Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Peran Milenial Simalungun dalam Ruang Politik

Irjen Pol (Purn.) Drs Maruli Wagner Damanik, M.A.P saat bincang-bincang ringan dengan Jhon Mejer Purba yang merupakan Ketua Komunitas Milenial Simalungun didampingi Jhonson Saragih, Triadil Saragih, dan Robby Saragih, Jumat (8/11/2019). (Istimewa)
Beritasimalungun-Seperti kita ketahui bersama Pilkada Serentak akan diselenggarakan kembali pada September 2020 mendatang. Komisi Pemilihan Umum menyatakan Pilkada serentak 2020 digelar di 270 daerah yang terdiri atas 9 provinsi, 37 kota dan 224 kabupaten dimana Kabupaten Simalungun salah satu didalamnya. 

“Tahun 2020 menjadi momentum politik yang membutuhkan peran generasi milenial yang cakap media, tanggap, dan kreatif. Langkah-langkah strategis generasi milenial dalam mengisi pesta demokrasi dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya mendorong gerakan anti golput atau kampanye hashtag yang positif demi pilkada berkualitas,” ujar Irjen Pol (Purn.) Drs Maruli Wagner Damanik, M.A.P saat bincang-bincang ringan dengan
Jhon Mejer Purba yang merupakan Ketua Komunitas Milenial Simalungun didampingi Jhonson Saragih, Triadil Saragih, dan Robby Saragih, Jumat (8/11/2019).

Disebutkan, posisi generasi milenial sangat diperhitungkan pada Pilkada di berbagai daerah. Generasi melineal adalah bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih milenial mencapai 70 juta--80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Artinya, sekitar 35-40 persen memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu dan menentukan siapa pemimpin pada masa mendatang.

Sementara Jhon Mejer Purba yang merupakan Ketua Komunitas Milenial Simalungun menambahkan, salah satu hal penting yang kerap terjadi pada pelaksanaan Pilkada di daerah ini adalah soal perebutan kekuasaan yang bisa melahirkan permusuhan atau bahkan bisa menimbulkan keributan.

“Keduanya mudah sekali terjadi. Ini yang harus dijaga agar kaum milenial tidak ikut terbelenggu. Dalam demokrasi, ada yang namanya kawan dan lawan politik dan ini juga berlaku untuk para pendukung setiap calon,” kata Jhon Mejer Purba.

“Sekalipun, dalam politik tidak ada kawan maupun musuh abadi. Semua hal tadi bisa terjadi, tergantung permainan waktu dan kepentingan. Banyak politisi yang semula lawan menjadi kawan politik begitu juga sebaliknya,” tambah Jhon Mejer Purba.(BS-Rel/Lee)

 

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments