Samosir dari Tugu Raja Manihuruk-Harapohan Samosir. |
BeritaSimalungun.com, Samosir-Samosir dapat didatangi dari Sumatera dengan dua cara. Pertama, lewat permukaan Danau Toba dari berbagai penjuru. Misalnya, dari Harangaol, Tiga Ras, Tongging, Tiga Raja, Ajibata, sampai Balige, Muara, Sitanggor, Sibandang, Bakara dan banyak lagi. Bisa juga lewat jalan raya, melalui Tele dan sampai ke Pangururan setelah melintasi jalan berliku dan berkelok-kelok.
Dengan kendaraan roda empat, bisa menempuh jalur Tiga Ras di Simalungun. Juga jalur Ajibata di Kabupaten Tobasa, serta lewat Muara di Kabupaten Tapanuli Utara. Kendaraan roda empat diangkut dengan ferry sekaligus penumpangnya. Perjalanan yang mengasyikkan, indah dan mempesona bahkan menakjubkan.
Tapi beberapa hari belakangan, jalur angkutan ferry yang bisa membawa kendaraan roda empat ke Samosir padatnya setengah hidup. Secara umum memang, jalur ferry lebih gampang ditempuh lewat Ajibata. Kalau lewat Tiga Ras, jalan raya yang menghubungkan Pematangsiantar - Tiga Ras sangat tidak elok. Sangat tidak nyaman melintasi permukaan jalan yang rusak. Sedang lewat Muara, terlalu jauh dari arah Medan.
Sampai tadi malam ketika saya pulang dari Samosir, arus kendaraan roda empat menuju dan dari Samosir padatnya luar biasa. Bahkan, sampai sekarang, kawan saya Effendy Bakara yang barusan saya telepon menjelaskan, arus kenadaraan roda empat yang menggunakan jasa ferry untuk menyeberang ke Samosir di Ajibata masih berjibun.
Saya dan Ito saya Dahlia Hutabarat, Sabtu lalu ke Samosir melalui jalur Ajibata - Tomok. Menjelang Tiga Raja di Simalungun, arus lalu lintas macet beberapa saat akibat onan yang sedang berlangsung. Tidak ada petugas yang mengatur lalu lintas. Hampir satu jam kami harus menanti dengan sabar hingga kendaraan kami bisa melintasi dari Tiga Raja. Sementara jalan masuk ke Ajibata harus melewati Tiga Raja saja.
Jelang sampai di Pelabuhan Ferry Ajibata, kendaraan roda empat sudah berjejer. Beratus-ratus bahkan barangkali beribu. Untung saja petugas ferry mengatur dan menata kendaraan yang berniat menyeberang ke Samosir dengan baik dan tertib. Yang penting memang semua pihak harus sabar dan tidak emosi. Semua diatur petugas ferry dengan baik. Resikonya memang, kita baru bisa menyeberang setelah sekian jam menunggu.
Waktu saya pulang ke Siantar kemarin, sekira pukul 18.00 WIB saya sudah sampai di Pelabuhan Ferry Tomok. Tapi, lagi-lagi harus antrian menunggu giliran diseberangkan ke Ajibata. Akhirnya, saya baru bisa diseberangkan pada pukul 22.00 WIB.
Begitu mendarat di Ajibata, kendaraan saya pacu kencang menuju rumah saya di Siantar. Sendiri dan sepi. Sebab Ito saya Dahlia Hutabarat - Boru ni Bapakku sipai ualu - masih tinggal di Samosir. Dia masih ingin memperpanjang masa liburannya disana bersama Boru ku Anesri Hutabarat, Boru ni Abanghu almarhum Jafar Hutabarat.
Secara umum saya menilai, petugas ferry sudah menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. Tak ada kongkalikong antara mereka dengan para pemilik kendaraan roda empat seperti yang terjadi di Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Misalnya, dengan menerima uang untuk mendahulukan penyeberangan orang-orang yang punya duit banyak. Selain baik dan benar, semua petugas ferry baik di Ajibata mau pun Tomok umumnya ramah dan memberi kesan yang menyenangkan.
Padatnya arus penyeberangan Ajibata - Tomok dan sebaliknya, sudah berlangsung sejak hampir sebulan lalu, kata seorang petugas ferry di Ajibata. Dan diperkirakan, masih akan berlangsung sampai sebulan ke depan. Ini berkaitan dengan liburan panjang Hari Raya dan Liburan Panjang Sekolah. Untuk itu, pihak ferry menyiapkan penyeberangan 24 jam nonstop.
“Jangan kuatir, kami akan melakukan penyeberangan selama masih ada kendaraan yang membutuhkan”, kata seorang petugas.
Bagi pengguna jasa ferry, tak perlu kuatir tidak bisa menyeberang ke Samosir dari Ajibata atau sebaliknya. Yang penting, siapkan mental untuk bersabar. Jangan malah grasa-grusu tak karu-karuan yang tak ada gunanya. Namanya berlibur, antara lain bertujuan untuk bersenang-senang. Kalau jadi menggurutu atau bersungut-sungut, tujuan liburan jadi tak tercapai.
Perlu diingat, siapkan penganan kecil paling remis untuk mengganjel lapar yang bisa saja menyerang menerjang. Juga tentunya, air mineral dengan persediaan yang cukup. Makanan yang disiapkan, tentu makanan kering, roti misalnya atau sejenisnya. Saat lapar datang sementara penyeberangan belum bisa dilakukan, santai-santai saja di dalam mobil sambil ngobrol ngalor ngidul. Mendengar musik juga pilihan yang amat jitu. Lagu-lagu cinta, bahagia juga derita dan air mata.
Ferry jurusan Ajibata - Tomok ada dua. Terus menerus menyeberang dari Tomok dan Ajibata setiap jam. Satu ferry memiliki kapasitas 38 kendaraan roda empat. Yang satu lagi, dapat digunakan untuk menyeberangkan 26 kendaraan roda empat. Selain , penumpang berapa saja pun, sesuai dengan penumpang kendaraan roda empat.
Berlibur ke Samosir, betapa indahnya, menyenangkan dan mempesona serta menakjubkan. Makanya, jangan mati sebelum pernah keliling Samosir. (Patariascoffeshop, 5 Juli 2016-Ramlo R Hutabarat)
0 Comments