Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Tragedi KM Sinar Bangun Masih Menghantui Warga Pinggir Danau Toba

Ikan Nila Danau Toba Tak Laku di Sipoldas

Pelabuhan Kapal di Tomok, Kabupaten Samosir, Sabtu 20 Oktober 2018. Foto Asenk Lee Saragih.
BeritaSimalungun-Tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di lintasan Danau Toba dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin 18 Juni 2018 Pukul 17.30 WIB lalu, membawa duka mendalam bagi keluarga 164 orang yang hilang bersama tenggelamnya kapal itu ke dasar Danau Toba di kedamalam 450 meter. 
Hingga kini, trauma peristiwa tenggelamnya KM Sinar bangun itu rupanya berkepanjangan. Misalnya, warga Simanindo yang akan menyeberang ke Simalungun-Kota Pematangsiantar, sangat minim lewat Pelabuhan Tigaras. Mereka lebih memilih lewat Pelabuhan Tomok menuju Pelabuhan Paratai atai Ajibata.

Dampak dari trauma tenggelamnya KM Sinar Bangun yang menewaskan 164 orang yang hilang bersama tenggelamnya kapal, membuat warga enggan melintasi Danau Toba jalur Tigaras-Simanindo. 

Bahkan angkuatan mobil penumpang dari Tigaras menuju Pematangsiantar atau sebaliknya sangat sepi sejak tragedi Km Sinar Bangun tersebut.
Bahkan warga Sipoldas dan warga desa lainnya di Kecamatan Panei, Panei Tongah, Panombean Panei, Raya, Purba kini masih enggan mengkonsumsi ikan Nila Danau Toba karena trauma belum ditemukannya 164 orang yang hilang bersama KM Sinar Bangun.
"Sekarang penumpang angkutan umum dari dan ke Tigaras-Pematangsiantar sepi sejak peristiwa itu. Banyak warga yang ingin menyeberang ke Pulau Samosir lebih memilih lewat Parapat atau lewat Tele. Bahkan ikan Nila Danau Toba juga kurang laku di sini," ujar Marsaulina Br Purba, warga Desa Sipoldas, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun kepada penulis, Selasa (23/10/2018).  (Asenk Lee)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments