Oleh: Kurpan Sinaga
"Pencuri Kerbau" Kata Kunci Kebencian Masyarakat yang Menimpa Kapolsek
Dalam rasa duka pd korban pak Kapolsek Dolok Pardamean Kab. Simalungun, mari kita sekilas melihat bg mana itu terjadi. Intinya bg mana massa itu bisa bergerak spontan dan bertindak sadis. Tindakan sadis hanya dilakukan olh org yg memendam kebencian, kegeraman!
Pengalaman saya waktu sering demo dulu, hrs diperhatikan psikologi massa, isu apa yg diangkat untuk menggerakkan massa. Diusahakan kalimat pendek yg mengajuk emosi massa supaya ikut dan bertindak.
Di Jkt, akibat seringnya msy kehilangan sepeda motor, maka pencuri motor sangat dibenci. Msy geram kalau ada pencuri spd motor. Di prapatan Cililitan Jak Tim kira-kita 7 th lalu, pencuri motor terhambat lampu merah. Yg mengejar langsung teriak "maling motor...maling motor...ini dia..". Pencurinya mencoba lari meninggalkan motor, tapi apa daya, massa diseberang spontan menangkap. Dihajar, diseret dan dibakar jadi arang. Satu lagi yg dibenci org di Jkt adalah pencopet. Kalau ada teriakan "cope...t" pasti massa langsung bergerak bertindak tanpa ampun.
Kebetulan pencurian kerbau di Simalungun khususnya Dolok Pardamean sdh berpuluh tahun menjadi perhatian sy. Di mailing list Barsim (Barita Simalungun) sy kira ada beberapa kali sy singgung dlm berargumen diskusi. Sebelum pemilu lalu sy coba menghitung, setidaknya ada 70 kerbau yg hilang dlm satu thn itu, hanya di Dolok Pardamean. Anehnya satu pun msy tdk ada melapor ke polisi. Mereka apatis sekali pd polisi. Jwbannya "utk apa, dari mana uang kesitu". Sy bilang gak usah pake uang, tapi hrs dilapor, setidaknya sekedar dicatat, tapi tdk ada yg mau. Biasanya mereka mencari sendiri dgn caranya sendiri. Konon pernah terjadi kejar-kejaran, tapi akhirnya lolos karena pencurinya meletuskan tembakan.
Tentu sdh ribuanlah kerbau yg hilang di Simalungun tapi belum pernah ada yg kita dengar pencurinya berhasil ditangkap aparat. Inilah kebencian yg terpendam itu. Kebencian atas pencurian kerbau ini sangat kuat karena isunya hidup hari demi hari. Dikampung kami sekarang yg pelihara kerbau pd umumnya ditinggal di ladabng tapi tempatnya pindah-pindah. Supaya tdk diketahui pencuri. Bahkan pernah ada org yg saat tidurpun tali kerbaunya diikatkan dikakinya. Tidurpun tdk bisa tenang lagi di alam merdeka ini. Msy demikian resahnya pd pencurian kerbau. Keresahan ini terkumulasi di benak msy berpuluh tahun. Alamat keresahan dan kekecewaan itu tidak lain kepada aparat keamanan, polisi! Soal pencurian kerbau polisi/ negara tidak ada di Dolok Pardamean.
Dan kata "pencuri kerbau" lah yg menjadi kata kunci yg digunakan olh istri tukang togel itu menggerakkan msy setempat. Kalimat itu muncul dari benaknya, suara bawah sadarnya. Sesuatu kekecewaan masyarakat yang sudah tertanam di benak masyarakat menyeluruh maka orang sekitar yang mendengar terajuk emosinya. Kata ini spontan menggerakkan massa dan bertindak tak terkendali penuh kebencian.
Efektifnya isu "pencuri kerbau" ini dapat kita amati dari kronologi peristiwa. Info yg sy dapat dgn cerita per telepon dari sana. Setelah polisi menangkap tukang rekap togel, istrinya berteriak "pencuri kerbau.." Maka spontan msy sekitar datang. Melihat situasi itu polisi melepas tangkapannya lalu pulang. Setelah pulang, massa ini mengontak msy desa yg mau dilewati (Merek Raja Huta). Mereka menyebut "ada pencuri kerbau mau lewat". Msy desa Merek Raja Huta itupun langsung bertindak memalang jalan dg kereta kerbau. Sang polisi terhambat. Sang polisi menjelaskan bhw mereka polisi. Msy tdk mau tahu, justru makin banyak berkerumun.
Melihat situasi ini anggota mingingatkan atasannya (Kapolsek) supaya menghindar saja. Sang Kapolsek tdk mau dgn pertimbangan mobil masih terhalang. Ia mencoba menenangkan massa. Nyatanya kebencian massa mengeruyak dan mulai memukul. Satu memukul yang lainnya juga ikut. Mereka demikian bebasnya melampiaskan kebenciannya. Entah mengapa sang Kapolsek tdk membela diri. Satu tembakanpun tdk diletuskan. Semestinya begitu massa mendekat sdh bisa tembakan peringatan ke atas. Mulai memukul, sdh bisa menembak, mulai dari kaki sampai pd bagian yg mematikan. Kan semestinya membela diri. Tiadanya peringatan dari polisi ini kita sesali karena menjadi kondusif bagi msy utk terbawa arus kebencian. Anarkis massa tdk tercegah. Akhirnya msy yg gak tahu apa-apa itupun terbawa emosi ikut-ikutan bertindak atas sesuatu yg tdk diketahuinya, utk sesuatu yg menghasilkan penjara puluhan thn baginya. Dari satu kampung kecil puluhan org tiba-tiba masuk penjara sekaligus. Polisi korban, msy pun korban. Inilah potret kita saat ini.
Utk tdk terulang, msy supaya lebih tenang dan rasional. Polisi sudah saatnya mengevaluasi diri. Tinjau ulang kealpaannya selama ini ditengah msy. Sadarlah akan kealpaannya yg telah terbukti bisa menghilangkan rasional msy, dan korbannya adalah polisi.
Bagi yg merasa bertanggungjwb utk kebaikan msy...bernegara... Inilah tugas itu!
Salam,
Kurpan Sinaga
(Kampung halaman: tetangga desa dgn TKP).
"Pencuri Kerbau" Kata Kunci Kebencian Masyarakat yang Menimpa Kapolsek
Dalam rasa duka pd korban pak Kapolsek Dolok Pardamean Kab. Simalungun, mari kita sekilas melihat bg mana itu terjadi. Intinya bg mana massa itu bisa bergerak spontan dan bertindak sadis. Tindakan sadis hanya dilakukan olh org yg memendam kebencian, kegeraman!
Pengalaman saya waktu sering demo dulu, hrs diperhatikan psikologi massa, isu apa yg diangkat untuk menggerakkan massa. Diusahakan kalimat pendek yg mengajuk emosi massa supaya ikut dan bertindak.
Di Jkt, akibat seringnya msy kehilangan sepeda motor, maka pencuri motor sangat dibenci. Msy geram kalau ada pencuri spd motor. Di prapatan Cililitan Jak Tim kira-kita 7 th lalu, pencuri motor terhambat lampu merah. Yg mengejar langsung teriak "maling motor...maling motor...ini dia..". Pencurinya mencoba lari meninggalkan motor, tapi apa daya, massa diseberang spontan menangkap. Dihajar, diseret dan dibakar jadi arang. Satu lagi yg dibenci org di Jkt adalah pencopet. Kalau ada teriakan "cope...t" pasti massa langsung bergerak bertindak tanpa ampun.
Kebetulan pencurian kerbau di Simalungun khususnya Dolok Pardamean sdh berpuluh tahun menjadi perhatian sy. Di mailing list Barsim (Barita Simalungun) sy kira ada beberapa kali sy singgung dlm berargumen diskusi. Sebelum pemilu lalu sy coba menghitung, setidaknya ada 70 kerbau yg hilang dlm satu thn itu, hanya di Dolok Pardamean. Anehnya satu pun msy tdk ada melapor ke polisi. Mereka apatis sekali pd polisi. Jwbannya "utk apa, dari mana uang kesitu". Sy bilang gak usah pake uang, tapi hrs dilapor, setidaknya sekedar dicatat, tapi tdk ada yg mau. Biasanya mereka mencari sendiri dgn caranya sendiri. Konon pernah terjadi kejar-kejaran, tapi akhirnya lolos karena pencurinya meletuskan tembakan.
Tentu sdh ribuanlah kerbau yg hilang di Simalungun tapi belum pernah ada yg kita dengar pencurinya berhasil ditangkap aparat. Inilah kebencian yg terpendam itu. Kebencian atas pencurian kerbau ini sangat kuat karena isunya hidup hari demi hari. Dikampung kami sekarang yg pelihara kerbau pd umumnya ditinggal di ladabng tapi tempatnya pindah-pindah. Supaya tdk diketahui pencuri. Bahkan pernah ada org yg saat tidurpun tali kerbaunya diikatkan dikakinya. Tidurpun tdk bisa tenang lagi di alam merdeka ini. Msy demikian resahnya pd pencurian kerbau. Keresahan ini terkumulasi di benak msy berpuluh tahun. Alamat keresahan dan kekecewaan itu tidak lain kepada aparat keamanan, polisi! Soal pencurian kerbau polisi/ negara tidak ada di Dolok Pardamean.
Dan kata "pencuri kerbau" lah yg menjadi kata kunci yg digunakan olh istri tukang togel itu menggerakkan msy setempat. Kalimat itu muncul dari benaknya, suara bawah sadarnya. Sesuatu kekecewaan masyarakat yang sudah tertanam di benak masyarakat menyeluruh maka orang sekitar yang mendengar terajuk emosinya. Kata ini spontan menggerakkan massa dan bertindak tak terkendali penuh kebencian.
Efektifnya isu "pencuri kerbau" ini dapat kita amati dari kronologi peristiwa. Info yg sy dapat dgn cerita per telepon dari sana. Setelah polisi menangkap tukang rekap togel, istrinya berteriak "pencuri kerbau.." Maka spontan msy sekitar datang. Melihat situasi itu polisi melepas tangkapannya lalu pulang. Setelah pulang, massa ini mengontak msy desa yg mau dilewati (Merek Raja Huta). Mereka menyebut "ada pencuri kerbau mau lewat". Msy desa Merek Raja Huta itupun langsung bertindak memalang jalan dg kereta kerbau. Sang polisi terhambat. Sang polisi menjelaskan bhw mereka polisi. Msy tdk mau tahu, justru makin banyak berkerumun.
Melihat situasi ini anggota mingingatkan atasannya (Kapolsek) supaya menghindar saja. Sang Kapolsek tdk mau dgn pertimbangan mobil masih terhalang. Ia mencoba menenangkan massa. Nyatanya kebencian massa mengeruyak dan mulai memukul. Satu memukul yang lainnya juga ikut. Mereka demikian bebasnya melampiaskan kebenciannya. Entah mengapa sang Kapolsek tdk membela diri. Satu tembakanpun tdk diletuskan. Semestinya begitu massa mendekat sdh bisa tembakan peringatan ke atas. Mulai memukul, sdh bisa menembak, mulai dari kaki sampai pd bagian yg mematikan. Kan semestinya membela diri. Tiadanya peringatan dari polisi ini kita sesali karena menjadi kondusif bagi msy utk terbawa arus kebencian. Anarkis massa tdk tercegah. Akhirnya msy yg gak tahu apa-apa itupun terbawa emosi ikut-ikutan bertindak atas sesuatu yg tdk diketahuinya, utk sesuatu yg menghasilkan penjara puluhan thn baginya. Dari satu kampung kecil puluhan org tiba-tiba masuk penjara sekaligus. Polisi korban, msy pun korban. Inilah potret kita saat ini.
Utk tdk terulang, msy supaya lebih tenang dan rasional. Polisi sudah saatnya mengevaluasi diri. Tinjau ulang kealpaannya selama ini ditengah msy. Sadarlah akan kealpaannya yg telah terbukti bisa menghilangkan rasional msy, dan korbannya adalah polisi.
Bagi yg merasa bertanggungjwb utk kebaikan msy...bernegara... Inilah tugas itu!
Salam,
Kurpan Sinaga
(Kampung halaman: tetangga desa dgn TKP).
0 Comments