Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Pilkada Bersih Siantar, Lawan Politik Uang!!!


BeritaSimalungun.com, Pematangsiantar-Bukan usia, melainkan motivasi yang menjadi ukuran kualitas sebuah pergerakan. Dan sejak awal, motivasi itu sendiri membuat ukuran dan kualitas dari sebuah gerakan menjadi tak terhingga. Sebab, gerakan hanya dapat diukur setelah dia akhirnya berhenti.


Rangkaian kalimat ini berlaku untuk gerakan yang telah ‘dimulai’ Batak Muda Dunia di Kota Pematangsiantar. Batak Muda Dunia (BADANIA) adalah Gerakan Peradaban yang belum sampai 3 bulan lalu dideklarasikan di Desa Lumban Bulbul, Balige, pada tanggal 21 Agustus 2016 lalu.

Bersamaan dengan kehadiran Presiden Joko Widodo dalam Karnaval Kemerdekaan. Inti dari Manifesto gerakan ini yang dibacakan dalam deklarasi itu, bahwa BADANIA mewakili 6 puak Batak, yaitu Mandailing, Simalungun, Toba, Pakpak, Angkola dan Karo, tidak terpisahkan satu sama lain, sebagai satu Bangsa Batak Bersatu, sebagai Batak 100% sekaligus Indonesia 100%. Dengan motto Tinggi Moral, Tinggi Keahlian, Tinggi Pengabdian.

Menjunjung tinggi dan mengembangkan tata nilai budaya, adat istiadat, dan tradisi Batak, sebagai modal sosial dasar dalam meningkatkan peradaban Bangsa Batak.

Dalam deklarasi tersebut, seluruh inisiator sepakat menjadikan Kota Pematangsiantar sebagai Kota Konfederasi, yakni sebagai pusat perwakilan seluruh puak Bangsa Batak. Dengan pertimbangan geografis dan penilaian bahwa kota ini cukup mumpuni sebagai Pusat Kemajuan Peradaban Bangsa Batak.

Untuk mewujudkan cita-cita menjadikan Siantar sebagai Kota Pusat Kemajuan Peradaban (The Center of Excellent City/The City of Central Advanced Civilization), adalah keniscayaan untuk membangun peradaban ‘baru’ di kota ini.

Bersamaan dengan penyelenggaran tahapan Pilkada Siantar yang sebelumnya sempat tertunda, BADANIA berkesimpulan untuk melakukan gerakan ‘awal’ dengan sebuah langkah nyata, melalui Kampanye “Lawan Politik Uang”.

Disadari, masa depan kota Siantar, setidaknya 5 tahun ke depan, sangat dipengaruhi apa yang terjadi dalam perjalanan Pilkada Siantar untuk memilih pemimpin kota ini. 

Mustahil mendapatkan pemimpin yang baik, jika para calon pemimpin ‘masih’ berkutat dengan jurus politik uang untuk meraih kemenangan dalam pilkada. Tentunya BADANI sendiri berkepentingan dengan ‘nasib’ kota ini sesuai dengan rencana menjadikan kota Siantar sebagai pusat pengembangan peradaban Bangsa Batak.

Sabar Mangadu Tambunan, sebagai salah satu inisiator gerakan BADANI, yang terlibat langsung dalam kampanye “SIANTAR BERSIH, Lawan Politik Uang” sehubungan dengan Pilkada Siantar, menyebutkan bahwa demokrasi adalah daulat rakyat yang tidak ‘layak’ dipermainkan oleh calon pemimpin dengan melakukan praktek politik uang.

“Demokrasi adalah daulat rakyat. Bila daulat rakyat lemah, mereka hanya akan jadi mainan dan mangsa empuk bagi para mafia atau ‘tangan-tangan siluman’ yang berkonspirasi dengan para politisi busuk, birokrat korup, dan aparat hukum bengis. 

Jangan lupa, Pilkada Siantar hanya media untuk mencari pemimpin baru di kota ini. Demokrasi, dalam hal ini Pilkada Siantar, tidak pantas untuk dicemari dengan praktek politik uang. 

Rakyat Siantar tidak pantas dijadikan mainan dan mangsa oleh para politisi busuk. Demokrasi hanyalah alat, bukan tujuan. SIANTAR BERSIH bukan mimpi belaka, mari kita lawan politik uang dalam Pilkada Siantar!” tegas Sabar.

BADANI dengan motto “Bekerja Keras, Bergerak Cepat, dan Bertindak Tepat”, dalam hitungan hari mengerahkan sumber daya yang terhimpun secara maksimal untuk melaksanakan kampanye SIANTAR BERSIH ini.

Diawali dengan pemasangan baliho Siantar Bersih dan Siantar Cerdas, yang juga berisikan ajakan untuk menolak politik uang, yang ditempatkan di berbagai sudut kota, Rabu (9/11/2016).

Relawan Independen, yang terdiri dari mahasiswa Siantar dari berbagai latar belakang organisasi, dan relawan lain dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, bahkan ada relawan yang ‘masih’ pengangguran, bekerja tidak kenal lelah.

Para Relawan Independen dengan Koordinator Gerakan SIANTAR BERSIH, Harmaini el-Harmawan, memanfaatkan waktu yang cukup singkat, mengingat pelaksanaan pemungutan suara Pilkada Siantar tinggal hitungan jari sebelah tangan.

Hari Sabtu (12/11/2016), dua unit mobil yang dijadikan “baliho berjalan”, mulai bergerak ke penjuru kota. Sasaran pertama adalah Kelurahan Tanjung Pinggir, yang banyak dihuni penduduk miskin yang selama ini ‘selalu’ menjadi sasaran empuk praktek politik uang oleh para politisi busuk.

Menjadi tantangan tersendiri, terutama pada hari pertama, ketika mengampanyekan anti politik uang kepada kelompok masyarakat marjinal kota. Namun oleh keyakinan dan strategi yang tepat dalam sosialisasinya, para relawan sedikit demi sedikit berhasil meyakinkan pentingnya menolak politik uang dalam Pilkada Siantar.

Seperti salah satu sosialisasi yang berlangsung di Kelurahan Tanjung Pinggir, ketika relawan menjumpai satu keluarga dengan 5 anggota keluarganya, ‘telah’ ancar-ancar bakal mendapat 5 x @Rp 300 ribu, total Rp1,5 juta dari salah satu pasangan calon.

“Ai ise muse do on, na lao mambahen moru pansarian nami? Hape nunga siap-siap iba manjalo 5 x Rp300 ribu, 1,5 juta (Siapa pula ini yang mau mengurangi pencaharian kami? Padahal sudah siap-siap untuk menerima Rp1,5 juta),” ujar si ibu.

Namun oleh sosialisasi yang dilakukan, meski alot, berhasil meyakinkan keluarga ini untuk menolak politik uang.

Gerakan SIANTAR BERSIH dalam rangka Pilkada Siantar akan berjalan hingga Selasa (15/11/2016), sehari sebelum pemungutan suara. Harmaini el-Harmawan, sang koordinator mengamini gerakan ini sebagai pembangunan peradaban baru Bangsa Batak, khusunya di kota Siantar, dan tidak akan mudah. Namun dia juga menyebut tidak ada yang tak mungkin.

“Ketika niat menjadi dasar kita untuk bergerak, dan tetap mampu memelihara motivasi secara positif, yakin ini menjadi kebahagiaan bersama bagi warga kota Siantar. Tidak ada yang tak mungkin. Siantar Bersih bukan tak mungkin, percayalah…!” ujar Harmaini, menyampaikan pesannya untuk warga Siantar. (Btk)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments