Bupati Simalungun JR Saragih dan rombongan saat melihat ada tidaknya Lintah di Perairan Danau Toba di Parapat, Simalungun. |
BeritaSimalungun.com, Parapat-Sejumlah masyarakat di
kawasan Danau Toba meminta agar oknum masyarakat atau elemen yang memberikan
statmen soal lintah dan kutu di perairan Danau Toba jangan asal memberi
komentar tanpa pembuktian yang nyata secara ilmiah.
Sebab, hal itu akan berimbas buruk bagi masyarakat Danau
Toba sendiri terlebih upaya pemerintah dalam memajukan pariwisata Danau Toba
sebagai Monaco of Asia.
“Sejauh ini saya dan masyarakat Ajibata belum ada menemukan
yang namanya lintah dan kutu. Karena setiap sore saya berenang di pinggiran
Danau Toba. Badan saya juga tidak gatal-gatal,” kata Robinson Sirait, seorang
warga Ajibata, kepada wartawan, Kamis pekan lalu di Ajibata, Kecamatan Ajibata
Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) seperti dilansir SuaraTani.com.
Sementara Rikson Saragih, salah satu pengurus dari asosiasi
Dearma Haranggaol Horisan juga mengatakan, hingga saat ini masyarakat
Haranggaol masih menggunakan air Danau Toba untuk mandi terutama di wilayah
Pantai Horisan sampai Batupapan.
“Jadi yang namanya lintah dan kutu tidak ada atau belum
pernah ditemukan masyarakat setempat yang menggunakan air Danau Toba. Kalau
benar lintah sudah ‘mewabah’, masyarakat pasti sudah ribut,” kata Rikson yang
juga warga Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.
Karena itu Rikson berharap, oknum ataupun lembaga yang
membuat statmen buruk soal Danau Toba agar betul-betul mempertimbangkan efek
yang bakal ditimbulkan sebelum statmen itu diekspos ke media.
Karena yang paling dirugikan dari pemberitaan itu adalah
masyarakat Danau Toba itu sendiri yang notabene masyarakat yang menggantungkan
hidupnya dari sektor pariwisata dan perikanan melalui keramba jaring apung
(KJA).
“Pemberitaan lintah dan kutu bukan saja menganggu sektor
pariwisata, tapi beberapa pihak pasti menyalahkan petani KJA yang diindikasi
sebagai sumber pencemaran danau yang memicu adanya lintah kutu. Jadi, berita
ini sentimen pribadi oknum untuk menyerang usaha KJA baik perusahaan maupun
petani rakyat,” tegas Rikson.
Menanggapi lintah dan kutu yang menyerang Danau Toba,
mantan Bupati Samosir Mangindar Simbolon menyebut, harusnya upaya pemerintah
yang ingin memajukan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata
international harus didukung semua pihak.
Mangindar juga mengatakan, setiap ada kemajuan dalam
kehidupan selalu ada dampak positif dan negatif. Sebagai contoh keberadaan KJA.
Dampak positifnya, perekenomian masyarakat meningkat (baik) dan dampak negatif
ekologi (lingkungan) terganggu.
“Itu sejalan. Namun bagaimana upaya pemerintah dan elemen
terkait menjaga keseimbangan (ekonomi dan ekologi) itu untuk jangka panjang.
Jadi, tidak ada yang bersih seratus persen. Itu yang harus kita pahami,”
jelasnya.
Putra daerah Samosir ini mengatakan, siapapun yang membuat
pemberitaan itu jangan dilebih-lebihkan bila tidak didasari pembuktian secara
ilmiah.
“Kita tahu ada oknum, lembaga ataupun yayasan yang ingin menyerang
Danau Toba dari sisi negatif atas kehadiran perusahaan di lingkungan itu. Tapi,
upaya yang dilakukannya justeru merugikan masyarakat Danau Toba sendiri,” kata
Mangindar yang saat ini sedang mendirikan suatu lembaga Sahabat Danau Toba.
Dari pengamatan sejumlah awak media di peraiaran Ajibata
dekat dermaga dan juga di perairan Pangambatan, Kecamatan Simanindo Kabupaten
Samosir tidak jauh dari KJA, tidak ditemukan yang namanya lintah.
Sementara itu, Kepala Laboratorium PT Aquafarm Nusantara
(AN) Friska Setiawan Saragih mengatakan, pengelolaan dan pemantauan kualitas
air Danau Toba sekitar KJA dilakukan pengujian sample air di lab PT AN secara
rutin tiap bulan.
Selain itu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provsu bekerjasama
dengan BLH Kabupaten Samosir, Simalungun dan Tobasa setiap enam bulan juga
melakukan pengawasan kualitas air sekitar KJA PT AN dengan mengambil sample air
dan menguji di lab BLH dan lab independen lainnya.
Hasil pengujian kualitas air ini kata Friska yang
didampingi Humas PT AN Afrizal dan Konsultan PT AN Saruhum Rambe, dilaporkan
dalam laporan rencana pengelolaan dan rencana pemantauan lingkungan.
“Hasil pengujian parameter kualitas air masih berada dalam
batas ambang baku mutu sesuai dengan ketentuan Permen LH dan baku mutu air
kelas I Danau Toba,” jelas Friska. (BS-1)
0 Comments