah itu.
”Kutanya sama kakaknya, tapi kakaknya bilang dia (korban) selamat dari musibah itu.
Karena penasaran, kulihat ke rumah sakit
langsung. Di depan pintu ruag IGD terlihat sepi. Tapi setelah kulihat ke
kamar mayat, sudah ramai orang. Aku langsung terobos masuk ke adalam
ruangan. Kulihat, ternyata anakku salah satu dari mayat-mayat yang ada
di sana,” ujarnya.
Terpisah, sahabat korban Dinayu Maghfira
(16), kepada METRO mengatakan, sebelum berangkat untuk mengikuti latihan
paskibra di Balai Diklat, korban yang dikenal ceria sempat berpamitan
dengan mengirim pesan singkat.
”Aku pergi ya Din, I Love You,” ujar
Dinayu membaca pesan singkat yang dikirim korban. Karena korban juga
dikenal jahil dan suka bercanda, Dinayu membalasnya dengan kata-kata
yang terkesan tidak mau tahu. ”Karena dia suka jahil sama teman, aku
bilang silahakan pergi dengan senang hati. Dan itu memang ciri kas kami
jika ada teman yang iseng dan bercanda Bang,” ujarnya sembari mengusap
air mata yang membasahi pipinya.
Ternyata, di balik beberapa pesan singkat
yang dikirim korban sebelum berangkat, ada satu pesan yang disampaikan
untuk teman-temannya melalui Dinayu. ”Jangan rindukan aku ya teman. Tapi
jika rindu kalian tidak terbendung lagi, datang sesekali ke rumah
permanenku,” ujarnya membaca pesan yang diterima tertanggal 28 Februari
atau sehari sebelum musibah itu.
Aisa Arfani, teman satu sekolah yang juga
sahabat sekaligus orang yang sering dijahili korban mengatakan,
beberapa hari terakhir sebelum musibah itu, korban memang terlihat lain
dari yang biasanya. Selain terlihat pendiam, korban juga ramah dan
sering melemparkan senyum manisnya ke teman-teman bahkan orang yang
belum dikenalnya.
”Ternyata sifatnya yang berbeda selama
ini merupakan bentuk pamitan buat kami, kususnya aku. Aku rindu
kejahilannya Bang. tidak ada teman yang seceria dia. Sekolah kami sangat
kehilangan sosok teman seperti dia,” ujar Aisa Arfani yang sejak
pertama datang terlihat menangis di pelukan teman-temannya.
Sekitar pukul 13.00 WIB, jenazah Jumaidah
dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Bali, setelah
sebelumnya disalatkan di Masjid Da’wa Jalan Kiai.
Sungai Itu Bernama Aek Napogos
Lokasi terjadinya
kecelakaan maut di Nagori Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan, Kamis
(28/2) kemarin, merupakan areal Balai Diklat Latihan Kehutanan
Kementerian RI. Daerah itu tidak untuk umum. Lokasi jatuhnya bus yang
menewaskan anggota paskibra itu dinamai Sungai Aek Napogos.
Salah seorang warga mengatakan, banyak
warga dari segala penjuru datang ke sungai itu untuk memancing. Air Aek
Apogos itu mengalir sampai ke Kasindir, Tiga Dolok Kecamatan Dolok
Panribuan.
Pantauan METRO di lokasi saat bus
dievakuasi dari dalam jurang, tampak puluhan personel Polres Simalungun
dan warga di lokasi itu. Bus berhasil dievakuasi dari jurang, sekitar
pukul 15.00 WIB dan selanjutnya dibawa dengan dua mobil derek.
Kondisi bus tampak ringsek, roda belakang
dan depan lepas, bodi ringsek. Tampak beberapa bagian bodi bus
disatukan dengan paku-paku yang sekilas tampak berbahaya. Sementara roda
belakang sudah tampak gundul, bahkan benang ban tampak sudah tidak ada.
Selain itu, kondisi jembatan juga sangat
memprihatinkan dan tak layak dilalui. Tiang jembatan hanya terbuat dari
kayu. Semen pada lantai jembatan juga tampak sudah bolong-bolong.
Bus Tak Layak Pakai
Bus Koperasi Diori BB
7663 EA yang membawa rombongan anggota paskibra Kota Siantar, dinilai
tidak layak pakai. Informasi yang dihimpun METRO, bus yang ditumpangi
beberapa senior paskibra dan anggota paskibra yang berangkat dari
Lapangan Haji Adam Malik Siantar menuju lokasi perkemahan Balai Diklat
Kehutanan, Kecamatan Dolog Panribuan, itu memang sudah tampak tidak
beres.
Di sepanjang perjalanan menuju lokasi
perkemahan, tampak supir bus Tellen Simangunsong kesulitan ketika hendak
mengoper porseneling. Hal tersebut kerap terjadi sepanjang perjalanan
menuju perkemahan.
Hal tersebut sangat dirasakan oleh senior
paskibra yakni Davidson Tampubolon (31), PNS warga Perumahan Meranti
Udang. Davidson mengatakan, mulai dari Lapangan Haji Adam Malik sebelum
terjadinya kecelakaan, dia duduk bersebelahan dengan supir. Awalnya dia
tidak merasa curiga ketika supir kesulitan mengoper perseneling.
Tetapi ketika hal tersebut sering terjadi
di perjalanan, dia mulai merasa ada yang aneh dengan kondisi mesin bus
itu. “ Kalau mau mengoper gigi (perseneling) selalu saja menyetuh paha
saya dan tampak kalau hendak mengoper, raut wajah supir kesulitan,”
jelasnya Davidson.
Hal tersebut juga dirasakan Harmoko
Saragih(22), warga Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Siantar Timur dan
Andreas(23), warga Jalan Melanthon Siregar, Kelurahan Kebun Sayur,
Kecamatan Siantar Selatan yang juga satu bus dengan David.
Dugaan sementara terjadinya kecelakaan
karena perseneling bus tidak berfungsi dengan baik dan kondisi aspal
yang licin. Sementara, Harmoko Saragih menambahkan, keberangkatan
anggota paskibra se-Siantar memang sudah menjadi kegiatan tahunan.
Bahkan, dalam kegiatan tersebut sudah dijadwalkan sedemikian rupa, mulai
dari acara perlombaan hingga kepulangan anggota paskibraka.
“Tetapi ketika kecelakaan terjadi, hancur
semua yang sudah direncanakan,” kata Harmoko. Amatan METRO, ketiga
senior paskibra yang selamat dari kecelakaan tersebut, masih menjalani
perawatan intensif di RS Vita Insani. Ketiganya dirawat dalam satu
ruangan. Sementara, anggota paskibra yang lainnya masih dalam perawatan
di rumah sakit yang sama.
Garam Tanda Perpisahan
SIMALUNGUN –
Jenazah Okfri Martina Simalango (15), warga Dusun Lumban Gorak, Nagori
Marihat Raja, Kecamatan Dolok Panribuan salah satu korban bus maut,
dikebumikan kemarin. Okfri Martina yang masih duduk di
kelas satu SMA Negeri 1 Siantar ini, dikenal rajin, dan aktif dalam
kegiatan organisasi baik di sekolah maupun di gereja.
Dalam menjalani organisasi, dia tidak ada
mendapat dukungan penuh dari orangtuanya. Karena orangtuanya
beranggapan bahwa organisasi tersebut akan mengganggu konsentrasinya
belajar.
Seminggu lalu, Okfri bersama teman-temannya baru pulang melayat.
Seminggu lalu, Okfri bersama teman-temannya baru pulang melayat.
Dari sana mereka semua langsung menuju ke
gereja dan sikapnya jadi pendiam. Sebelum berangkat kemah, dia permisi
dengan teman satu kosnya. Saat permisi, teman satu kosnya tidak
memberikan izin, tetapi dia mengabaikan hal itu.
Setelah permisi dari temannya, dia
kemudian permisi dengan kedua orangtuanya untuk mengikuti kemah yang
pertama kali diikutinya. Tetapi kedua orangtuanya tidak memberikan izin,
dia pun mengabaikan larangan orangtuanya.
Ditemui METRO, ayah korban Simalango (52)
mengatakan, mereka sudah melarang putrinya mengikuti kegiatan tersebut.
Tetapi dia selalu membantah apa yang dikatakan orang tuanya. “Begitu
kami larang, wajahnya sudah murung dan hanya diam saja,” katanya.
Selama mengikuti organisasi di sekolah,
itulah kali pertamanya dia ikut perkemahan dari sekolah. Dia
menambahkan, kegiatan yang berlangsung di BLK sudah mengganggu kegiatan
belajar. “Sejak awal mengikuti organisasi, kami dua (bersama istri)
sudah tidak setuju,” katanya.
Amatan METRO, di rumah duka perkumpulan
Naposo Bulung HKBP menyampaikan kata-kata penghibur kepada keluarga dan
mengucapkan selamat jalan kepada korban. Seluruh teman-temannya
menggenggam garam dan kemudian ditaburkan di peti peristirahatannya.
Garam tersebut sebagai tanda
perpisahannya dengan temannya, supaya tidak datang ke dalam mimpi
temannya. Sekira pukul 17.00 WIB jasad Okfri disemayamkan di samping
rumahnya. Suara tangis semakin terdengar keras saat penutupan peti
jenazah. Keluarga korban sangat terpukul akan kepergian anaknya yang
paling besar itu.
Ucapan Duka dari Facebookers
Sementara itu, beberapa
alumni dari SMA Negeri 1 Siantar Jalan Parsoburan, turut prihatin dan
berduka cita atas musibah yang menimpa adik-adik kelas mereka. Melalui
jejaring sosial Facebook khususnya grup Alumni SMA Negeri 1
Pematangsiantar, banyak pesan ucapan duka cita yang disampaikan.
Seperti yang disampaikan salah seorang
alumni SMA Negeri 1 Ruhut Hombink menuliskan pesan ‘Keluarga besar
alumni Smunsa turut berduka cita atas musibah yang menimpa adik kami,
semoga keluarga diberikan ketabahan. Semangat terus dan tetap eksis
selalu Paskibras Smunsa’.
Sementara itu Jules Rimet Panjaitan
menuliskan pesan ‘Turut berdukacita yang sedalam-dalamnya buat keluarga
yang menjadi korban dalam kecelakaan bus yang terjadi kemarin. Ada suatu
pandangan dan sekaligus pertanyaan saya dlm melihat peristiwa ini,
pertama saya adalah mantan anggota organisasi PKS.
Saya menyadari ada kegunaan suatu
organisasi karena dapat memberikan suatu wawasan dalam bersikap dan
berpandangan lebih luas. Kedua, organisasi dapat menjadi wadah dalam
mengepresiasikan keahliahan seseorang, sehingga menjadi suatu celah
dalam meningkatkan prestasi dan mengharumkan nama sekolah.
Namun apakah orangtua/keluarga dapat
menerima begitu saja bila harus kehilangan anaknya untuk selamanya hanya
karena si anak mengikuti suatu organisasi? Pada siapa mereka akan
mengadukan masalah ini? Siapa yang bertanggung jawab, kepala sekolah,
pembina organisasi atau organisasi tersebut?
Apa kekuatan hukum organisasi sekolah
tersebut dalam perekrutan anggota, sehingga mempunyai status hukum yang
diakui bila suatu kejadian terjadi? Haruskah atau baik kah jika
organisai sekolah dihapuskan saja?
Polemik antara orangtua murid,
sekolah/guru, organisasi sekolah (induk organisasinya) dalam menghadapi
peristiwa ini dan mencegah peristiwa yang lain terjadi kemudian hari?.
Kadisdik: Ini Murni Kecelakaan
Kecelakaan maut
bus rombongan anggota paskibra Kota Siantar, dinilai sebagai kecelakaan
murni. Kelanjutan kecelakaan yang menewaskan enam siswa di Siantar ini
akan diserahkan kepada pihak sekolah.
Demikian disampaikan Kepala Dinas
Pendidikan (Kadisdik) Siantar Setia Siagian, Jumat (1/3). “Yang kita
lihat, ini adalah murni kecelakaan yang menimpa para siswa. Kita dari
Pemko Siantar khususnya Disdik turut berduka atas kejadian ini,”
katanya.
Dia menerangkan, kejadian ini memberikan
duka mendalam bagi semua. Sementara itu Pemko Siantar melalui Disdik
telah melayat ke rumah siswa yang menjadi korban dalam tragedi ini.
“Kita sudah melayat dan memberikan sedikit kata penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kegiatan Paskibra yang diikuti para siswa
ini sudah terprogram. Memang mereka yang berkeinginan dan masuk menjadi
anggota paskibra, sering mengikuti kegiatan ataupun program yang sudah
dicanangkan,” terangnya.
Setia Siagian menambahkan, untuk
kelanjutannya, Disdik telah menyerahkan ke masing-masing sekolah
khususnya kepala sekolah. Nantinya, kepala sekolah yang akan menindak
lanjuti apa yang akan dilakukan.
“Kelanjutan segala urusan, sudah kita
serahkan kepada masing-masing sekolah. Biarlah pihak sekolah yang
mencari solusi ataupun membahas bersama keluarga yang ditinggalkan,”
paparnya.
Kata Kadisdik, pihaknya telah menyampaikan pesan yang menguatkan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kesedihan itu memang tidak bisa
dibatasi, namun pihak Pemko Siantar berharap agar keluarga yang
ditinggalkan tetap sabar. “Sebab, anak-anak itu sudah tenang dan bahagia
di sana,” katanya. (Copas: MSC)
0 Comments