BERITASIMALUNGUN.COM-Dari 28 Januari 1900, ketika didirikannya Federasi Sepak Bola Jerman
(DFB), hingga momen Piala Dunia pada 13 Juli 2014, tim nasional Jerman
sudah meraih empat gelar juara dunia dan tiga trofi juara Piala Eropa.
Untuk ukuran negara di UEFA, Jerman adalah penguasa Eropa. Memang,
jumlah gelar juara Piala Dunia sama dengan yang diraih Italia, tetapi
Negeri Piza itu baru sekali meraih gelar juara Piala Eropa.
Bicara Jerman, mental dan semangat bermain menjadi salah satu
acuannya. Tim yang dikenal dengan julukan Panzer ini tidak pernah
menyerah sedikit pun hingga wasit meniup peluit panjang. Tidak heran
dari tujuh trofi juara di turnamen mayor yang dimiliki, banyak gol di
pertandingan final tercipta saat memasuki menit-menit genting.
Dalam empat final Piala Dunia, gol penentu kemenangan Jerman tercipta
pada 10 menit terakhir pertandingan, baik pada babak pertama maupun
kedua. Final Piala Dunia 1954, Helum Rahn mencetak gol pada menit ke-84
untuk memastikan kemenangan 2-1 Jerman, yang kala itu masih memakai nama
Jerman Barat, atas Hungaria.
Kemudian pada final Piala Dunia 1974, Gerd Mueller mencetak gol
penentu pada menit ke-43 ke gawang Belanda. Sebelumnya pada menit kedua,
Belanda sudah unggul 1-0 dan disamakan Breitner menit ke-25.
Pada final di Stadion Olimpico Roma, 8 Juli 1990, Jerman Barat menang
1-0 atas Argentina. Gol tunggal dicetak Andreas Brehme pada menit
ke-85, sementara pada final Piala Dunia 2014, gol tunggal Jerman dicetak
Mario Goetze ke gawang Argentina pada perpanjangan waktu babak kedua,
tepatnya menit ke-113.
Sementara itu, pada tiga final Piala Eropa,
hanya final pada 1954 Jerman menang dalam situasi normal. Ketika itu,
kemenangan 3-0 atas Uni Soviet tercipta pada menit ke-27 dan 58 oleh
Gerd Mueller dan menit ke-52 oleh Herbert Wimmer.
Pada dua final Piala Eropa lainnya, momen kemenangan Jerman Jerman
Barat terbilang mendebarkan. Pada final Piala Eropa 1980 Jerman
mengalahkan Belgia 2-1. Unggul lebih dulu pada menit ke-10 melalui Horst
Hrubesch, Belgia menyamakan kedudukan dari titik putih pada menit
ke-75. Namun, Hrubesch kembali mencetak gol saat pertandingan babak
kedua menyisakan waktu dua menit.
Momen Jerman di final Piala Eropa 1996 menghadapi Republik Ceko juga
berakhir dramatis. Tertinggal lebih dulu sejak menit ke-59 dari eksekusi
penalti Patrick Berger, Jerman bangkit lewat dua gol Oliver Bierhoff.
Gol penentu kemenangan yang dicetak Bierhoff terjadi pada perpanjangan
waktu menit ke-95 dan menjadi golden goal dalam aturan sudden death.
Dengan fakta seperti itu, setiap tim yang menghadapi Jerman selalu
berhati-hati. Jerman adalah timnas yang lambat panas sehingga sering
ketinggalan lebih dulu sebelum bangkit mengejar dan memenangi
pertandingan. Semua lawan pun wajib menjaga konsentrasi penuh selama 90
menit untuk mengimbangi daya juang khas Tim Panser.
Di sisi lain, berdasarkan statistik yang ada, sejak pertama kali
bertanding di level internasional melawan Swiss, 5 April 1908, hingga
terbaru, 13 November 2015 melawan Prancis, Jerman sudah turun dalam 901
pertandingan. Hasilnya 530 kali menang, 176 seri, dan 195 kalah.
