IST.FB |
BERITASIMALUNGUN.COM-Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, jarum di seberang lautan kelihatan. Sebuah pepatah yang sangat populer di negeri kita. Kalau saya tangkap maknanya rata-rata manusia lebih suka melihat
kesalahan orang lain, dan kurang mau melihat atau refleksi kesalahannya
sendiri.
Rata-rata manusia cenderung lebih membanggakan
prestasinya, kebaikannya, kehebatannya, walau tidak ada apa-apanya
dibanding orang lain.
Sebaliknya, rata-rata kita cenderung kurang menghargai prestasi, pemikiran orang lain. Kadang kita tidak sadar bahwa "Di atas langit, masih ada langit", kita selalu merasa lebih benar, lebih baik dari yang lain.
Kurang mengenal diri sendiri, dan kurang mengenal orang lain, Ibarat "Katak dalam Tempurung" kata orang-orang tua dulu.
Rata-rata, kita memiliki sifat "jelek", seperti pepatah di atas. "Gajah
di pelupuk mata tidak kelihatan, jarum di seberang lautan kelihatan".
Ada yang sangat parah, ada yang parah, sedikit parah, dan yang jelas tidak ada yang benar-benar luput dengan sempurna.
Bahkan ada yang sangat parah: kalau tidak menceritakan kesalahan atau
kekurangan orang lain, badannya sakit!. Berbagai faktor bisa
mempengaruhinya.
Dengan kerendahan hati, saya mengakui dan mungkin Anda juga, tidak ada yang luput dari cara berfikir seperti itu.
Tidak banyak orang yang mampu berfikir objektif menilai seseorang atau menilai dirinya sendiri. Tentu ada manusia yang berfikir tidak separah: Gajah di Pelupuk Mata tidak kelihatan!.
Mereka mampu mensinergikan kemampuannya dengan kemampuan orang lain,
sehingga bersama-sama melakukan sesuatu untuk kemajuan bersama.
Suara mereka, tindakan mereka, pemaknaan mereka atas sebuah peristiwa
menginspirasi dan menggerakkan orang lain berbuat sesuatu ke arah yang
lebih baik bagi semua. Bukan hanya bagi diri sendiri, keluarganya, atau
kelompoknya saja.
Tetapi jumlahnya hanya sedikit! Sekali lagi, hanya sedikit!
Mereka yang mampu melakukannya adalah para pemimpin yang menginspirasi.
Mereka mampu mengakui kesalahan, belajar dari kesalahan, mengampuni
kesalahan orang lain, melakukan sesuatu di luar cara-cara yang biasa,
melakukan inovasi, selalu berusaha menemukan cara yang lebih baik, untuk
mencapai tujuan bersama yang lebih baik!.
Mereka mampu
menggerakkan orang sehati sepikir menuju tujuan yang lebih baik, seperti
harapan surat Paulus ke Filipi: "karena itu sempurnakanlah sukacitaku
dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa,
satu tujuan".
"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian,
dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh
kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus
telah mengampuni kamu (Efesus 4:31-32)
Mari belajar menuju cara berfikir baru, keluar dari Gajah di Pelupuk Mata, Jarum di Seberang Lautan.
Kita memerlukan jam terbang dan pembinaan diri yang terus menerus. Satu hal yang perlu diingat: Jangan pernah merasa lulus!. Revolusi Mental! Medan, Adven Pertama, 1 Desember 2015. (St Jannerson Girsang)
0 Comments