TEMAN ARA |
BERITASIMALUNGUN.COM-TERUSLAH bergerak tanpa pamrih karena
kita lahir dari rakyat akar rumput yang ingin menatap masa depan Sumut
pulih kembali. Dan itu sudah kita mulai dari pengorbanan-pengorbanan
kecil dan sederhana, yang lahir dari hati, bergerak tulus dan bersih
tanpa campur tangan dari elit partai politik manapun.
RUNTUHNYA
moralitas dan integritas pejabat daerah dan wakil rakyat Sumut yang
tersangkut kasus-kasus korupsi mantan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho,
adalah akar masalah terbesar yang
terjadi di Sumut selama ini. Tentu ini sebuah kesalahpahaman besar,
dimana wakil rakyat dan pejabat daerah mengabdi bukan untuk rakyat
tetapi sebaliknya mengambil keuntungan pribadi dan kelompok dengan
mengatasnamakan kepentingan rakyat.
ITULAH sebabnya mengapa kemudian Relawan TemanARA harus lebih berani
mendorong Bung ARA untuk kembali bangkit memperjuangkan kepentingan
rakyat di Sumatera Utara, adalah karena perbaikan-perbaikan
kesejahteraan dan pembangunan perekonomian Sumut agar bisa segera pulih
kembali, dan rakyat Sumut yang lebih dulu akan menikmati.
AYOOO... Relawan TemanARA. Teruslah bergerak mengusung pemimpin yang
bersih, jujur dan mumpuni seperti Bung Ara untuk masa depan Sumut yang
lebih baik lagi. Bung ARA, Sumatera Utara Memanggilmu! ((Sumber: FB Teman Ara)
JAKARTA-Dikalangan para netizen nama Maruarar
Sirait atau yang lebih akrab disapa Ara, semakin populer. Pasalnya, Ara
ini digadang-gadang sebagai sosok yang patut menjadi Gubernur di
Sumatera Utara. Berikut ini sejumlah komentar dari komunitas Masyarakat
Dukung Maruarar Gubernur Sumatera Utara (Maduma Gubsu) Periode
2017-2023.
"Sebenarnya nama Ara jadi Gubsu itu tidak ujuk-ujuk muncul begitu saja.
Sebelumnya kami membuat grup independen dan membuat polling nama-nama
yang layak menjadi pemimpin Sumut untuk menjawab banyak persoalan dan
tantangannya disana. Dari lima puluh nama yang kami polling itu, di
antaranya Plt. Gubernur Sumut Tengku Ery Nuradi, Gus Irawan Pasaribu,
Efendi Simbolon dan sejumlah nama lainnya. Nama Ara ada pada peringkat
teratas dengan selisih suara yang cukup jauh dari sederetan nama
lainnya," kata Ketua Bidang Informasi Teknologi Komunitas Maduma Gubsu,
Superior Kristianto Hutasoit saat dihubungi redaksi, Jakarta belum lama ini.
Superior mengisahkan awal terbentuknya Komunitas Maduma Gubsu di dunia
maya ternyata membuahkan hasil positif bagi banyak kalangan masyarakat
di Sumut dari berbagai elemen, suku, agama dan ras.
Menurut Superior, umumnya responden beralasan memilih Ara untuk maju
memimpin di Sumut adalah karena sosoknya yang tegas, muda, punya rekam
jejak yang bagus selama menjadi anggota DPR RI, dan mampu menjawab
persoalan utama di Sumut seperti korupsi, bobroknya birokrasi,
infrastruktur yang tidak memadai, sengketa lahan, lingkungan hidup dan
lainnya.
"Kedekatan Ara dengan Presiden Jokowi menjadi nilai tambah untuk
membangun Sumut lebih baik lagi. Respoden umumnya tahu bahwa Gubernur
itu perpanjangan tangan Presiden untuk membangun daerah. Ara punya itu,
komunikasi yang baik antara Ara dengan Presiden dan DPR RI sebagai
Gubernur akan cepat mengatasi persoalan Sumut," ujarnya.
Muda, Cerdas, dan Tegas
Sementara itu, Mahendra Sembiring pegiat Pro Demokrasi Sumut asal kota
Medan berpendapat, antusiasme kebanyakan orang yang menghendaki Maruarar
menjadi Gubernur Sumut akan membuka mata bagi banyak orang yang selama
ini berpendapat buruk terhadap Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI
Perjuangan Megawati Soekarno Putri, akibat dari batalnya Maruarar masuk
di Kabinet Kerja Presiden Jokowi.
"Seperti yang kita ketahui banyak berita terutama di media sosial dari
pendapat pengamat politik, batalnya bung Ara jadi menteri
mengkambinghitamkan ini itu, dan bisa saja itu datangnya dari
orang-orang yang pura-pura jadi pendukung PDIP dan Jokowi yang ambisius
hingga upaya menjilat pun dilakukan dan memecah hubungan baik antara Ibu
Mega, Jokowi dan Maruarar Sirait. Tapi sekarang kita tahu, Tuhan itu
adil dan rencana Tuhan itu indah pada waktunya sekali pun ini keinginan
rakyat bukan hanya di Sumut tapi luar daerah juga berpendapat begitu dan
belum tentu bung Ara mau jadi Gubsu," kata Mahendra.
Lagi pula, kata Mahendra, kedudukan seorang Gubernur sebenarnya lebih
hebat dari seorang Menteri. Sebab, Mahendra beralasan, seorang Gubernur
itu langsung bersentuhan dengan rakyat dengan luas wilayah yang
dikuasainya dan menanggungjawabi uang negara lebih besar daripada
seorang menteri.
"Dengan sosok muda, cerdas dan tegasnya, inilah saatnya Maruarar
membuktikan kapasitasnya, integritasnya seperti harapan banyak orang
bahwa Ara itu hebat, tapi bukan hanya Ara, PDIP jugalah, kan selama ini
gagal terus itu PDI Perjuangan. Lagi pula, Sumut itu kampung halaman
Ara, dia itu kan kelahiran Medan, dan Sumut itu katanya basis partai
moncong putih, nyatanya kalah terus, saatnya PDIP kasih yang benar-benar
diinginkan rakyat," desak Mahendra yang sebenarnya mengagumi PDIP yang
selama ini menurutnya berhasil menelurkan banyak calon-calon pemimpin
muda yang bagus namun kurang diberi kesempatan.
"Entahlah, kenapa PDIP bisa begitu. Nanti mana sebenarnya yang
diinginkan rakyat, lain pulak yang dikasihnya. Ngga tahu, apa itu hanya
di Sumut, dua kali gagal, selalu dimenit-menit akhir baru tahu awak
siapa calon yang diusung PDIP dan ternyata mengecewakan," kritiknya
dengan wajah penuh keheranan.
Belum Layak
Berbeda halnya dengan Palti Simanjuntak mengatakan bahwa sosok Maruarar Sirait belum layak menjadi Gubernur di Sumatera Utara.
"Okelah rakyat Sumut banyak yang minta dia jadi gubernur di sini dan dia
itu kelahiran kota Medan, tapi Ara itu kan tidak besar di Sumut dan
belum pernah terdengar berkegiatan di Sumut, berbuatlah dulu untuk
Sumut," kata Palti.
Lebih lanjut, dia mengatakan Ara sebagai Anggota DPR RI itu mencalonkan
dari daerah pemilihan Jawa Barat, berbeda halnya dengan Ruhut Sitompul
yang jelas-jelas dari Sumut.
Menurut dia, Ruhut juga sosok orang yang bersih dari korupsi, berani
ambil resiko, vokal dan intinya tahu Sumut juga berani pasang badan
untuk Presiden Jokowi.
"Nah, kalo Maruarar persoalan apa yang mau diceritakannya tentang
Sumut?" kata Palti, yang selama ini aktik berkegiatan politik di
Sumatera Utara. (Sumber: HarianDeteksi.com)
Mengapa Maruarar?Kenapa bukan yang lain?Why?, Why?
1. Pilkada Gubernur Sumut memang akan dilangsungkan pada tahun 2017, namun diharapkan peran serta masyarakat diharapkan lebih aktif untuk menentukan siapa calon pemimpinnya.
2. Sumatera Utara (Sumut) yang selama ini ternyata termasuk daerah
terkorup di Indonesia, ini dibuktikan dari banyaknya para kepala daerah
yang masuk bui (penjara), akibat kasus korupsi, mulai bupati/walikota
hingga Gubernur.
3. Untuk itu dibutuhkan sosok yang memiliki
Integritas, kuat, berani, Cerdas, tegas dan cekatan serta bersih yang
diakui kredibilitas dan kapabilitasnya untuk memimpin Sumatera Utara.
4. Mendapat sosok yang dimaksud pada poin 3, tentu tidak cukup hanya
modal yg disebutkan. Kenyataan kekuatan dan hasrat politik mampu
membutakan/menggalkan/menghambat kebutuhan pemimpin yang seharusnya
untuk Sumatera Utara, seperti politik uang, politik transaksional.
Hingga Masyarakat Sumut harus berani menentukan siapa calon pemimpinnya
mulai dari sekarang.
5. Sumatera Utara yang penduduknya
heterogen sehingga menjadi barometer Indonesia dalam hal Toleransi Suku,
Agama dan Ras membutuhkan sosok yang Nasionalis namun memahami kondisi
dan kearifan lokal budaya Sumut.
6. Sumatera Utara dengan Kota
Medan sebagai pusat Ibukotanya terdiri dari 33 Kab/Kota yang didukung
kekayaan alam, pusat pariwisata yg mampu menarik perhatian dunia seperti
Danau Toba sebagai salah satu danau air tawar terbesar dunia dan
lainnya membutuhkan perhatian serius. Sumut yg juga termasuk sebagai
dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) yg dekat dengan Malaysia dan Singapura
hingga sumut menjadi pusat segar pengembangan bisnis bagi para
Investor. Keadaan Sumut yg cukup aman terkenal akan toleransinya juga
mendorong para Investor ingin berinvestasi di Sumut. Namun jika tidak
didukung oleh kepemimpinan yg bersih dan berani, korupsi terutama
dibirokasi seperti yg selama ini dipertontonkan di Sumut akan
menghalangi semua itu. Para mafia yg bekerjasama dengan aparat
pemerintah masih menjadi tradisi transaksional yg akut di sumut, hingga
sosok berani dan tegas sangat dibutuhkan di Sumut.
7. Kebutuhan
akan sosok Maruarar Sirait yang masih muda namun tindak tanduknya sudah
diketahui secara Nasional, diyakini memiliki jaringan yg dibutuhkan
Sumatera Utara sebagai salah satu daerah terbesar di Indonesia dengan
Kota Medan sebagai Ibukotanya merupakan kota terbesar ke-3 di Indonesia.
8. Memimpin Sumut tentulah memiliki kerumitan tersendiri dibandingkan
daerah lainnya di Indonesia, bahkan Ibukota Indonesia sekalipun. Sumut
yg terdiri dari 33 Kab/Kota, dengan karakteristik penduduk yg terkenal
keras dan kritis membutuhkan sosok pemimpin yg mampu bertahan, serta
berani. dgn kondisi rumit dan merubah paradigma lama Sumut bukan lagi
"Semua Urusan Mesti Uang Tunai" atau sarang Koruptor yg dijadikan lahan
basah baik oleh aparat pemerintah maupun penegak hukum yg berafiliasi
dengan pemerintah pusat dan penegak hukum di tataran yg lebih tinggi.
Keadaan itu membuat Sumut bisa menjadi lebih spesial dari daerah
lainnya.
Sammas
Sitorus adalah Ketua Persatuan Masyarakat Adat Lumban Sitorus
(Permades) yang berjuang gigih untuk mempertahankan tanah ulayat
masyarakat adat di Desa Lumban Sitorus, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten
Toba Samosir.
Tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, tetapi pada Selasa, 14 Juli 2015 lalu, secara tiba-tiba Sammas Sitorus ditangkap paksa oleh sejumlah oknum Polres Toba Samosir, pukul 17.30 WIB. Dia diseret dari sepeda motornya tanpa ada satu pun dari pihak polisi itu, menunjukkan surat penangkapan dirinya. Namun, belakangan baru diketahui bahwa penangkapan itu adalah buntut aduan dari pihak Humas PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Kemudian ia dijerat dengan tuduhan penganiayaan melanggar pasal 351 KUHP sebagaimana yang dituduhkan humas tersebut kepada pihak Polres setempat. Padahal, dia mengakui sama sekali tidak ada pernah melakukan penganiayaan kepada humas perusahaan tersebut.
Sampai saat ini, Sammas Sitorus masih mendekam di balik jeruji besi tanpa mendapatkan kejelasan hukum dan pembelaan hak sedikit pun kepada dirinya.
Penegak hukum maupun pejabat tinggi di negeri ini, sepertinya sudah tidak lagi menghiraukan nasib Sammas Sitorus. Hanya beberapa aktivis dan sebahagian masyarakat kecil saja yang masih tetap setia bersama-sama untuk melanjutkan perjuangan Sammas Sitorus ini.
Para Sahabat,
Jangan kita berpangku tangan mengetahui situasi memilukan seperti ini. Ayooo... teruskan perjuangan mengembalikan tanah hak ulayat masyarakat adat di Desa Lumban Sitorus, Parmaksian, Toba Samosir.
#Selamatkan_Sammas_Sitorus
#RelawanTanpaPamrih
Tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, tetapi pada Selasa, 14 Juli 2015 lalu, secara tiba-tiba Sammas Sitorus ditangkap paksa oleh sejumlah oknum Polres Toba Samosir, pukul 17.30 WIB. Dia diseret dari sepeda motornya tanpa ada satu pun dari pihak polisi itu, menunjukkan surat penangkapan dirinya. Namun, belakangan baru diketahui bahwa penangkapan itu adalah buntut aduan dari pihak Humas PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Kemudian ia dijerat dengan tuduhan penganiayaan melanggar pasal 351 KUHP sebagaimana yang dituduhkan humas tersebut kepada pihak Polres setempat. Padahal, dia mengakui sama sekali tidak ada pernah melakukan penganiayaan kepada humas perusahaan tersebut.
Sampai saat ini, Sammas Sitorus masih mendekam di balik jeruji besi tanpa mendapatkan kejelasan hukum dan pembelaan hak sedikit pun kepada dirinya.
Penegak hukum maupun pejabat tinggi di negeri ini, sepertinya sudah tidak lagi menghiraukan nasib Sammas Sitorus. Hanya beberapa aktivis dan sebahagian masyarakat kecil saja yang masih tetap setia bersama-sama untuk melanjutkan perjuangan Sammas Sitorus ini.
Para Sahabat,
Jangan kita berpangku tangan mengetahui situasi memilukan seperti ini. Ayooo... teruskan perjuangan mengembalikan tanah hak ulayat masyarakat adat di Desa Lumban Sitorus, Parmaksian, Toba Samosir.
#Selamatkan_Sammas_Sitorus
#RelawanTanpaPamrih
0 Comments