Aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba, menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu di Kawasan Danau Toba.IST |
Aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba, menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu di Kawasan Danau Toba.IST |
BeritaSimalungun.com, Parapat-Aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba, menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan kutu di Kawasan Danau Toba.
Pencemaran air di Danau Toba, satu di antara 10 lokasi yang
diplot sebagai Kawasan Strategis Nasional tergolong darurat. Tiap tahun air
tercemar dengan munculnya hama air spesies hewan lintah dan kutu. Hama itu
muncul diduga akibat pencemaran limbah perusahaan ternak babi dan ikan.
Holmes Hutapea, aktivis lingkungan yang mengatasnamakan
Pejuang Danau Toba, mengungkapkan pencemaran air berupa jenis hewan lintah dan
kutu sudah ada sejak tahun 2015. Hal itu dibuktikan adanya wisatawan yang
sempat dilarikan ke Klinik Unit Gawat Darurat Parapat lantaran sekujur badannya
dilengketi lintah usai mandi di Danau Toba.
Bahkan pihaknya sudah melakukan penyelidikan dengan cara
menyelam ke dalam danau. Di mana telah ditemukan lintah di dasar danau maupun
di permukaan dangkal.
“Jadi, limbah-limbah perusahan besar ternak ikan dengan
pengadaan Keramba Jala Apung (KJA) dan ternak babi di kawasan Danau Toba itu
kami duga penyebab munculnya hama air sejenis lintah dan kutu," kata
Holmes, Jumat (17/2/2017) lalu.
Kata Holmes, perusahaan besar itu di antaranya adalah PT
Aquafarm, perusahaan Swiss yang mengembangkan usaha budidaya ikan dengan KJA di
Danau Toba sejak 1998. Saat ini PT Aquafarm Nusantara memiliki tiga lokasi KJA
di Danau Toba, yakni di Kabupaten Samosir, Toba Samosir, dan Simalungun.
Selain PT Aquafarm Nusantara, sejak awal 2012, sebuah
perusahaan peternakan ikan besar juga hadir di Danau Toba, tepatnya di wilayah
Pantai Tanjung Unta, Tambun Raya, Tiga Ras, Kabupaten Simalungun, yakni PT Suri
Tani Pemuka, anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Selain perusahaan ternak ikan, diduga ada limbah yang berasal
dari Perusahaan ternak babi PT Allegrindo Nusantara yang berlokasi Nagori Urung
Pane, Kecamatan Purba, Kabuapaten Simalungun.
“Setidaknya ada tiga perusahaan penyumbang limbah ke air
danau. Dan itu penyebab munculnya lintah dan kutu. Itu ada Aquafarm, anak
perusahaan Japfa, dan Allegrindo perusahaan ternak babi. Itu pencemaran berupa
limbah polusi ke air mereka capai sampai 69 persen terhadap air. Sedangkan
limbah perhotelan dan masyarakat 31 persen. Dan iitu sudah terverifikasi dari
data dan sudah terpublikasi di media-media massa,” ungkap Holmes.
Lebih lanjut Holmes menjelaskan, Kelompok Pejuang Danau
Toba ini sudah membawa sampel ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Simalungun yang
bertempat di Kelurahan Parapat, dengan mengumpulkan lintah dan kutu yang
dimasukkan ke dalam botol.
“BLH gak pernah mempublis sama masyarakat. Percuma gedung
besar tapi pelayanannya tidak ada. Ada apa rupanya mereka dengan perusahaan
besar itu? Kita sudah berikan sampel ke BLH Simalungun. Tapi sampai sekarang
tidak ada ditanggapi. Mereka terkesan menutup diri. Karena kita tahu, dari
tingkat provinsi dan kabupaten sampai yang terendah sudah dapat saweran,” sebut
Holmes, mantan penyelam PT Aquafarm.
“Sesuai kata Luhut Panjaitan sewaktu menjabat Menpolhukam
untuk membersihkan namanya KJA tanpa ada toleransi dan harus diselesaikan
secara bermartabat. 2016 Desember itu paling lama sudah harus dibersihkan,” jelasnya.
