Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Jelang Pilkada Gubsu, Sosialisasi Para Relawan TemanARA Mulai Gencar

TEMAN ARA

BERITASIMALUNGUN.COM-TERUSLAH bergerak tanpa pamrih karena kita lahir dari rakyat akar rumput yang ingin menatap masa depan Sumut pulih kembali. Dan itu sudah kita mulai dari pengorbanan-pengorbanan kecil dan sederhana, yang lahir dari hati, bergerak tulus dan bersih tanpa campur tangan dari elit partai politik manapun.

RUNTUHNYA moralitas dan integritas pejabat daerah dan wakil rakyat Sumut yang tersangkut kasus-kasus korupsi mantan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho, adalah akar masalah terbesar yang terjadi di Sumut selama ini. Tentu ini sebuah kesalahpahaman besar, dimana wakil rakyat dan pejabat daerah mengabdi bukan untuk rakyat tetapi sebaliknya mengambil keuntungan pribadi dan kelompok dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat.

ITULAH sebabnya mengapa kemudian Relawan TemanARA harus lebih berani mendorong Bung ARA untuk kembali bangkit memperjuangkan kepentingan rakyat di Sumatera Utara, adalah karena perbaikan-perbaikan kesejahteraan dan pembangunan perekonomian Sumut agar bisa segera pulih kembali, dan rakyat Sumut yang lebih dulu akan menikmati.

AYOOO... Relawan TemanARA. Teruslah bergerak mengusung pemimpin yang bersih, jujur dan mumpuni seperti Bung Ara untuk masa depan Sumut yang lebih baik lagi. Bung ARA, Sumatera Utara Memanggilmu! ((Sumber: FB Teman Ara)


JAKARTA-Dikalangan para netizen nama Maruarar Sirait atau yang lebih akrab disapa Ara, semakin populer. Pasalnya, Ara ini digadang-gadang sebagai sosok yang patut menjadi Gubernur di Sumatera Utara. Berikut ini sejumlah komentar dari komunitas Masyarakat Dukung Maruarar Gubernur Sumatera Utara (Maduma Gubsu) Periode 2017-2023.

"Sebenarnya nama Ara jadi Gubsu itu tidak ujuk-ujuk muncul begitu saja. Sebelumnya kami membuat grup independen dan membuat polling nama-nama yang layak menjadi pemimpin Sumut untuk menjawab banyak persoalan dan tantangannya disana. Dari lima puluh nama yang kami polling itu, di antaranya Plt. Gubernur Sumut Tengku Ery Nuradi, Gus Irawan Pasaribu, Efendi Simbolon dan sejumlah nama lainnya. Nama Ara ada pada peringkat teratas dengan selisih suara yang cukup jauh dari sederetan nama lainnya," kata Ketua Bidang Informasi Teknologi Komunitas Maduma Gubsu, Superior Kristianto Hutasoit saat dihubungi redaksi, Jakarta belum lama ini. 

Superior mengisahkan awal terbentuknya Komunitas Maduma Gubsu di dunia maya ternyata membuahkan hasil positif bagi banyak kalangan masyarakat di Sumut dari berbagai elemen, suku, agama dan ras.

Menurut Superior, umumnya responden beralasan memilih Ara untuk maju memimpin di Sumut adalah karena sosoknya yang tegas, muda, punya rekam jejak yang bagus selama menjadi anggota DPR RI, dan mampu menjawab persoalan utama di Sumut seperti korupsi, bobroknya birokrasi, infrastruktur yang tidak memadai, sengketa lahan, lingkungan hidup dan lainnya. 

"Kedekatan Ara dengan Presiden Jokowi menjadi nilai tambah untuk membangun Sumut lebih baik lagi. Respoden umumnya tahu bahwa Gubernur itu perpanjangan tangan Presiden untuk membangun daerah. Ara punya itu, komunikasi yang baik antara Ara dengan Presiden dan DPR RI sebagai Gubernur akan cepat mengatasi persoalan Sumut," ujarnya.

Muda, Cerdas, dan Tegas

Sementara itu, Mahendra Sembiring pegiat Pro Demokrasi Sumut asal kota Medan berpendapat, antusiasme kebanyakan orang yang menghendaki Maruarar menjadi Gubernur Sumut akan membuka mata bagi banyak orang yang selama ini berpendapat buruk terhadap Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri, akibat dari batalnya Maruarar masuk di Kabinet Kerja Presiden Jokowi.

"Seperti yang kita ketahui banyak berita terutama di media sosial dari pendapat pengamat politik, batalnya bung Ara jadi menteri mengkambinghitamkan ini itu, dan bisa saja itu datangnya dari orang-orang yang pura-pura jadi pendukung PDIP dan Jokowi yang ambisius hingga upaya menjilat pun dilakukan dan memecah hubungan baik antara Ibu Mega, Jokowi dan Maruarar Sirait. Tapi sekarang kita tahu, Tuhan itu adil dan rencana Tuhan itu indah pada waktunya sekali pun ini keinginan rakyat bukan hanya di Sumut tapi luar daerah juga berpendapat begitu dan belum tentu bung Ara mau jadi Gubsu," kata Mahendra.

Lagi pula, kata Mahendra, kedudukan seorang Gubernur sebenarnya lebih hebat dari seorang Menteri. Sebab, Mahendra beralasan, seorang Gubernur itu langsung bersentuhan dengan rakyat dengan luas wilayah yang dikuasainya dan menanggungjawabi uang negara lebih besar daripada seorang menteri.

"Dengan sosok muda, cerdas dan tegasnya, inilah saatnya Maruarar membuktikan kapasitasnya, integritasnya seperti harapan banyak orang bahwa Ara itu hebat, tapi bukan hanya Ara, PDIP jugalah, kan selama ini gagal terus itu PDI Perjuangan. Lagi pula, Sumut itu kampung halaman Ara, dia itu kan kelahiran Medan, dan Sumut itu katanya basis partai moncong putih, nyatanya kalah terus, saatnya PDIP kasih yang benar-benar diinginkan rakyat," desak Mahendra yang sebenarnya mengagumi PDIP yang selama ini menurutnya berhasil menelurkan banyak calon-calon pemimpin muda yang bagus namun kurang diberi kesempatan.

"Entahlah, kenapa PDIP bisa begitu. Nanti mana sebenarnya yang diinginkan rakyat, lain pulak yang dikasihnya. Ngga tahu, apa itu hanya di Sumut, dua kali gagal, selalu dimenit-menit akhir baru tahu awak siapa calon yang diusung PDIP dan ternyata mengecewakan," kritiknya dengan wajah penuh keheranan.

Belum Layak

Berbeda halnya dengan Palti Simanjuntak mengatakan bahwa sosok Maruarar Sirait belum layak menjadi Gubernur di Sumatera Utara.

"Okelah rakyat Sumut banyak yang minta dia jadi gubernur di sini dan dia itu kelahiran kota Medan, tapi Ara itu kan tidak besar di Sumut dan belum pernah terdengar berkegiatan di Sumut, berbuatlah dulu untuk Sumut," kata Palti. 

Lebih lanjut, dia mengatakan Ara sebagai Anggota DPR RI itu mencalonkan dari daerah pemilihan Jawa Barat, berbeda halnya dengan Ruhut Sitompul yang jelas-jelas dari Sumut. 

Menurut dia, Ruhut juga sosok orang yang bersih dari korupsi, berani ambil resiko, vokal dan intinya tahu Sumut juga berani pasang badan untuk Presiden Jokowi. 


"Nah, kalo Maruarar persoalan apa yang mau diceritakannya tentang Sumut?" kata Palti, yang selama ini aktik berkegiatan politik di Sumatera Utara. (Sumber: HarianDeteksi.com)





Mengapa Maruarar?Kenapa bukan yang lain?Why?, Why?

1. Pilkada Gubernur Sumut memang akan dilangsungkan pada tahun 2017, namun diharapkan peran serta masyarakat diharapkan lebih aktif untuk menentukan siapa calon pemimpinnya.

2. Sumatera Utara (Sumut) yang selama ini ternyata termasuk daerah terkorup di Indonesia, ini dibuktikan dari banyaknya para kepala daerah yang masuk bui (penjara), akibat kasus korupsi, mulai bupati/walikota hingga Gubernur.

3. Untuk itu dibutuhkan sosok yang memiliki Integritas, kuat, berani, Cerdas, tegas dan cekatan serta bersih yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya untuk memimpin Sumatera Utara.

4. Mendapat sosok yang dimaksud pada poin 3, tentu tidak cukup hanya modal yg disebutkan. Kenyataan kekuatan dan hasrat politik mampu membutakan/menggalkan/menghambat kebutuhan pemimpin yang seharusnya untuk Sumatera Utara, seperti politik uang, politik transaksional. Hingga Masyarakat Sumut harus berani menentukan siapa calon pemimpinnya mulai dari sekarang.

5. Sumatera Utara yang penduduknya heterogen sehingga menjadi barometer Indonesia dalam hal Toleransi Suku, Agama dan Ras membutuhkan sosok yang Nasionalis namun memahami kondisi dan kearifan lokal budaya Sumut.

6. Sumatera Utara dengan Kota Medan sebagai pusat Ibukotanya terdiri dari 33 Kab/Kota yang didukung kekayaan alam, pusat pariwisata yg mampu menarik perhatian dunia seperti Danau Toba sebagai salah satu danau air tawar terbesar dunia dan lainnya membutuhkan perhatian serius. Sumut yg juga termasuk sebagai dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) yg dekat dengan Malaysia dan Singapura hingga sumut menjadi pusat segar pengembangan bisnis bagi para Investor. Keadaan Sumut yg cukup aman terkenal akan toleransinya juga mendorong para Investor ingin berinvestasi di Sumut. Namun jika tidak didukung oleh kepemimpinan yg bersih dan berani, korupsi terutama dibirokasi seperti yg selama ini dipertontonkan di Sumut akan menghalangi semua itu. Para mafia yg bekerjasama dengan aparat pemerintah masih menjadi tradisi transaksional yg akut di sumut, hingga sosok berani dan tegas sangat dibutuhkan di Sumut.

7. Kebutuhan akan sosok Maruarar Sirait yang masih muda namun tindak tanduknya sudah diketahui secara Nasional, diyakini memiliki jaringan yg dibutuhkan Sumatera Utara sebagai salah satu daerah terbesar di Indonesia dengan Kota Medan sebagai Ibukotanya merupakan kota terbesar ke-3 di Indonesia.

8. Memimpin Sumut tentulah memiliki kerumitan tersendiri dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, bahkan Ibukota Indonesia sekalipun. Sumut yg terdiri dari 33 Kab/Kota, dengan karakteristik penduduk yg terkenal keras dan kritis membutuhkan sosok pemimpin yg mampu bertahan, serta berani. dgn kondisi rumit dan merubah paradigma lama Sumut bukan lagi "Semua Urusan Mesti Uang Tunai" atau sarang Koruptor yg dijadikan lahan basah baik oleh aparat pemerintah maupun penegak hukum yg berafiliasi dengan pemerintah pusat dan penegak hukum di tataran yg lebih tinggi. Keadaan itu membuat Sumut bisa menjadi lebih spesial dari daerah lainnya.








Sammas Sitorus adalah Ketua Persatuan Masyarakat Adat Lumban Sitorus (Permades) yang berjuang gigih untuk mempertahankan tanah ulayat masyarakat adat di Desa Lumban Sitorus, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir.

Tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, tetapi pada Selasa, 14 Juli 2015 lalu, secara tiba-tiba Sammas Sitorus ditangkap paksa oleh sejumlah oknum Polres Toba Samosir, pukul 17.30 WIB. Dia diseret dari sepeda motornya tanpa ada satu pun dari pihak polisi itu, menunjukkan surat penangkapan dirinya. Namun, belakangan baru diketahui bahwa penangkapan itu adalah buntut aduan dari pihak Humas PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Kemudian ia dijerat dengan tuduhan penganiayaan melanggar pasal 351 KUHP sebagaimana yang dituduhkan humas tersebut kepada pihak Polres setempat. Padahal, dia mengakui sama sekali tidak ada pernah melakukan penganiayaan kepada humas perusahaan tersebut.

Sampai saat ini, Sammas Sitorus masih mendekam di balik jeruji besi tanpa mendapatkan kejelasan hukum dan pembelaan hak sedikit pun kepada dirinya.

Penegak hukum maupun pejabat tinggi di negeri ini, sepertinya sudah tidak lagi menghiraukan nasib Sammas Sitorus. Hanya beberapa aktivis dan sebahagian masyarakat kecil saja yang masih tetap setia bersama-sama untuk melanjutkan perjuangan Sammas Sitorus ini.

Para Sahabat,

Jangan kita berpangku tangan mengetahui situasi memilukan seperti ini. Ayooo... teruskan perjuangan mengembalikan tanah hak ulayat masyarakat adat di Desa Lumban Sitorus, Parmaksian, Toba Samosir.

#Selamatkan_Sammas_Sitorus
#RelawanTanpaPamrih

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments