Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Catatan Kedua Pdt Defri Judika Purba Soal Perjuangan Melawan Covid-19

Pdt Defri Judika Purba .

Pematangraya, BS
- Pdt Defri Judika Purba dan Inang Nofika Frisliani Sinaga dan dua anak mereka akhirnya bisa berkumpul kembali dalamsukacita. Karena terpapar Covid-19 (OTG), terpaksa Pdt Defri Judika Purba mengisolasi diri dari keluarga. Namun dengan perjuangan dan Doa, akhirnya Pdt Defri Judika Purba dinyatakan sembuh dan negative Covid-19.

Pdt Defri Judika Purba menuliskan catatan dalam empat tulisan selama berjuang menghadapi Covid-19. Tulisan itu dibagikan Pdt Defri Judika Purba di laman sosial medianya. Dibawah ini empat tulisan itu Redaksi kutip untuk pembaca BeritaSimalungun yang setia.

Perjuangan Melawan Covid: Penanganannya 
(Bagian Kedua)

Setelah menerima hasil swab antigen dengan hasil positif covid, tindakan pertama saya secara spontan adalah berpikir bagaimana cara menanganinya.  Ini menurut saya yang penting pertama sekali. Fokus pada solusi bukan pada hasil swab. Kalau fokus pada hasil swab, apa artinya? Mau marah? Mau menangis? Tidak ada satu pun energi yang positif kalau melihat  hasil swab. Perhatian dan pikiran harus dialihkan untuk solusi penanganannya.

Karena itulah, sebelum hasil swab keluar saya terlebih dahulu mencari informasi yang terpercaya di internet bagaimana penanganan pasien yang  positif covid. Saya mencari informasi sejak awal pandemi ini dimulai secara khusus di Indonesia (awal maret 2020). Saya teliti secara seksama pandangan para ahli tentang virus ini, bagaimana penanganan rumah sakit dan bagaimana pandangan masyarakat. 

Saya juga menginformasikan situasi kepada beberapa teman dan sahabat. Salah satunya adalah kaka Maya Purba . Sebelum keluar hasil swab, beliau telah mengirim contoh obat yang bisa saya konsumsi dan menghubungkan saya dengan salah seorang sahabatnya. Sahabatnya ini pun mengirim informasi kepada saya apa yang harus dilakukan kalau positif covid.

Berbekal penelusuran informasi di internet dan masukan dari teman-teman saya pun memutuskan penanganan yang cocok untuk saya pribadi. Saya melihat semua informasi harus dipilah secara seksama karena tidak semua hal yang serasi pada orang lain serasi untuk diri sendiri.


Saya ambil misalnya contoh dampak covid ini pada tubuh kita. Tidak semua orang mengalami gejala yang sama. Ada gejala ringan (OTG), gejala sedang dan gejala berat. Menilik apa yang saya alami (tulisan pertama), saya mungkin masuk kategori gejala sedang. Saya demam, persendian sakit, pilek, sakit kepala dan penciuman berkurang. Saya tidak sesak, tidak diare, dan tidak batuk. Melihat gejala yang kita alami, turut menentukan bagaimana penanganan yang tepat.

Kalau misalnya kita positif covid dengan gejala ringan (OTG) dan gejala sedang, menurut saya tidak perlu masuk ke rumah sakit. Cukup isolasi mandiri kalau ada tempat yang mendukung. Kita perlu ke rumah sakit kalau seandainya kita mengalami gejala berat, misalnya demam tidak berkurang dan sesak nafas.  Di rumah sakit kita akan dibantu ventilator untuk bernafas dan para dokter akan intensif memantau perkembangan situasi kita.

Karena itulah ketika ada tawaran untuk saya di isolasi ke rs rondahaim di batu dua puluh saya menolak karena merasa tidak perlu masuk rumah sakit. Dan perlu kita ketahui bersama, masalah yang terjadi saat ini secara nasional  adalah rumah sakit telah over kapasitas pasien covid. Rumah sakit sudah tidak mampu lagi menampung pasien covid. Orang yang terjangkit virus ini setiap hari semakin bertambah. Karena itulah masing-masing pemerintah daerah saat ini mencari  cara untuk menambah tempat-tempat isolasi.

Mencari isolasi yang tepat menurut saya adalah langkah pertama yang perlu.  Saya memilih isolasi mandiri dengan pertimbangan gejala yang saya hadapi dan pertimbangan keluarga. Anak-anak saya masil kecil bahkan masih ada bayi. Saya ingin mereka tetap gembira ketika melihat fisik saya dan saya pun demikian. Saya menolak isolasi di batu dua puluh karena berpikir itu malah akan mengikis pertahanan emosi saya. Saya tidak sembuh malah tambah sakit.

Setelah mengetahui dimana saya akan isolasi (rumah vikar), saya pun pergi ke apotik untuk membeli obat sesuai dengan rekomendasi yang saya peroleh dari pengalaman teman-teman dan anjuran dokter.  Karena saya ada gejala demam, maka saya membeli obat paracetamol ditambah obat pilek dan sakit kepala. Merek obatnya bisa apa saja yang penting mengandung paracetamol. Kalau tidak ada gejala demam, pilek dan batuk tidak usah beli obat seperti yang saya lakukan. Obat hanya perlu untuk menangani gejala yang muncul.

Saya juga melengkapi asupan vitamin untuk menjaga atau menaikkan immum tubuh . Saya membeli CDR (vit C), Natur E; Becom-zet (multivitamin dan mineral zinc) serta lianhua (obat cina). Tambahan lainnya saya mengkomsumsi bear brand milk (susu cap beruang), berjemur di belakang rumah,makan buah-buahan, minum ramuan (Jahe, serai dan gula merah), mandi pakai ramuan khusus ( campuran rempah-rempah); selalu minum air hangat, minum air kelapa muda campur garam, jeruk nipis dan madu setiap hari. 

Kalau seandainya kita suatu saat terpapar covid, ingat, tidak semua yang saya sampaikan itu cocok untuk setiap kasus. Setiap orang itu unik. Tidak sama kebutuhannya. Masing-masing harus cermat memilih apa yang cocok sesuai dengan kondisi tubuhnya.

Anjuran untuk minum bear brand saya peroleh hampir dari setiap orang yang menghubungi saya. Minum tiga kaleng sehari. Apakah saya laksanakan?  Memang saya laksanakan di hari pertama dan kedua setelah isolasi. Itu pun cukup satu kaleng. Hari ketiga dan sampai saat ini tidak saya komsumsi lagi. Kenapa? Kandungan lemak total di susu kaleng ini sangat tinggi sekali sementara saya memiliki tingkat kolesterol yang masuk kategori tinggi. 

Kalau saya minum tiga kaleng sehari selama isolasi, bisa dibayangkan kandungan lemak jenuh yang tubuh saya terima. Ada juga yang menyarankan komsumsi telur ayam kampung sampai tiga butir setiap hari. Seandainya perintah itu saya lakukan semua –minum susu bear brand tiga kaleng+ telur ayam kampung tiga butir- saya tidak bisa membayangkan bagaimana tubuh saya menerima itu semua.

Sebelum hasil swab keluar, saya menganggap demam yang saya alami mungkin gejala typus. Karena itu saya pun mengkomsumsi sup b1 dua bungkus. Apa yang terjadi?  Dua hari setelah itu, saya terpaksa mengkomsumsi obat asam urat. Kenapa? Karena saya juga ada gejala asam urat. 

Karena itulah pesan saya, tidak semua penanganan pasien covid  sama dalam setiap kasus.  Semua nasihat yang kita terima memang baik adanya tetapi  kita sendirilah yang tahu bagaimana kondisi tubuh kita. Kita lah yang harus bijaksana kapan untuk memulai dan kapan harus menghentikan obat atau vitamin yang kita terima.  

Nasihat yang selalu saya terima yaitu tetap bersukacita atau bergembira selalu. Sikap inilah yang dipercaya bisa menjaga imum tubuh tetap terjaga bahkan meningkat. 

Nah, untuk pesan ini, jujur saya harus mengakui belum sepenuhnya bisa saya laksanakan. Hari pertama dan kedua setelah isoman saya banyak menghabiskan waktu untuk tidur-tiduran saja. semangat berkurang. Saya tidak membaca Alkitab dan buku-buku seperti kebiasaan saya setiap hari. Saya betul-betul kurang bergairah.

Memasuki hari ketiga, setelah kondisi tubuh saya semakin membaik, saya pun mulai bergairah kembali. Saya meminta keyboard  diantar ke tempat saya begitu juga laptop dengan loudspeakernya ditambah Alkitab dan  buku-buku yang sering saya baca. Saya pun mendengarkan musik sesuka hati saya. Di hari ketiga inilah saya mengalami katarsis. 

Saya menangis kuat-kuat karena pemutar musik memutar salah satu lagu kesayangan mamaku dahulu yaitu: amazing grace yang dibawakan oleh group celtic. Saya tiba-tiba rindu kepada kedua orangtuaku. Rindu yang sangat sehingga emosi pertahanan saya jebol. Karena itulah saya meniatkan diri, setelah saya selesai menjalani isolasi mandiri ini, tindakan pertama yang saya lakukan adalah ziarah ke makam kedua orangtuaku.

Mulai hari keempat dan sampai hari ini (hari kedelapan) saya sudah bisa menikmati situasi. Emosi saya sudah stabil bahkan cenderung meningkat positif. Istri dan anak-anak saya menjadi sumber utama penyemangat selama menjalani isoman ini. Melihat putri saya anggita bernyanyi sambil mengoyang-goyangkan badannya  sungguh menghibur saya. Induk ayam yang membawa anaknya dekat ke pintu rumah dan bermain-main di samping kakiku juga turut menghibur. Saya percaya semua itu dikirim dan disediakan Tuhanku bagiku untuk menolong saya melewati situasi ini. Bahapal Raya, 25 Januari 2021.(**)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments