BeritaSimalungun.com, Pematangsiantar-Bukan usia,
melainkan motivasi yang menjadi ukuran kualitas sebuah pergerakan. Dan
sejak awal, motivasi itu sendiri membuat ukuran dan kualitas dari sebuah
gerakan menjadi tak terhingga. Sebab, gerakan hanya dapat diukur
setelah dia akhirnya berhenti.
Rangkaian kalimat ini berlaku untuk gerakan yang telah ‘dimulai’ Batak Muda Dunia di Kota Pematangsiantar. Batak Muda Dunia (BADANIA) adalah Gerakan Peradaban yang belum sampai 3
bulan lalu dideklarasikan di Desa Lumban Bulbul, Balige, pada tanggal
21 Agustus 2016 lalu.
Bersamaan dengan kehadiran Presiden Joko Widodo
dalam Karnaval Kemerdekaan. Inti dari Manifesto gerakan ini yang
dibacakan dalam deklarasi itu, bahwa BADANIA mewakili 6 puak Batak,
yaitu Mandailing, Simalungun, Toba, Pakpak, Angkola dan Karo, tidak
terpisahkan satu sama lain, sebagai satu Bangsa Batak Bersatu, sebagai
Batak 100% sekaligus Indonesia 100%. Dengan motto Tinggi Moral, Tinggi
Keahlian, Tinggi Pengabdian.
Menjunjung tinggi dan mengembangkan
tata nilai budaya, adat istiadat, dan tradisi Batak, sebagai modal
sosial dasar dalam meningkatkan peradaban Bangsa Batak.
Dalam
deklarasi tersebut, seluruh inisiator sepakat menjadikan Kota
Pematangsiantar sebagai Kota Konfederasi, yakni sebagai pusat perwakilan
seluruh puak Bangsa Batak. Dengan pertimbangan geografis dan penilaian
bahwa kota ini cukup mumpuni sebagai Pusat Kemajuan Peradaban Bangsa
Batak.
Untuk mewujudkan cita-cita menjadikan Siantar sebagai Kota
Pusat Kemajuan Peradaban (The Center of Excellent City/The City of
Central Advanced Civilization), adalah keniscayaan untuk membangun
peradaban ‘baru’ di kota ini.
Bersamaan dengan penyelenggaran
tahapan Pilkada Siantar yang sebelumnya sempat tertunda, BADANIA
berkesimpulan untuk melakukan gerakan ‘awal’ dengan sebuah langkah
nyata, melalui Kampanye “Lawan Politik Uang”.
Disadari, masa
depan kota Siantar, setidaknya 5 tahun ke depan, sangat dipengaruhi apa
yang terjadi dalam perjalanan Pilkada Siantar untuk memilih pemimpin
kota ini.
Mustahil mendapatkan pemimpin yang baik, jika para calon
pemimpin ‘masih’ berkutat dengan jurus politik uang untuk meraih
kemenangan dalam pilkada. Tentunya BADANI sendiri berkepentingan dengan
‘nasib’ kota ini sesuai dengan rencana menjadikan kota Siantar sebagai
pusat pengembangan peradaban Bangsa Batak.
Sabar Mangadu
Tambunan, sebagai salah satu inisiator gerakan BADANI, yang terlibat
langsung dalam kampanye “SIANTAR BERSIH, Lawan Politik Uang” sehubungan
dengan Pilkada Siantar, menyebutkan bahwa demokrasi adalah daulat rakyat
yang tidak ‘layak’ dipermainkan oleh calon pemimpin dengan melakukan
praktek politik uang.
“Demokrasi adalah daulat rakyat. Bila
daulat rakyat lemah, mereka hanya akan jadi mainan dan mangsa empuk bagi
para mafia atau ‘tangan-tangan siluman’ yang berkonspirasi dengan para
politisi busuk, birokrat korup, dan aparat hukum bengis.
Jangan lupa,
Pilkada Siantar hanya media untuk mencari pemimpin baru di kota ini.
Demokrasi, dalam hal ini Pilkada Siantar, tidak pantas untuk dicemari
dengan praktek politik uang.
Rakyat Siantar tidak pantas dijadikan
mainan dan mangsa oleh para politisi busuk. Demokrasi hanyalah alat,
bukan tujuan. SIANTAR BERSIH bukan mimpi belaka, mari kita lawan politik
uang dalam Pilkada Siantar!” tegas Sabar.
BADANI dengan motto
“Bekerja Keras, Bergerak Cepat, dan Bertindak Tepat”, dalam hitungan
hari mengerahkan sumber daya yang terhimpun secara maksimal untuk
melaksanakan kampanye SIANTAR BERSIH ini.
Diawali dengan
pemasangan baliho Siantar Bersih dan Siantar Cerdas, yang juga berisikan
ajakan untuk menolak politik uang, yang ditempatkan di berbagai sudut
kota, Rabu (9/11/2016).
Relawan Independen, yang terdiri dari
mahasiswa Siantar dari berbagai latar belakang organisasi, dan relawan
lain dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, bahkan ada relawan
yang ‘masih’ pengangguran, bekerja tidak kenal lelah.
Para
Relawan Independen dengan Koordinator Gerakan SIANTAR BERSIH, Harmaini
el-Harmawan, memanfaatkan waktu yang cukup singkat, mengingat
pelaksanaan pemungutan suara Pilkada Siantar tinggal hitungan jari
sebelah tangan.
Hari Sabtu (12/11/2016), dua unit mobil yang
dijadikan “baliho berjalan”, mulai bergerak ke penjuru kota. Sasaran
pertama adalah Kelurahan Tanjung Pinggir, yang banyak dihuni penduduk
miskin yang selama ini ‘selalu’ menjadi sasaran empuk praktek politik
uang oleh para politisi busuk.
Menjadi tantangan tersendiri,
terutama pada hari pertama, ketika mengampanyekan anti politik uang
kepada kelompok masyarakat marjinal kota. Namun oleh keyakinan dan
strategi yang tepat dalam sosialisasinya, para relawan sedikit demi
sedikit berhasil meyakinkan pentingnya menolak politik uang dalam
Pilkada Siantar.
Seperti salah satu sosialisasi yang berlangsung
di Kelurahan Tanjung Pinggir, ketika relawan menjumpai satu keluarga
dengan 5 anggota keluarganya, ‘telah’ ancar-ancar bakal mendapat 5 x @Rp
300 ribu, total Rp1,5 juta dari salah satu pasangan calon.
“Ai
ise muse do on, na lao mambahen moru pansarian nami? Hape nunga
siap-siap iba manjalo 5 x Rp300 ribu, 1,5 juta (Siapa pula ini yang mau
mengurangi pencaharian kami? Padahal sudah siap-siap untuk menerima
Rp1,5 juta),” ujar si ibu.
Namun oleh sosialisasi yang dilakukan, meski alot, berhasil meyakinkan keluarga ini untuk menolak politik uang.
Gerakan SIANTAR BERSIH dalam rangka Pilkada Siantar akan berjalan
hingga Selasa (15/11/2016), sehari sebelum pemungutan suara. Harmaini
el-Harmawan, sang koordinator mengamini gerakan ini sebagai pembangunan
peradaban baru Bangsa Batak, khusunya di kota Siantar, dan tidak akan
mudah. Namun dia juga menyebut tidak ada yang tak mungkin.
“Ketika niat menjadi dasar kita untuk bergerak, dan tetap mampu
memelihara motivasi secara positif, yakin ini menjadi kebahagiaan
bersama bagi warga kota Siantar. Tidak ada yang tak mungkin. Siantar
Bersih bukan tak mungkin, percayalah…!” ujar Harmaini, menyampaikan
pesannya untuk warga Siantar. (Btk)
0 Comments