Stasi Santo Yosep Medan dijaga aparat keamanan pascateror bom, Minggu 28 Agustus 2016. (Antara) |
BeritaSimalungun.com, Jakarta-Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA)
mengingatkan pemerintah dan masyarakat Indonesia, tidak menganggap remeh
kasus percobaan bom bunuh diri dan penyerangan seorang pastor di Gereja
Santo Yoseph, Medan, Minggu (28/8) pagi.
Serangan yang terjadi saat
pastor sedang memimpin prosesi ibadat dalam gereja dan di hadapan umat
sama dengan kejadian di Perancis di mana mengakibatkan terbunuhnya
seorang pastor.
"Peristiwa ini merupakan sebuah 'pesan' yang diberikan bahwa di
tempat yang penuh kedamaian pun, aksi teror dapat dilakukan tanpa
hambatan," ujar Ketua Presidium Pusat ISKA, Muliawan Margadana, dalam
siaran persnya di Jakarta, Minggu (28/8).
ISKA, kata Muliawan, menyatakan keprihatinannya atas aksi teror ini
sekaligus memberikan apresiasi kepada umat yang bertindak dengan cepat
dan sigap sehingga tidak terjadi korban yang lebih fatal.
"Untuk itu, ISKA mendesak kepada Pemerintah khususnya jajaran
Menkopolhukam dan aparatnya agar segera mengungkapkan kasus ini dan
sekaligus melakukan langkah-langkah strategis terhadap keamanan dan
ketenangan umat dalam beribadah di rumah ibadahnya masing-masing,
sebagaimana dijamin oleh UUD 1945," tandas dia.
Perilaku teror seperti ini, menurut dia, tidak dapat ditoleransi dan
harus dicegah agar tidak terulang kembali. Aparat harus mampu
menjelaskan selengkap mungkin motivasi serta kelompok di balik peristiwa
ini dalam waktu secepatnya agar tidak menimbulkan praduga yang belum
tentu benar dikalangan umat.
"Kepada umat Katolik se-Indonesian kami mengajak, marilah masalah ini
dihadapi dengan penuh kearifan, dengan meningkatkan kewaspadaan serta
kerukunan bersama komponen bangsa lainnya," imbuh dia.
Sebagaimana kasus di Tanjung Balai, kata dia, bangsa Indonesia akan
terus mendapatkan gangguan baik dari dalam maupun luar negeri dengan
tujuan memecahbelahkan masyarakat Indonesia. Karena persatuan itulah
kunci bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi berbagai masalah
kebangsaan.
"Bila kita tidak dapat menjaga persatuan itu sendiri maka runtuhlah
bangsa yang kita cintai ini. Ikatan persaudaran, kebersamaan dan rasa
saling mempercayai adalah hal yang hakiki dalam menciptakan keamanan
yang sejati dalam masyarakat," kata Muliawan.
Lebih lanjut, dia mengatakan, sulit untuk mengandalkan keamanan dan
ketertiban pada instansi keamanan semata. Karena itu, kata dia, sudah
saatnya Gereja menyikapi kejadian seperti ini dengan bijak sehingga bisa
mengantisipasi dan mencegah kejadian serupa terjadi.
"Tujuannya agar ketenangan umat dalam beribadah juga semakin baik.
Untuk itu ISKA mengusulkan pembentukan Crisis Management Team and Plan
(CMTP) dan siap untuk memfasilitasinya," tambah Muliawan.(SP)
0 Comments