Untuk catatan mencetak gol, timnas Jerman sudah membukukan 2.009 dan
kebobolan 1.064 gol. Dari situ rata-rata mencetak gol adalah 2,22 per
pertandingan dan kebobolan 1,17 per pertandingan.
Bintang:
Thomas Muller
Harga 75 juta euro (Rp 1,2 triliun) di pasar transfer pemain dunia, berdasarkan Tranfermarkt,
sudah menunjukkan bagaimana kualitas Thomas Muller. Harganya memang
belum menyamai Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi, tetapi banderol
harga itu memperlihatkan betapa sulitnya menggaet bintang satu ini.
Muller adalah pemain serbisa di lini serang Bayern Munchen, sekaligus
timnas Jerman. Pemain yang memiliki kontrak bersama Bayern hingga 2021
itu, merupakan berlian dalam generasi emas timnas Jerman.
Diboyong Bayern Munchen atas saran pemandu bakat saat melihatnya di
TSV Pahl Jugend pada 2000, Muller berubah menjadi predator yang
menakutkan. Ketika diboyong Bayern, saat itu usia Muller masih 11 tahun.
Menjalani karier sejak kecil di tim muda Bayern, pemain kelahiran
Weilheim, 13 September 1989, itu mendapatkan promosi ke tim senior pada
2009. Adalah Louis van Gaal yang pada waktu itu memberinya surat promosi
ke tim senior. Sejak promosi ke tim senior, performa Muller langsung
memikat.
Panggilan ke timnas senior pun tidak butuh waktu lama. Pada 3 Maret
2010, pemain ini melakoni debut berkostum timnas senior. Hingga kini
Muller sudah mencetak 68 caps dengan koleksi 31 gol bersama Jerman.
Dari segi posisi bermain, Muller bisa menjalani peran sebagai penyerang sayap, second striker,
hingga striker murni. Tidak heran bila kemampuan itu membuat pelatih
timnas senior Jerman, lebih leluasa dalam meracik taktik dan strategi.
Terutama jika ingin menerapkan skema false nine atau striker palsu.
Pemain yang memiliki tinggi 186 cm ini sudah bergelimang prestasi. Di
level klub, Muller sudah meraih segala-galanya. Bersama Bayern Munchen,
ia sudah mengoleksi empat trofi juara Bundesliga, tiga trofi DFB Pokal
atau Piala Jerman, dua trofi Piala Super Jerman, satu Liga Champions,
satu Piala Super Eropa, dan satu Piala Dunia Klub.
Bahkan untuk prestasi di level timnas, Muller sudah mencapai
puncaknya, yaitu juara Piala Dunia 2014. Saat Jerman meraih gelar juara
dunia di Brasil itu, Muller menjadi salah satu elemen penting dalam tim
asuhan Joachim Low.
Meski begitu, ada satu trofi juara yang belum mampu diraih Muller,
yaitu Piala Eropa. Pencapaian terbaik Muller bersama timnas Jerman di
Piala Eropa hanya finis sebagai semifinalis 2012.
Itulah mengapa Piala Eropa 2016 Prancis,
menjadi kesempatan emas buat Muller meraih gelar juara. Apalagi skuat
Jerman sekarang ini tidak jauh berbeda dari generasi juara di Piala
Dunia 2014 Brasil.
Pelatih:
Joachim Low
Durasi 18 tahun bukan waktu yang singkat buat timnas sekelas Jerman
untuk mengalami paceklik gelar. Sejak terakhir kali meraih trofi juara
di turnamen mayor, yaitu Piala Eropa 1996,
Jerman baru kembali merengkuh titel juara pada Piala Dunia 2014.
Keberhasilan menyudahi hampa gelar itu dilakukan Joachim Low, pelatih
kelahiran Schonau, 3 Februari 1960.
Menggantikan Jurgen Klinsmann usai Piala Dunia 2006, Low berhasil
menyejajarkan dirinya dengan pelatih timnas Jerman yang mampu meraih
gelar juara Piala Dunia. Tiga pelatih Jerman sebelumnya yang sukses
mempersembahkan trofi juara Piala Dunia adalah Sepp Herberger (1954),
Helmut Schon (1974), dan Franz Beckenbauer (1990).
Total hingga saat ini Jerman sudah mengoleksi empat gelar juara Piala
Dunia. Selama hampir 10 tahun menangani Jerman, Joachim Low sudah
menjalani 127 pertandingan di berbagai ajang. Hasilnya adalah 85 kali
menang, 22 kali seri, dan 20 kali kalah. Produktivitas yang dicatat
adalah mencetak 310 gol dengan 124 kebobolan.
Sebelum menjadi pelatih Jerman, nama Low terdengar asing buat para
pecandu sepak bola dunia. Hal itu bisa dimaklumi karena sepanjang
kariernya, baik sebagai pemain maupun pelatih, Low tidak pernah berada
di klub tenar.
Sebagai pemain Low hanya menjadi pemain di Freiburg, VfB Stuttgart,
Karlsruher, hingga klub divisi bawah FC Schaffhausen, FC Winterthur, dan
FC Frauenfeld. Bermain sebagai gelandang serang, Low bahkan tidak
pernah mendapatkan panggilan timnas.
Ketika menjadi pelatih, Low juga hanya pernah menangani FC
Frauenfeld, VfB Stuttgart, Fenerbahce, Karlsruher, Adanaspor, Tirol
Innsbruck, hingga Austria Wien.
Tetapi, peruntungannya berubah saat diajak Klinsmann menjadi asisten
pelatih timnas pada 2004. Ketika DFB memutuskan berpisah dengan
Klinsmann, Low, yang dipandang tahu bagaimana mengelola skuat warisan
Klinsmann, dipilih untuk mengisi kursi pelatih kepala timnas Jerman.
Kini, di Piala Eropa 2016, Joachim Low berpeluang menyamai torehan
Helmut Schon, satu-satunya pelatih Jerman yang mampu mengawinkan gelar
juara Piala Eropa dengan Piala Dunia. Peluang Low terbilang besar karena
saat ini Jerman memiliki status juara dunia, plus masih berada di usia
puncak generasi emas pemain Jerman.
Legenda:
Franz Beckenbauer
Franz Beckenbauer adalah mantan pemain dan pelatih timnas Jerman.
Saat masih aktif bermain, dia memiliki julukan Der Kaiser alias Sang
Kaisar.
Julukan itu disematkan karena performanya yang elegan, mampu
mendominasi permainan, dan kepemimpinannya di lapangan yang penuh
kharisma. Ditambah lagi dengan posisinya sebagai libero atau sweeper
pada masanya, membuat Beckenbauer begitu disegani, baik kawan maupun
lawan.
Buat publik Jerman, "Sang Kaisar" adalah segala-galanya. Beckenbauer
mencatat caps timnas sebanyak 103 pertandingan dan tampil dalam tiga
edisi Piala Dunia. Dia merupakan salah satu dari dua orang yang mampu
meraih gelar juara Piala Dunia, baik sebagai pemain maupun pelatih. Satu
orang lainnya adalah Mario Zagallo.
Sebagai kapten timnas, Beckenbauer mengangkat trofi Piala Dunia 1974
dengan ban kapten melingkar di lengannya. Kemudian sebagai pelatih
timnas, ia mempersembahkan titel juara di ajang Piala Dunia 1990.
Beckenbauer juga orang pertama yang berhasil meraih trofi Piala Dunia dan Piala Eropa sebagai kapten. Tidak heran bila FIFA memasukkannya sebagai salah satu sosok dalam Tim Dunia Abad ke-20.
Saat ini Beckenbauer yang sudah berusia 70 tahun, masih menjadi figur
yang dihormati dalam persepakbolaan Jerman. Ia juga pernah menjadi
tokoh penting dalam terpilihnya Jerman sebagai tuan rumah Piala Dunia
2006. Dalam beberapa kali kesempatan, Beckenbauer sering jadi analis dan
komentator.
Sumber: Bola.com
0 Comments