Paslon St Radiapoh Hasiholan Sinaga SH - Zonny Waldi (RHS-ZW) saat menyampaikan berkas pendaftaran sebagai Peserta Pilkada Bupati Simalungun di KPU Simalungun, Sabtu (6/9/2020). (Istimewa) |
Tigarunggu, BS-Modal logistik dan operasional dalam mengikuti pesta demokrasi memang tak sedikit. Namun modal besar itu bukan hambatan jika berniat tulus dalam membangun kampong halaman. Niat tulus untuk mengabdi di Simalungun dengan modal yang besar, tidak menjadi soal karena mengeluarkan modal besar itu bagian dari pengabdian dengan keiklasan tanpa berniat untuk mengembalikannya.
Hal itulah yang mendasari St Radiapoh Hasiholan Sinaga SH (RHS) ingin mengabdi untuk kampong leluhurnya Kabupaten Simalungun. Kondisi perekonomian yang sudah selesai dengan dirinya, RHS benar-benar sadar dan iklas dalam mengeluarkan modal besar dari hasil jerih usahanya yang sukses di sejumlah provinsi.
Berkorban dan iklas benar-benar menjadi landasan RHS dalam mengikuti kontestasi Pilkada Simalungun bersama pasangannya Zonny Waldi. RHS sadar, untuk bisa menjadi Bupati Simalungun harus mampu mengorbankan modal yang sangat besar dengan iklas tak berharap modal kembali.
RHS dengan tegas mengatakan, setiap calon juga harus berani dan siap untuk tidak berniat mengembalikan modal besarnya dimasa pencalonan. Karena bagi RHS, modal besar itu bagian dari pengabdian, sehingga harus diikhlaskan.
“Inilah yang saya maksud sebagai pengabdian. Saya mengorbankan segala sesuatunya untuk membawa Kabupaten Simalungun menjadi lebih baik tanpa berharap biaya yang sudah dikeluarkan harus kembali,” kata Radiapoh Hasiholan Sinaga kepada wartawan, Senin (7/9/2020).
Keinginan untuk membangun dan mengabdi di Kabupaten Simalungun itulah yang memotivasi Radiapoh Hasiholan Sinaga untuk maju dalam Pilkada Kabupaten Simalungun yang akan digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.
“Niat menjadi Bupati Simalungun, sebagai panggilan untuk membangun kampung halaman. Sebab untuk menjadi pemimpin, pengabdian menjadi yang utama. Soal modal besar, itu bagian dari pengabdian dengan iklas,” katanya.
Disisi lain, RHS juga menyampaikan, bahwa pemimpin yang baik dan profesional, akan memilih pembantu-pembantunya dengan bijak dan sesuai dengan keahliannya.
“Saya akan merasa nyaman dalam pengabdian membangun Kabupaten Simalungun, jika menempatkan setiap calon pemegang jabatan, disesuaikan dengan keahliannya,” kata suami dari Ratnawati Sidabutar ini.
RHS mencontohkan, seperti keberadaan alumni STPD (IPDN). Seorang lulusan STPDN tidak cocok ditempatkan menjadi guru, atau tidak tepat ditempatkan di bidang tehnik sipil. Karena hal itu bisa membuat kacau. Artinya, ketika pemimpin sudah tidak benar, pasti aparat di bawahnya juga menjadi tidak benar dalam bekerja.
“Kelak ketika rakyat memberi kepercayaan kepada Saya untuk memimpin Kabupaten Simalungun sesuai amanat Pilkada 9 Desember 2020, saya akan komit menempatkan pejabat di SKPD, yang profesional dan sesuai dengan kebutuhan maupun keahliannya,” katanya.
RHS yang lahir dan besar dari keluarga petani ini mengungkapkan, persoalan yang masih dihadapi Kabupaten Simalungun yaitu budaya transaksional dilingkungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Simalungun.
RHS bersama pasangannya Zonny Waldi, akan memberangus budaya transaksional yang selama membudaya secara terang-terangan di Kabupaten Simalungun. Karena budaya transaksional itu salah satu penyakit akut di lingkungan Pemkab Simalungun, sehingga pembangunan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
“Sesuatu yang dihasilkan dari budaya transaksional akan tidak maksimal. Bagaimana seseorang yang menduduki sebuah jabatan atas dasar transaksional, selama masa jabatannya akan memikirkan pembangunan. Tentu yang ada dipikirannya bagaimana mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkan jabatan,” ujarnya RHS.
RHS juga berjanji jika duduk sebagai Bupati Simalungun Periode 2020-2025, akan menempatkan seseorang pejabat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian dibidang masing-masing ASN. Semoga. (Berbagaisumber/Asenk Lee Saragih)
0 Comments