Menanggapi hal ini Kadis Pariwisata Simalungun Resman H
Saragih membenarkan dirinya tahu adanya isu temuan hama spesies lintah dan kutu
yang diduga berasal dari pencemaran limbah perusahaan. Namun dalam hal ini
dirinya mengarahkan agar pihak BLH yang lebih berwewenang menjelaskan.
“Iya benar saya ada tahu itu soal lintah dan kutu di air
Danau Toba. Tapi kurang tahu saya bagaimana itu penanganannya. Lebih tepatnya
tanya saja ke BLH. Mereka lah yang lebih tahu itu gimana penjelasannya dan
sumbernya dari mana kok bisa ada," kata Resman H Saragih.
Camat Parapat Bantah
Camat Parapat, Kabupaten Simalungun James Siahaan membantah
keterangan dari Aktivis lingkungan yang mengatasnamakan Pejuang Danau Toba
kepada media yang menelusuri dan mengungkapkan pencemaran air berupa jenis
hewan lintah dan kutu di Kawasan Danau Toba.
James Siahaan pun mengeluarkan argumen seperti itu karena
dirinya sudah mengecek langsung dan bertanya kepada pengelola Danau Toba. James
juga sudah datang ke Rumah Sakit Parapat yang katanya ada korban bernama
Mangasi yang terkena kutu saat berada di Danau Toba.
“Setelah membaca berita, saya langsung mengecek ke rumah
sakit. Langsung ke IGD dan menanyakan tentang pasien tersebut. Pihak rumah
sakit mengatakan tidak ada pasien yang di rawat dan datang ke sini karena
terkena lintah dan kutu saat berenang di Danau Toba,” katanya.
James Siahaan juga sangat menyayangkan berita yang
menurunkan citra Danau Toba di mata para wisatawan. “Jelas saja berita itu
membuat keindahan Danau Toba menjadi tercoreng. Karena kabar tersebut tidak
benar adanya,”ujarnya.
Pihaknya menyatakan kalaulah memang ada orang yang menjadi
korban lintah dan kutu saat berada di Danau Toba, seharusnya jangan hanya batu
dan lintahnya saja yang difoto. “Korbannya juga harus difoto. Ini, tidak ada
korban yang difoto. Kalau nama Mangasi, di sini banyak nama Mangasi,”katanya.
Disebutkan, untuk memastikan Mangasi sebagai korban lintah
dan kutu di Danau Toba, James Siahaan juga mendatangi Puskesmas Parapat dan
menayakan langsung kepada Kepala Puskesmas.
“Kepala Puskesmas berkomentar kalau dalam seminggu ini,
tidak ada pasien yang masuk karena digigit lintah dan kena kutu di Danau Toba.
Nah, dari situ, sudah kelihatan kalau berita itu tidak benar adanya. Berita ini
sama saja merusak mata pencaharian warga yang berada di seputaran Danau Toba.
Kalau memang benar adanya, aturan korban juga difoto, bukan hanya batu saja
yang difoto,”ujarnya.
Pihaknya juga sempat berbincang dengan pengelola wisata di Danau
Toba, dan mempertanyakan bahwa adanya korban karena ada lintah dan kutu di Danau
Toba.
“Mereka bilang tidak ada. Nah, jadi bisa saya simpulkan kalau lintah dan
kutu tidak ada di Danau Toba. Pihak pengelola wisata juga mengatakan kalau
jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Toba tidak berdampak atas pemberitaan
adanya lintah dan kutu,”kata James.
“Tidak ada lintah dan kutu di Danau Toba. Buktinya,
mengenai korban sudah saya konfirmasi langsung ke pihak rumah sakit dan
puskesmas. Mereka tidak ada menerima pasien bernama Mangasi dalam seminggu
belakangan ini. Banyak yang merasa tersakiti dengan adanya berita tersebut,
salah satunya masyarakat yang berada di sekeliling Danau Toba,” tutup James Siahaan.
(BS-1)
0 Comments