Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Radiapoh Harapan Simalungun

Radiapoh Hasiholan Sinaga SH. (Istimewa)
Oleh: Birgaldo Sinaga 
 
Beritasimalungun-Suatu hari saya bertemu dengan Radiapoh. Kami ngopi sambil ngobrol banyak hal. Saya sebenarnya tidak setuju ia masuk ke pilkada Simalungun. Untuk apa lagi? Apa yang abang cari lagi?

"Abang yakin mau berjuang di Simalungun? Abang serius? Itu tidak mudah dan berat Bang..", tanya saya serius.

Ia tidak menjawab langsung. Ia diam beberapa detik. Ia menarik nafas panjang.

"Saya sudah selesai dengan diri saya sendiri anggia. Hidup saya sudah begitu berlimpah penuh berkat. Ini tentang janji suci saya pada ayahku. Dan juga pada semua saudaraku di tanah kelahiranku", ucap Radiapo dengan mimik begitu tulus.

Perubahan dimulai dari semangat mewujudkan harapan. Harapan itu tentang cita-cita. Harapan itu tentang mimpi. Harapan itu tentang seperti apa masa depan yang ingin kita raih 5-10 tahun mendatang.

Radiapoh Hasiholan Sinaga, putra asli Simalungun lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang petani yang harus pontang panting bekerja keras sekali. Bekerja pontang panting agar bisa menyekolahkan anak2nya.

Radiapoh kecil tahu warisan terbesar dari ayah ibunya bukanlah tanah yang luas atau kebun sawit yang luas.

Radiapoh kecil belajar dari ayahnya bahwa lahir dalam kemiskinan itu adalah takdir. Tapi hidup dalam kemiskinan adalah pilihan.

Radiapoh punya semangat belajar tinggi. Sambil belajar ia ikut bekerja keras membantu orang tuanya.

Asanya tentang menjadi orang begitu besar. Harapan bisa membawa kebanggaan bagi ayah ibunya membuncah. Mimpinya menjadi manfaat bagi tanah kelahirannya begitu bergelora.

Sejak tamat sekolah menengah, Radiapoh remaja merantau meninggalkan tanah kelahirannya Simalungun.

Ia memulai dari tiada. Hanya berbekal baju di badan. Merangkak tertatih-tatih. Jatuh bangun. Pantang menyerah. Bekerja begitu keras. Bahkan bisa bekerja 24 jam sehari.

Radiapoh tahu orang tuanya tidak memberinya warisan kekayaan. Warisan terbesar yang diingatnya hanyalah bekerja keras, jujur dan sungguh2.

Perlahan kesuksesan menyertainya. Perlahan mentari yang tertutup awan tersingkap. Dari menjadi buruh kecil merangkak menjadi supervisor. Ia gemar menabung. Mengumpulkan satu rupiah demi rupiah. Bekal dirinya untuk membuka usaha sendiri.

Proses kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Ditopang keluarga kecilnya yang begitu mendukung, Radiapo mengubah kemiskinan itu menjadi berkat bagi sesama.

Usahanya maju pesat. Dari Bank Perkreditan Rakyat merambah ke developer perumahan. Juga masuk bisnis perkebunan kelapa sawit. Ada puluhan perusahaan yang dikembangkannya.

Suatu hari, Radiapoh termenung memandang foto almarhum ayahnya. Ayah yang sangat disayangnya.

"Sekaya sehebat apapun kau, jika tanah kelahiranmu tidak bisa kau majukan, tak ada gunanya yang kau raih itu".

Pesan ayahnya itu menampar Radiapoh. Semua sudah dimilikinya. Rumah besar. Mobil mewah. Anak2 yang sekolah di luar negeri. Perusahaan besar sukses.

Tapi bagi ayahnya semua itu tiada arti. Jika rakyat di tanah kelahirannya masih hidup dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan.

Radiapoh menarik nafas dalam. Matanya memerah. Ia serasa dicubit ayahnya. Serasa dicemeti jiwanya.

"Baiklah among. Saya penuhi janjiku sama among. Doakan saya anakmu among bisa memenangkan harapan dan cita-cita rakyat Simalungun hidup lebih baik dan sejahtera lagi".

"Anggia..bisa saja saya menikmati hari tua ini dengan ongkang2 kaki. Pelesiran keliling dunia. Tapi ini bukan tentang saya. Ini tentang keluarga-keluarga di tanah kelahiranku. Ketidakberdayaan mereka untuk hidup sejahtera", ujarnya sambil menyeruput kopi.

Saya mengangguk. Dan saya menjabat tangannya. Tak ada kata sanggahan lagi keluar dari mulutku. Tak ada argumentasi rasional lagi dari bibirku.

"Selamat berjuang Bang..semoga ikhtiar muliamu diberkati Tuhan", ujar saya.

Kamipun berpisah. Dari jauh saya memandang langkahnya mengayun masuk mobil. Tegap. Pasti. Penuh keyakinan percaya diri. Tentang asa dan harapannya tentang Simalungun yang sejahtera. Salam perjuangan penuh cinta. (Penggiat Medsos-Penulis)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments