Publik ini bukan semata-mata publik ningrat. Publik ini termasuk publik zaman revsos hingga publik zaman sekarang.
Jarang yang melihat bahwa revsos adalah bagian dari rangkaian kejadian nasional yang melebar ke daerah, termasuk Simalungun.
Untuk menjelaskan secara rinci kejadian di sekitar revsos, diperlukan keterangan dari berbagai pihak walau itu berdasarkan versinya sendiri, tetapi sebaiknya versinya itu tulus dan jujur.
Namun apa yang terjadi? Tidak satupun tokoh penting yang menuliskannya secara jernih kejadian seputar revsos Simalungun.
Di antara mereka yang layak bercerita ini, tetapi tidak melakukannya, termasuk para petinggi, pejabat yang pernah menjadi penguasa Simalungun dan nasional ketika mereka masih hidup. Hampir semuanya orang-orang yang penting dan pernah menjabat ini tidak menunaikan tugasnya untuk menuliskan secara jernih persistiwa seputar revsos. Ironisnya, mereka kini telah almarhum. Hampir semuanya sudah almarhum.
Contoh, ada peristiwa perampokan saat revsos yang dilakukan oleh orang yang kemudian menjadi terkenal hingga senasional, tetapi yang kena getahnya adalah Saragih Ras. Seolah-olah Saragih Ras-lah perampok solo.
Benar, Saragih Ras figur "menakutkan", figur pemberani. Bahkan figurnya angker.
"Saya juga bukan hendak membela bapak saya, tetapi saya hanya ingin revsos itu diurai, detil, holistik, dan dari berbagai sudut pandang," kata Iluh Saragih.
"Saa tidak mau atau tidak bertutur untuk membersihkan nama bapak saya, tetapi jujurlah bicara, tuluslah, berceritalah gerangan siapa saja secara obyektif dan tanpa emosional seputar revsos."
"Saya siap memberi wawancara, agar engkau mendapat cerita dari saya. Namun cerita dari saya pasti sepotong-sepotong. Lengkapilah itu dari sumber-sumber lain juga."
"Jika saya hendak kau potret dan kau pajang di bukumu, potretlah saya. Bila perlu saya teken keterangan saya ini sebelum jadi buku, saya pasti teken. Saya tidak emosional, saya siap saja membantumu, mendukung melakukan penulisan buku ini. Tapi tuliskan secara holistik."
Sejauh ini, saya menyimpan sebuah kekecewaan. Orang-orang yang terlibat revsos dan seharusnya layak berbicara karena merupakan saksi sekaligus pelaku di lapangan dan seharusnya tahu cerita revsos, malah diam.
Hal yang lebih pahit lagi, ada kesan saya, bahwa nara sumber yang layak bercerita atau layak memberi counter, sama sekali tidak terjadi.
Bukan hanya itu, saya sendiri pun yang belum lahir saat revsos itu, telah dihindari. Bahkan itu dilakukan oleh putra seorang yang seperjuangan dengan bapak saya. Aku bahkan pernah dipandang sebelah mata.
Silahkanlah nikmati semua fasilitas di zaman modern ini yang kalian dapatkan dan saya terima diri saya sebagai pribadi yang luntang-lantung dan dari yang pernah dapat proyek-poyek kecil-kecilan, menjadi dihindari.
Namun kujalani semua proses kehidupan ini dengan bahagia adanya. Saya menikmati perjalanan hidup saya dan menerima saja apa adanya kenyataan hidup yang saya terima.
Hanya satu yang kuinginkan, marilah kita jujur, dan jika bisa marilah kita hidup harmonis. Marilah kita menghindari bahasa-bahasa emosional. Namun marilah kita juga bicara jujur dan apa adanya tentang revsos.
Mana mungkin hanya bapak saya pelaku revsos dengan mengorbarkan sekian orang. Berbicaralah juga mereka yang ikut beraksi di lapangan.
BERSAMBUNG...(Simon Saragih)
0 Comments