Ester May Sabde Lubis dan kedua putranya.Foto St Jannerson Girsang |
BERITASIMALUNGUN.COM-Sungguh berat menjadi seorang janda pendeta dengan dua orang anak yang
masih kecil-kecil. Namun, keyakinan kehadiran Tuhan di tengah-tengah
keluarga akan meringankan beban yang serba kekurangan dan kesulitan.
Keyakinan itu terpancar di wajah Ester May Sabde Lubis
dan kedua putranya, sejak pagi hingga siang ini (Sabtu, 12/3/2016), dalam acara syukuran
memasuki rumahnya yang baru selesai direnovasi atas bantuan seorang
donatur.
Setelah ditinggal suaminya, Pdt Nardo Purba, mama Thora
memutuskan pindah ke Medan, membesarkan sendiri dua putra kesayangan
mereka yang masih kecil-kecil. dan tinggal di rumah tipe 21 di bilangan
Damar, di Perumnas Simalingkar.
Mereka mendaftar menjadi anggota Jemaat GKPS Simalingkar, tempat almarhum suaminya menjadi anggota pemuda di masa hidupnya.
Sebelum meninggal, sekitar enam tahun lalu, Pdt Nardo Purba suaminya
adalah pendeta GKPS Resort Tambun Raya. Dia meninggal dalam sebuah
kecelakaan sekembalinya dari pelayanan di daerah Dolok Panribuan,
Simalungun.
(Sedihnya, Pdt Nardo sempat mampir di gereja kami,
beberapa bulan sebelum peristiwa tragis itu. Semasa pemuda, dia melayani
di gereja kami. Seolah permisi kepada kami, bahwa pendeta ganteng,
simpatik dan berkulit putih itu akan meninggalkan kami untuk
selama-lamanya).
Berbekal pensiun suaminya yang jauh dari cukup
untuk membiayai kebutuhan mereka bertiga itu, Mama Thora demikian
panggilan sehari-harinya, tetap setia melaksanakan tugasnya sebagai
pelayan Tuhan. Sarjana teologia ini aktif di Seksi Sekolah Minggu GKPS
Simalingkar, sebagai syamas dan melayani di berbagai gereja.
Dia menjadi single parent!. Dalam usia yang masih relatif muda, dia memikirkan semuanya sendiri.
Semasa kami menjadi Pimpinan Majelis di GKPS Simalingkar, lebih dari
setahun lalu, suatu ketika rombongan pastoral berkunjung ke rumah itu.
Kedua anaknya sedang sakit, dia sendiri juga sakit. Cukup
memprihatinkan!
Mereka tinggal di rumah ukuran kecil itu, dan banyak atap yang bocor.
Memikirkan kesulitan seperti itu memang wajar saja kesehatannya
acapkali terganggu. Mungkin karena banyak berfikir, dia sempat sakit.
"Leher saya tegang, kadang lidah saya tidak leluasa bergerak," ujarnya
siang ini, di rumahnya yang baru saja selesai direnovasi.
"Sungguh, Tuhan bekerja lebih dari apa yang kita pikirkan dan impikan," katanya.
Desember 2015 yang lalu, tanpa diduganya seorang ibu menelepon dirinya
menawarkan bantuan apa yang dibutuhkannya. Dia sama sekali tidak
mengenal orang itu.
Dia sendiri sempat ragu dan takut. "Saya
takut karena banyaknya peristiwa-peristiwa penipuan sekarang ini,"
lanjutnya, saat dia diberi waktu mengisahkan pengalamannya siang ini di
rumahnya.
Ternyata di tengah banyaknya penipuan, ada saja
orang yang benar-benar baik dan tulus. "Saya sama sekali tidak mengenal
orang itu. Ternyata, orang yang bertelepon itu, benar-benar ingin
menolong" ujarnya.
Penelepon berjanji merenovasi rumahnya dan dimulai 19 Januari 2016 lalu.
Padahal, dalam keadaan yang serba terbatas itu, sebagai seorang
perempuan tentu untuk membetulkan atap rumahnya yang bocorpun dia tidak
mampu. Tau-tau ada orang yang dikirim Tuhan untuk tidak hanya
memperbaiki atap yang bocor, tetapi malah merenovasi total rumahnya.
Singkat cerita, rumahnya direnovasi dengan biaya puluhan juta rupiah.
"Semua mereka sediakan, mulai dari bahan, tukang dan kami disediakan
rumah kontrakan, selama pembangunan rumah itu,"kata Ma Thora.
Hari ini, Ma Thota bersama dua putranya Thora dan adiknya yang kini
duduk di Sekolah Dasar itu duduk berdampingan. Mereka akan menikmati
rumah baru. Wajah ketiganya terlihat cerah, penuh pengharapan dan suka
cita.
Setahun lalu, ketika rombongan pastoral GKPS berkunjung ke sana, rumah itu sangat sempit, dan bocor di berbagai tempat.
Hari ini suasananya berbeda. Rumah sudah selesai direnovasi. Lapang dan
bisa menampung puluhan kami yang datang. Wajah mengeluh, khawatir
karena sakit, hari ini begitu ceria.
Mereka mengundang kami
jemaat untuk turut bersyukur atas dimasukinya rumah yang baru direnovasi
itu. Sebuah kebaktian singkat digelar dipimpin Pdt Marsinari br
Damanik. Hula-hula Lubis, sanina Purba, warga GKPS, tetangga, turut
merasakannya.
Utusan donatur renovasi rumah itupun hadir dalam
syukuran itu. "Saya hanya perpanjangan tangan Tuhan. Semua yang ada
padaku adalah pemberian Tuhan, dan layak diberikan kepada orang yang
tidak mampu, dan sangat membutuhkan" ujar br Gultom yang mewakili
keluarga pemberi bantuan. Begitu mulianya hati orang ini!
Selamat
Ma Thora. Semoga berkat yang kita syukuri hari ini dapat meneguhkan
imanmu dalam melayani di gereja kita GKPS Simalingkar, demikian pula
mendukung pelayananmu di gereja-gereja lain.
"Bagi Dialah, yang
dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita"
(Efesus 3:20).
Selamat-selamat!. Tataplah ke depan dengan penuh
pengharapan. Semoga pengalaman ini memberi keyakinan dan kekuatanmu
bahwa Tuhan senantiasa menyertaimu menjalani hidup yang masih panjang
ke depan.
Sebuah puisi yang kukutip dari statusmu, dan mungkin juga merupakan tekadmu.
"Tak kusesalkan hidupku,
Betapa juga nasibku,
Sebab Engkau tetap dekat,
Tangan-Mu kupegang erat.
Tuhanlah yang membimbingku;
Tanganku di pegang teguh
Hatiku berserah penuh,
Tanganku di pegang teguh
Amin" . (St Jannerson Girsang)
0 Comments