KM. Natsir Armaya Siregar Pengamat Dunia Pendidikan Kota Pematangsiantar. Foto SyamP |
Oknum Guru "Aniaya" Siswa Kelas VI SD
BERITASIMALUNGUN.COM, Siantar-Naas dirasakan Jogi Nainggolan siswa kelas VI SD Negeri 125538 Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan. Secara berturut turut selama 3 hari disiksa bahkan dipaksa mengakui akan pencurian meteran konsumen PDAM. Parahnya korban penganiayaan mendapat pukulan bertubi tubi dibagian tangan, kaki, paha dan kepala.
Dengan melihat sikap anaknya yang mengurung diri bahkan merasa sakit
luka memar akibat hantaman AM oknum guru agama Kosti Napitupulu (54)
orang tua korban menghampiri sekolah tetapi bukan penyelesaian yang
didapat tetapi Kepala Sekolah malah seraya menutup nutupi dan tidak
mengakui adanya kekerasan yang dilakukan bawahanya janggalnya lagi
Kepsek yang terlihat sangat arogan mengeluarkan argumen bahwa Jogi
melakukan pencurian dan luka memar yang ditubuh jogi akibat siswa
tersebut jatuh kedalam parit
Tidak merasa puas akan pertanggung jawaban yang disampaikan Kepsek,
Kosti selaku ibu kandung Jogi langsung membawa persoalan ini ke jalur
hukum, Kamis (7/8) pukul 11.05Wib mengadukan perbuatan penganiayaan
tersebut ke Mapolres Siantar
Jogi yang didampingi ibu kandungnya saat dijumpai di ruangan tunggu SPKT
Mapolres Siantar Jalan Sudirman menjelaskan kejadian penganiayaan
bermula selas (5/8) lalu "AM" memanggil kedepan ruang kelas dan langsung
dicocor pertanyaan dan seraya dipaksa mengakui akan hilangnya meteran
air, karena tidak mengakui pencurian yang memang tidak dilakukanya
alhasil Jogi langsung mendapat tamparan, pukulan, rambutnya dijambak
bahkan kepalanya dibenturkan ke dinding ruang kelas
Hilangnya meteran air yang mengakibatkan Jogi mendapatkan perbuatan
kasar dan pemukulan dari ahli pendidik tersebut menjadi potret buruknya
mutu dan kwalitas dunia pendidikan di kota Siantar, paling mengherankan
"AM" melakukan pemaksaan pengakuan dan pemukulan selama 3 hari berturut
turut
"Saya dipanggil kedepan kelas, disitu saya ditanya terus terusan apa
saya yang mencuri meteran, selama libur sekolah kan banyak warga yang
main voli di pekarangan dan mana tau saya siapa yang mencuri" jelas Jogi
Kosti Napitupulu ibu korban ditempat yang sama menjelaskan sangat
menyayangkan perbuatan Kepala sekolah dan guru agama tersebut,
kehadirannya di Mapolres Siantar karena perbuatan kekerasan yang di
alami anak kandungnya takut akan terulang kembali dan tidak adanya usaha
penyelesaian secara kekeluargaan dari Kepala Sekolah
AKP. Nuriaman Rangkuti selaku Kasubbag Humas Polres Siantar dikonfirmasi
tim diruang kerjanya (7/8) membenarkan adanya pengaduan yang dilakukan
Kosti Napitupulu selaku orang tua kandung Jogi Nainggolan " Tadi sudah
dilaporkan dan kasusnya masih ditangani" jelasnya
Seorang Pengawas Sekolah yang tidak bersedia namanya dipublikasikan
dijumpai dikantin Dinas Pendidikan, Jumat (8/8) pukul 12.30Wib
menyayangkan perbuatan Sang Guru Agama tersebut begitu juga dengan
Kepsek yang tidak mampu melakukan pendekatan kepada siswa tetapi yang
sangat disesalkan kinerja Pengawas Sekolah yang merupakan Pengawas
Managerial yang seharusnya berperan aktif dalam persoalan disekolah,
mencuatnya permasalahan ini sampai keranah hukum kuat diduga Pengawas
sekolahnya tidak pernah audiens maupun kontrol langsung ke sekolah yang
diawasinya
"Pengawas sekolah yang merupakan manegerial yang juga disebut pengawas
binaan, harusnya melakukan musyawarah sebagai penengah akan permasalahan
dalam hal ini pengawas managerial tidak aktif untuk melakukan sidak
maupun terjun ke sekolah sekolah yang di binannya" jelasnya
"Kepala sekolah juga seharusnya memiliki SDM yang mampu membina dan
melakukan pendekatan kepada orang tua siswa serta melakukan kontrol
penuh kepada semua tenaga pengajar disekolah yang di pimpin, masa ada
persoalan penganiayaan kepsek malah buang badan" sesalnya
KM. Natsir Armaya Siregar selaku Pemerhati Pendidikan Kota
Pematangsiantar melalui hubungan telepon selular, Jumat (8/8) pukul
14.10Wib menyayangkan perbuatan guru yang melakukan penganiayaan kepada
siswa yang dimana sekalipun melakukan kesalahan harusnya diberikan
pembinaan serta pengarahan akan tidakan kenakalan anak didik
Kepala sekolah sudah dinilai gagal dalam pengawasan serta tidak mampu
membingbing para tenaga pengajar yang merupakan bawahnya, seharusnya
dalam hal ini kepala sekolah bijak melakukan pendekatan kepada siswa
guna mendapat keterangan apa memang benar hilangnya meteran air PDAM
dicuri oleh salah seorang siswa
"Perbuatan guru yang melakukan penganiayaan tersebut kalau memang benar
melakukan kekerasan seharusnya diberikan Surat Peringatan (SP) guna
mencegah perbuatan semakin menjadi jadi, apalagi oknum guru tersebut
mengajarkan bidang study Agama harusnya melakukan pendekatan secara
keagaamaan entah memberikan peringatan maupun nasehat melalui ayat ayat
kitab suci sesuai dengan agama yang dianut" jelasnya
"Dilain sisi kepala sekolah SD tersebut sudah sangat gagal melakukan
penyelesaian secara kekeluargaan karena jabatan yang disandangnya
sebagai pengontrol segala jenis kegiatan disekolah tidak mampu
menyelesaikan permasalahan dengan musyawarah malah seraya melakukan
pembiaran ataupun menutup nutupi kejadian tersebut kepada orang tua ya
sudah pantas di peringati" tambahnya
"Perbuatan yang sangat tidak terpuji dan kurangnya kontrol dari Kepala
sekolah, harusnya Kepsek sesering mungkin melakukan musyawarah atau
rapat rapat guna memberikan wawasan luas serta pedoman tenaga didik
dalam menghadapi kenakalan anak" kesalnya
"Kalau memang hal ini benar terjadi, apa sudah benar siswa melakukan
pencurian atau ada saksi "AM" selaku guru Agama memergoki jogi mencuri ?
Kalu pra duga guru tersebut yang tidak benar sampai menghasilkan
tindakan kekerasan pada siswa bisa dijerat Undang Undang perlindungan
anak" ujarnya
"Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar berhak memberikan peringatan
kepada guru-guru yang melakukan kekerasan pada kegiatan belajar mengajar
apabila tidak di indahkan Dinas berhak melakukan pengawasan secara
berkala kepada oknum guru supaya mempertimbangkan proses naik jabatan
seperti diberikan skors demikian juga kepada Kepala Sekolah yang tidak
bisa melakukan kontrol penuh akan sekolah yang dibinanya sebaiknya
dicopot dalam waktu cepat supaya tidak ada terulang lagi kekerasan yang
dirasakan anak didik sehingga bisa menimbulkan trauma tersendiri yang
berakibat mentalnya jatuh sehingga takut untuk memijakkan kakinya
kesekolah" tambahnya. (SyamP)
0 Comments